Kesepahaman Kriya Dengan Ergonomi
Oleh Agus Mulyadi Utomo
Pengertian “kriya” yang merujuk sebagai “kerja”, sepadan
dengan pengertian “ergonomi”. Ketika para
ahli berkumpul untuk memecahkan dan mencari solusi tentang persoalan-persoalan
manusia bekerja yang menggunakan alat,
menghasilkan produk, penggunaan norma atau aturan atau sistem, untuk bisa mencapai
nilai-nilai kemanfaatan, keefisienan, keamanan dan kesehatan serta kenyamanan.
Bekerjasama dalam mengatasi hal-hal tersebut, diantaranya bisa saja antar profesi
atau gabungan dalam teamwork, bisa dari
unsur teknisi, manajer atau pengusaha, pengelola perang dan persenjataan
(militer), ekonom, hukum, sosial-budaya-kemasyarakatan, dokter, biolog,
psikolog, ahli anatomi, agamawan, seniman, kriyawan dan desainer, dsbnya. Tentu
mereka-mereka yang mengetahui tentang manusia dengan segala aspeknya yaitu
mengenai apa, siapa, mengapa, dimana, bagaimana manusia itu menghasilkan
sesuatu kesepakatan atau nilai-nilai positif atau produk tertentu. Kerjasama yang
saling mendukung dan menemukan titik temu semua pihak, kemudian melahirkan ilmu
“ergonomic” yang berasal dari kata
Yunani “Ergon” (kerja) dan “Nomos” (norma atau aturan).
Kerjasama tersebut terpelihara dan terbina tidak hanya untuk proses pembuatan produk,
tetapi juga untuk instalasi industri dan inspeksi serta perawatan, juga alat-alat,
undang-undang atau peraturan, manajemen serta sarana pembangunan lainnya. Hasil
gemilang manusia di ruang angkasa sebagai contoh hasil dari kerjasama
multi-disipliner tersebut. Juga pada alat transportasi seperti mobil, pesawat
udara, kapal laut, kereta api, traktor, mesin-mesin, dan sebagainya. Karena
tuntutan, ergonomi berkembang terus
dari mikro
ergonomi menjadi makro ergonomi lalu total
ergonomi. Masuk Indonesia dan Universitas yaitu bagian teknik,
kesehatan dan K3, produk dan lainnya,
sebagai ilmu multi-disipliner. Terlihat gaungnya ergonomi, di Indonesia sejak tahun 1969. Di Amerika disebut dengan
Istilah Human Factor. Sekarang berkembang menjadi Human Ergonomic and Human Society.
Ergonomi menurut Prof. Manuaba: adalah Ilmu atau
pendekatan multi & interdisipliner untuk menserasikan alat, cara dan
lingkungan kerja terhadap kemampuan, kebolehan dan keterbatasan manusia demi
tercapainya kesehatan, keselamatan, kenyamanan dan efisiensi yang
setinggi-tingginya (Manuaba, 1998). Definisi ergonomi selengkapnya: adalah
Ilmu, teknologi dan seni atau pendekatan multi dan interdisipliner untuk
menserasikan alat, cara dan lingkungan kerja terhadap kemampuan, kebolehan dan
keterbatasan manusia demi tercapainya kesehatan, keselamatan, kenyamanan dan
efisiensi yang setinggi-tingginya, melalui pemanfaatan fungsional tubuh manusia
secara optimal dan maksimal (Manuaba, 2006).
IEA (International Ergonomics Association) pun mendefinisikan ergonomi
sebagai ilmu yang mengaplikasikan pengetahuan mengenai kemampuan fisik maupun
mental manusia untuk merancang produk, proses, stasiun atau tempat kerja
(workplaces) atau interaksi manusia-mesin (juga lingkungan fisik kerja) yang
kompleks. Definisi paling sederhana dan ringkas; adalah studi
tentang kerja, dikaitkan dengan kerja fisik (physical) dan mental (psychological)
manusia (Sritomo, 2006). Pendekatan ergonomi yang memanfaatkan kemampuan,
kebolehan dan keterbatasan manusia di dalam penetapan pilihan alam, cara dan
lingkungan kerja, yang dilakukan sejak awal perencanaan (conseptual ergonomics) yang dalam hal ini prinsip-prinsip ergonomik
sudah menjadi bagian dari perencanaan menyeluruh. Sedangkan pendekatan ergonomi
yang memanfaatkan kemampuan, kebolehan dan keterbatasan manusia di dalam
penetapan pilihan alam, cara dan lingkungan kerja, yang diperlukan untuk
melakukan perbaikan terhadap system yang sudah ada dinamakan curative ergonomics. Pertimbangan alih teknologi
diharapkan secara teknis lebih efisien, pekerjaan lebih mudah, memerlukan
energi lebih kecil, produktivitas dapat ditingkatkan, sesuai dengan keahlian operator
(pekerja) dan resiko kecelakaan menjadi kecil. Secara ekonomi lebih
menguntungkan yakni tidak menimbulkan kesenjangan sosial, tidak menyebabkan
timbulnya pengangguran, dapat meningkatkan efisiensi tanpa menambah biaya
operasional dan memperpanjang rantai produksi, pemilihan terhadap penggunaan
padat karya atau padat modal yang harus dilakukan dengan cara bijaksana. Secara ergonomik tidak
menimbulkan kecelakaan atau penyakit, dapat mengurangi kerja fisik dan mental,
menciptakan kondisi dan lingkungan kerja yang nyaman sehingga tidak membahyakan
kesehatan pekerja dan meningkatkan kepuasan kerja, menciptakan kondisi yang
seimbang antara unsur teknik, ekonomi, antropologi, kebudayaan dan system
manusia-mesin sehingga efisiensi dapat ditingkatkan. Secara sosio-kultural bisa
dipertanggungjawabkan, keharmonisan kultural harus dipertimbangkan agar alih
teknologi berjalan maksimal, harus pula mempertimbangkan adat-istiadat,
organisasi kerja, kelompok kerja, agama, norma-norma yang berlaku setempat
sehingga tidak terjadi benturan dengan budaya yang sudah ada, dan alih
teknologi harus dilakukan secara total dan menyeluruh sehingga benar-benar
dapat dikuasai dan dijalankan. Hemat energi dan ramah lingkungan, dimana penggunaan
energi harus diminimalisasi, menggunakan sumber energi yang bersih, dan penting
untuk memelihara kelangsungan sumber dan produksi sebagaimana kelangsungan dari
kultur, dan mengacu standar ISO 9000 atau ISO 14000 serta harus benar-benar
diterapkan. Maksudnya adalah bahwa, apabila hendak merancang suatu produk
hendaknya benar-benar mempertimbangkan kepentingan dan kesehatan pemakai produk
tersebut (user oriented).
Demikian
pula yang maksudnya, bahwa dalam
mendesain peralatan, lingkungan kerja dan produk hendaknya benar-benar
mempertimbangkan kenyamanan dan kesehatan baik para pemilik, pekerja, operator atau pengguna produk atau berorientasi
kepada manusia secara menyeluruh (man
oriented). Akhirnya melalui pendekatan SHIP,
yaitu singkatan dari Systemic,
Holistic, Interdiscipliner dan Participatory.
Suatu pendekatan dalam penerapan ergonomi, yang dilakukan dengan cara: a). systemic: semua pekerjaan harus
dilakukan dalam satu kesatuan system yang utuh dan tidak dapat dipisahkan
antara satu dengan lainnya. b). holistic:
kajian komprehenship berbagai aspek
secara menyeluruh yang meliputi aspek teknis, ekonomis, sosial-budaya,
lingkungan, ergonomic dan psikologi.
c). interdisipliner: kajian yang dilakukan secara terintegrasi antara semua
aspek atau elemen dari berbagai disiplin ilmu. d). partisipatory : sejak awal
perencanaan sudah melibatkan berbagai unsur terkait mulai dari pemilik,
operator pengguna produk dan masyarakat setempat.
Oleh Agus Mulyadi Utomo
email: goesmul@gmail.com
Pustaka
Anonim,
2006. Jurnal Ilmu Desain, dalam :
Imam Buchori Zainudin, Desain, Sains Desain dan Sains
tentang Desain: Telaah Filsafat Ilmu. hal. 17 –
34
Anonim, 2006. Jurnal Ilmu Desain, Widagdo, Estetika Dalam Perjalanan Sejarah: Arti dan Peranannya dalam Desain. hal. 3-16
Anonim, 1995. Creativity
and Madness: Psychological Studies of Art and Artist Burbank, Aimed Press, hal.18
Anonim, 2005, BAHASA
DAN SENI, Tahun 33, Nomor 1, Februari 2005
Astuti, Ambar. 1997. Pengetahuan Keramik. Gajah
Mada University Press, Yogyakarta.
Atmosudiro, Sumijati, dkk, Jawa Tengah: Sebuah Potret Warisan Budaya, SPSP. Prv.JawaTengah dan Jur.
Arkeologi FIB-UGM
Atmosudiro,
Sumijati. 1984. Notes on the
Tradition of Pottery Making in the Region of Kasongan, Regency of Bantul.
dalam Satyawati
Donald
Tamplin. 1991. The Arts: A History of
Expression in the 20th Century. London: Harrap, hal. 7
Enget,dkk, 2008. Kriya
Kayu untuk SMK, Jilid 2, Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan
Nasional, hal. 421 – 424.
Francis, Abraham M. 1991. Modernisasi di Dunia Ketiga:
Suatu Teori Umum Pembangunan. Yogyakarta.
Feldman,
B.F. 1967. Art As Image and Idea. Englewood Cliffs, New Jersey, Prentice Hall Inc.
Gustami, Sp. 1985. et al., Pola Hidup dan Produk
Kerajinan Keramik Kasongan. Yogyakarta, Departemen Pendidikan
dan Kebudayaaan, Direktorat Jendral Kebudayaan, Proyek Penelitian Pengkajian
Kebudayaan Nusantara.
Gustami, Sp. 1988. Seni Kerajinan Keramik Kasongan. Yogyakarta: Kontinuitas
dan Perubahannya , Tesis S2 Universitas Gajah Mada.
Haryono, Bedjo. 1995-1996. Pembuatan Kerajinan Tanah Liat
Tradisional. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Bagian Proyek
Pembinaan Permuseuman DIY.
Konperensi Kriya, 1999. Tahun Kriya dan Rekayasa 1999, Institut Teknologi Bandung, 26 Nov” 99.
Koentjaraningrat. 1984. Kebudayaan, Mentalitas dan
Pembangunan. Gramedia Jakarta.
Lury, Celia. 1998. Budaya Konsumen. (Terj.
Hasti T. Champion), Yayasan Obor Indonesia, Jakarta.
Manhei, Karl. 1985. Sosiologi Sistematis.
(Terj: Soerjono Soekanto), Rajawali, Jakarta.
Manuaba, Bunga Rampai Ergonomi Vol.
1, Kumpulan Artikel PS Ergonomi – Fisiologi Kerja, Unud Denpasar, 1998,
Hal. 1
Manuaba, Catatan Kuliah S-2 Ergonomi, 2006
Muchtar, Bud. 1991. Daya Cipta di Bidang Kriya dalam Jurnal Pengetahuan dan Penciptaan Seni. B.P. ISI. Yogyakarta.
Munro,
Thomas,1969. The Arts and Their
Interrelations. Cleveland and London: The Press of Case Western Reserve
University
Soegondho, Santoso. 1995. Tradisi Gerabah di
Indonesia: Dari Masa Prasejarah Hingga Masa Kini. Himpunan
Keramik Indonesia, Jakarta.
Stark,
Miriam T. and William A. Longacre. 1993. Kalinga
Ceramics and New Technologies: Social and Cultural Contexts of Ceramics Change,
dalam W. D. Kingery (Ed), Ceramics and Civilizition: The Social and Cultural
Contexs of New Ceramic Technologies. Volume VI, The American Ceramic
Society, Westerville, OH.
Sritomo W. Subroto, Proceeding Seminar Nasional Ergonomi
2006, 21-22 Nopember 2006, Auditorium Ged. A-D Usakti, Jakarta, hal. 11
Soedarso Sp., 1987. Tinjauan Seni: Pengantar Apresiasi Seni,
Saku Dayar Sana, Yogyakarta
Tamplin, Donald, 1991. The Arts: A History of Expression in the 20th Century.
London: Harrap
Virshup,
Evelyn,1995. Jackson Pollok Art Versus Alchohol. dalam Barry Panter dan Virshup.
Creativity and Madness: Psychological Studies of Art and Artist. Burbank: Aimed Press,
1995.
Wiyoso
Yudoseputro, 1983. Seni Kerajinan Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta
Wiyoso Yudoseputro, 1983. Seni Kerajinan Indonesia,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta,
hal.151.
Yuswadi
Saliya, 1999. Pendekatan Interdisiplin dalam Desain: Suatu Penjelajahan Awal. Hal. 785 – 8
Tidak ada komentar:
Posting Komentar