oleh Agus Mulyadi Utomo
Hidup dan Seni.blogspot.goesmul.com.keramik
goesmul@gmail.com
Hidup dan Seni.blogspot.goesmul.com.keramik
goesmul@gmail.com
Di bumi unsur kimia terbanyak diperkirakan ada 4 unsur (90%) diantaranya
terdiri dari oksida (50%), silica (25%), alumunium (8%) dan besi
(6%). Kira-kira 70% atau 80% dari kulit
bumi terdiri dari batuan yang merupakan sumber tanah liat atau lempung. Pada
ketebalan tanah 0,25 sampai 1 meter terdapat akar-akar dan sisa-sisa tumbuhan
dan bahan organik lainnya yang membusuk, memberi warna dan sifat yang beragam
pada tanah.
Lempung atau tanah liat, berasal dari proses pemecahan geologis pada permukaan bumi secara alamiah. Lempung disebut juga
sebagai produk pencuacaan dari feldspar.
Berawal dari pendinginan bahan-bahan yang meleleh dan pijar dari perut bumi
berupa magma atau lava leleh menjadi batu-batuan, yaitu
batuan beku, batuan bentukan metamorf
adalah bahan yang berubah karena tekanan panas dan air, juga berbagai sumber pegmatit dengan mineral yang kadar unsur tanahnya tinggi . Juga ada pula batuan sidemen yang bahannya berpindah dari
tempat asal terbentuk yang terbawa oleh angin, air (melalui sungai), salju / gletser dari tempat yang tinggi ke
tempat yang lebih rendah kemudian mengendap pada suatu tempat yang stabil
menjadi lempung atau tanah liat, mika
dan kapur, yang terdiri dari berbagai
macam mineral, feldspat, silica, alumina
dan lainnya. Ada beberapa macam bahan
batuan, yang terjadinya berasal dari magma
cair, kemudian membeku melalui proses pendinginan. Apabila pembekuan terjadi di
dalam kawah (perut bumi) disebut batuan plutonik
(granit) dan bila terjadi diluar
kawah atau dipermukaan bumi disebut batuan effussi
(batu apung / batu kembang). Batuan plutonik
dan effussi disebut juga sebagai
bahan beku atau karok (igneous rocks). Batuan beku yang telah
mengalami perubahan-perubahan sifat karena pengaruh tekanan dan panas yang
tinggi disebut batuan metamorfosa (metamorphic rocks) contohnya marmer,
batu kapur kristalin yang berasal
dari batu kapur kwarsa. Bahan yang
terbentuk baik dari batuan beku maupun metamorfosa
yang mengendap pada suatu tempat dan mengeras disebut batuan endapan atau sedimen
(sedimentary rocks).
Lempung berdasarkan keadaan terdapatnya di alam bisa berupa bahan gembur (limpas) yang terdapat di alam jumlahnya
cukup berlimpah dan tersebar luas, misalnya pasir kuarsa dan clay. Bisa juga berupa bahan batuan yang terdapat
dalam struktur geologis yang terbatas seperti feldspar, mika dan quartzite.
Dapat pula berupa bahan batuan padat yang di alam jumlahnya relatif besar
seperti batu gamping, batu dolomite,
batu pasir kuarsa dan sebagainya.
Tanah liat atau lempung terbagi menjadi 2 katagori yaitu: Pertama sebagai tanah liat residu atau tanah murni (primary clay) yang terdapat ditempat
asal batuan itu terbentuk atau tanah belum berpindah tempat sejak terbentuknya.
Pada umumnya tanah murni berwarna cerah atau putih atau putih-keabu-abuan dan
krem, berbutir kasar dan sifatnya tidak plastis. Tanah primer ini terproses
secara alamiah (bisa jutaan tahun) dengan tekanan yang tinggi (veldspaat), temperatur tinggi (feldspar) dan pelapukan kulit tanah (kaolin) serta termasuk pula hasil
semburan lumpur panas dari dalam perut bumi. Katagori yang kedua, berupa
tanah campuran (secondary clay), tanah liat endapan atau tanah
sekunder yang terbentuk dari hasil proses perpindahan tempat oleh air, angin,
gletser dan sebagainya, berbutir halus dan bersifat plastis serta tercampur dengan kotoran mineral (impurities). Pada umumnya tanah campuran
ini warnanya beragam dan itu tergantung bahan lain yang banyak mencemarinya
seperti cobalt menjadi kebiruan, mangan menjadi violet, chrome menjadi kehijau-hijauan, besi terlihat kemerahan dan lainnya.
Disamping itu tanah jenis tersebut terdapat aneka proses geologis lainnya. Contoh tanah endapan adalah tanah limpah sungai, tanah marin (laut), tanah rawa, tanah danau
dan tanah sawah.
Terjadinya lempung yang berasal dari proses peruraian batuan, terutama dari
batuan beku yaitu proses hipogenik dan
epigenik. Proses hipogenik terjadi di bawah permukaan bumi, biasanya oleh pengaruh
uap panas yang mengandung larutan-larutan kimia. Proses ini dinamakan proses hydrothermal, khususnya untuk proses
terjadinya kaolin yang disebut kaolinisasi. Proses epigenik terjadi di atas permukaan bumi, proses ini dikenal dengan
sebutan pelapukan yaitu pelapukan fisika dan kimia. Pelapukan fisika umumnya
oleh karena pengaruh panas, dingin, mekanis atau benturan dan jamur, sehingga
batuan beku yang keras dan besar menjadi bagian-bagian yang kecil. Pasir-pasir
halus hasil pelapukan fisika
dilarutkan oleh pelapukan kimia yaitu
terutama karena pengaruh adanya air dan udara, proses ini disebut pelapukan kimia.
Lempung adalah bahan bahan tanah sebagai hasil dari pemurnian batuan-batuan
terutama feldspar dan yang mengandung
senyawa alumina silikat hidrat (mineral lempung). Bahan ini akan
plastis bila basah dan akan sangat keras seperti batu bila dipanaskan pada
temperatur tinggi. Mineral lempung adalah senyawa alumina silikat hidrat yang mempunyai
butir-butir sangat halus dan merupakan mineral
yang dominan di dalam lempung, terdiri dari 3 kelompok yaitu kelompok kaolin, kelompok momorillonit dan kelompok yang mengadung alkali.
Lempung untuk bisa dimanfaatkan
dengan baik sebagai bahan mentah keramik, maka bahan tanah tersebut dapat
diusahakan dengan pemisahan bahan secara mekanis, yaitu dengan mencuci atau
menghilangkan bahan mineral tambahan
yang bersifat lemak dan kurang larut dari pada kuarsa. Bisa juga dengan pengendapan kimia, yaitu
dengan memekatkan hidroksida karbonat.
Usaha lainnya dengan pembilasan kimia, yaitu dengan pencuacaan lempung dari feldspar. Dan perubahan termal (panas) dengan pemekatan unsur
tanah oleh perubahan termal batuan
beku.
Bahan mentah keramik memiliki
pengertian sebagai kumpulan mineral atau
batuan dari mana barang-barang keramik dibuat, baik dari keadaan aslinya (alam)
maupun setelah diproses (dibuat). Bahan mentah bisa berdasarkan asal bahan
mentah yaitu bahan alam seperti kaolin,
lempung, feldspar, kuarsa dsbnya.
Lalu bahan buatan seperti borida, nitride,
mullit, dsbnya. Bisa juga berdasarkan
sifat keplastisannya, yaitu bahan plastis seperti ballclay, kaolin dan bentonit serta bahan non-plastis seperti
feldspar, kuarsa, kapur, dolomite
dsbnya.
Berdasarkan penggunaanya,
bahan mentah keramik diperuntukan dalam pembuatan body (raga) keramik dan pembuatan perwarna atau glasir keramik. Bahan mentah juga berdasarkan fungsinya
didalam membuat suatu komposisi bahan keramik yaitu sebagai bahan yang bersifat
sebagai pembentuk (kerangka), bahan pengikat (gelas) dan sebagai bahan pelebur
(flux) yang menurunkan suhu bakar
bahan secara menyeluruh. Tentu saja untuk menjadikan bahan mentah yang siap
pakai diperlukan bahan-bahan penolong seperti air, minyak, bahan perekat, bahan
elektrolit dan sebagainya. Dalam
proses pembakaran juga diperlukan bahan-bahan kondisioner untuk suasana
pembakaran yang bersifat oksidasi,
reduksi, mert dan dalam proses pengglasiran.
Lempung sebagai bahan mentah
keramik diperlukan keplastisan, adalah suatu sifat bahan basah yang dapat
diberi bentuk tanpa mengalami retak dan bentuk yang dibuat tetap dapat
dipertahankan setelah tenaga pembentuk dilepaskan. Sifat ini sangat
mutlak atau penting dalam pembentukan barang-barang keramik. Lempung basah mempunyai sifat-sifat tersebut,
maka lempung merupakan bahan pokok dalam pembuatan keramik, terutama untuk
benda seni dan kerajinan.
Sekilas Tentang Glasir Keramik
Glasir merupakan lapisan gelas tipis yang kontinyu melekat pada
permukaan barang keramik, yang umumnya dibuat dari campuran bahan-bahan silikat yang melebur pada pembakaran
tertentu.
Sifat fisik
maupun kimia dari glasir hampir sama
dengan gelas yaitu keras, licin, awet, tidak tembus air, tidak larut kecuali
dalam asam florida (basa kuat lainnya) dan impermeable terhadap gas maupun cairan. Seperti halnya gelas, glasir tidak mempunyai ikatan molekul yang tegas, tetapi terdiri dari
ikatan yang kompleks dan sifatnya mirip dengan larutan “lewat dingin” atau undercooled solutions.
Glasir mempunyai tekstur permukaan berwarna
atau tidak berwarna, bias juga transparan, translusen
(opak), matt atau dof (tidak mengkilap), yang sangat
efektif dipergunakan sebagai unsur dekorasi atau ungkapan ekspresi para seniman
(keramikus). Glasir mempunyai banyak
fungsi, yang beberapa diantaranya tidak dapat diukur sifatnya.
Glasir
keramik pada
hakekatnya sama dengan gelas, yaitu keduanya dibuat dari bahan yang sama dari
pasir kwarsa atau silika. Prosesnya pun sama yaitu dengan
pembakaran suhu tinggi. Untuk mengerti apa sebenarnya gelas dan glasir, harus diketahui apa yang terjadi
dalam proses pelelehan bahan dan gejala bahan untuk berkristal. Masalahnya adalah suhu atau temperatur sesuatu bahan padat
yang tidak organis, ada yang berupa cairan, gas dan wujud padat / pasir / tepung serta tergantung pada tinggi suhu
bakar. Misalnya air yang dikenal berwujud padat yaitu berupa es pada suhu di
bawah 0°C, berupa cairan bila di atas 0°C sampai 100°C dan bila di atas 100°C air berupa uap (menguap)
selanjutnya sebagai gas. Demikian pula dengan bahan padat seperti batu-batuan,
pada suhu yang sangat tinggi seperti yang terjadi di dalam perut Bumi
batu-batuan itu berupa cairan, bahkan pada suhu yang lebih tinggi lagi akan
menjadi gas. Biasanya bahan cair suhu tinggi menjadi dingin, dan bahan tersebut
terlihat mengkristal / membeku / memadat
/ membatu. Dalam keadaan kristal, molekul-molekul bahan akan tersusun
dalam pola-pola yang berulang secara 3 dimensional berupa struktur. Tiap-tiap
bahan membentuk kristal-kristal
dengan bentuk dan susunan yang berbeda-beda.
Bagaimana caranya
bahan berkristal ? Sebagai contohnya
adalah gula dan garam, yang masing-masing memiliki pola sendiri-sendiri. Apabila
bahan kristalin dipanaskan, ikatan
diantara molekulnya terpecahkan. Dan molekul-molekul menjadi lepas, tidak
lagi terikat satu sama lain. Bahan-bahan yang meleleh tidak memiliki struktur
yang kristalin. Saat menjadi dingin molekul itu menjadi jaringan yang
teratur dan membeku, jadi padat dan kembali menjadi kristal.
Untuk mengerti sebaik
– baiknya apa yang disebut glasir, pertama – tama harus mengetahui apa yang
disebut gelas itu. Gelas dapat disebut sebagai bahan yang transparan (yang
tembus oleh cahaya) dan terbentuk dari pendinginan suatu lelehan bahan – bahan
bumi, khususnya bahan silica dan
berupa bahan yang tidak berbentuk kristal.
Untuk mengenal sifat gelas sebaiknya harus meninjau masalah pelelehan dan
pembentukan kristal (kristalisasi)
waktu pendinginan.
Pada
umumnya apabila suatu bahan dari bumi dipanaskan cukup tinggi, maka bahan itu
akan meleleh dan sewaktu dingin kembali bahan itu akan berbentuk kristal. Memang kabanyakan dari bahan –
bahan bumi berstruktur kristal. Dan
dalam bentuk kristal, molekul – molekul dari bahan itu
tersusun menurut pola – pola tertentu yang berulang – ulang. Pada waktu bahan
yang berbentuk kristal dipanaskan,
ikatan molekul itu akan terpacah. Molekul – molekul itu akan lepas dari
susunan menurut pola tadi dan apabila sampai dalam keadaan cair maka disebut
lelehan, karena suatu lelehan tidak memiliki kristal – kristal atau struktur kristal.
Pada umumnya bahan-bahan diwaktu menjadi dingin molekul – molekulnya akan mulai lagi menyusun diri menurut pola kristalnya dan jika bahan itu membeku
akan berbentuk kristal lagi.
Ada
kalanya suatu bahan yang meleleh menjadi cairan waktu mendingin dan membeku
kembali tidak berbentuk kristal,
sehingga tetap memiliki sifat – sifat cairan. Cairan yang membeku demikian
adalah gelas, sehingga dapat dianggap bahwa gelas itu sebagai “cairan” yang mendingin dan membeku tanpa re
– kristalisasi. Adapun oksida yang
membeku demikian itu dan menjadi gelas adalah Silika.
Silika
adalah bahan dasar untuk membuat gelas. Silika
leleh pada suhu 1710°C suatu suhu yang cukup tinggi, didalam alam jarang sekali
terdapat gelas alam. Salah satu gelas adalah Obsidian. Gelas yang
dibuat dari pasir kwarsa atau silika yang berada dalam keadaan kristalin. Dan dalam pemanasan tinggi seperti
pasir kwarsa yang meleleh dan tidak
lagi berbentuk kristalin, cairan ini
didinginkan secara khusus hingga menjadi padat. Dan bahan padat gelas tidak
menjadi kristalin lagi, juga memilki
karakteristik seolah seperti cairan. Cairan dimaksud adalah cairan yang membeku
yang bersifat solid (padat) dan disebut gelas. Jadi gelas adalah: “Cairan yang membeku menjadi padat (solid) tanpa re-kristalin”. Bahan silika yang menjadi bahan utama gelas, bila didinginkan tidak berkristal kembali, yaitu berada dalam
bentuk cairan yang disebut amorphous, sebagai gelas. Dan proses
pencairan silika menjadi gelas
disebut fitrifikasi (penggelasan). Adakalanya cairan glasir biasa membeku padat dan kembali
menjadi kristalin, kejadian ini
dinyatakan sebagai de-fitrifikasi. Untuk menjadi gelas yang bening / transparan dan
tembus cahaya, cairan silika yang
meleleh dalam proses pendinginannya tidak boleh mengalami de-fitrifikasi.
Di atas telah dikatakan bahwa glasir keramik pada hakekatnya adalah
“gelas”, akan tetapi walaupun glasir itu
adalah gelas, komposisi bahannya memang agak berbeda karena fungsinya adalah
sabagai pelapis suatu benda keramik.
Glasir pada prinsipnya harus melekat pada suatu benda keramik,
sedangkan gelas dibentuk secara langsung dari lelehan bisa berupa botol, gelas,
kaca, dan lainnya. Dengan demikian lelehan gelas itu harus agak cair.
Pada keramik, glasir itu tidak boleh meleleh turun dari benda yang dilapisi
sehingga glasir itu harus lebih kaku.
Glasir dibuat dari bermacam – macam
campuran bahan baku
yang belum meleleh dan campuran itu dicairkan dengan air kemudian dilapiskan
merata pada permukaan benda keramik, dimana bahan tersebut akan meleleh
ditempat (dalam tungku / oven) waktu
dibakar.
Gelas dibuat dari campuran bahan Silika dengan bahan – bahan tambahan
untuk menurunkan suhu pembakaran yang seluruhnya dilelehkan dulu menjadi
cairan, dan kemudian pada saat cair itu dibentuk menjadi bermacam – macam
benda.
Di atas telah dikatakan bahwa glasir itu tidak boleh terlalu cair
sehingga akan turun dari benda yang dilapisi. Glasir itu harus lebih kaku dan hal tersebut dapat dicapai dengan
membubuhkan alumina kedalam glasir. Alumina ini mempertinggi viskositas
(viscous = lengket, liat) dari glasir. Dengan demikian glasir yang pada hakekatnya adalah
‘gelas’ tersebut dibuat dengan bahan dasar untuk gelas yaitu Silika beserta dengan bahan pelapis
tambahan lainnya untuk menurunkan suhu pembakaran glasir, diperlukan juga bahan alumina untuk membuatnya lebih liat serta melekat pada benda
keramik yang dilapisi.
Glasir adalah lapisan berupa gelas yang
telah dilelehkan setempat pada permukaan benda keramik, sehingga membuat benda
yang dilapisi itu menjadi halus dan tidak berpori, serta bisa diberi warna atau
tekstur menurut kehendak si pembuat.
Glasir harus melekat pada benda keramik yang akan dilapisi.
Untuk mencapai itu ada 3 komponen yang diperlukan, misalnya pasir kwarsa / silika sebagai bahan gelas;
lalu bahan peleleh (flux) yang dapat mempercepat pelelehan dan menurunkan titik lebur /
titik leleh seluruh bahan glasir; Dan diperlukan pula bahan yang memungkinkan
glasir itu dapat melekat dan bersatu
dengan body benda keramik, berupa
bahan tanah liat.
Dengan demikian
dalam pembuatan glasir telah dapat
ditetapkan komponen dasar yang umumnya dipakai para keramikus sebagai berikut:
a) terdiri
dari komponen bahan pembentuk gelas, misalnya:
pasir kwarsa
murni atau silika --- SiO2
b) terdiri dari komponen flux atau
bahan peleleh (pelebur), misalnya: oksida-oksida
yang titik leburnya relatif rendah; dan c) terdiri dari komponen pelekat, yang merupakan kerangka glasir yang sifatnya sama dengan bahan body benda keramik yang akan dilapisi
(unsur tanah liat) misalnya: alumina ---
Al2.2SiO2.2O2
Menurut
Brian Alexander yang mengemukakan
bahwa diperlukan 3 macam bahan mentah dalam membuat glasir , yaitu 1) Gelas forma
(Glass former) adalah bahan
mentah untuk
membuat bahan seperti kaca (silika),
2)
Stabilisator
(stiffener) adalah bahan mentah
untuk mencegah
meleleh (alumina) sebagai
kerangka.
3)
F l u x s (pelebur) adalah bahan yang membuat melebur
bahan-bahan di atas (1&2),
melebur dan meleleh di dalam
suhu yang lebih rendah ( Brian Alexander, 2001: 44 ).
Selanjutnya untuk dapat membuat glasir diperlukan pengetahuan khusus (tersendiri)
yaitu tentang jenis-jenis glasir,
bahan-bahan baku glasir, rumus- perhitungan-formula
dan resep-resep glasir.
Email: agusmulyadiutomo@yahoo.co.id & goesmul@gmail.com
Blog : Hidup dan Seni.blogspot.goesmul.com.keramik
Dari Buku Wawasan & Tinjauan Seni Keramik, 2007
terima kasih tulisannya, bermanfaat untuk saya yang sedang belajar membuat keramaik. dimana bisa mendapatkan bahan untuk glasir dimaksud? trima kasih
BalasHapusbagaimana kriteria yang baik untuk keramik dari hasil proses glasir?
BalasHapusSaya menyediakan bahan glasir, pigment, pembikinan model dan cetakan pembikinan open elpiji,,, dan menyediakan kebutuhan utk tingku elpiji,,, wa 085879275337...saya dijogja
BalasHapusJuga menerima konsultasi keramik
BalasHapus