SIKAP KERJA
DUDUK-BERDIRI BERGANTIAN
MENURUNKAN
BEBAN KERJA, KELUHAN SUBYEKTIF DAN KELELAHAN PADA SALES PROMOTION GIRL HANDPHONE
CELULER
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Penggunaan handphone seluler (HP) di masyarakat sudah bukan produk yang asing lagi dan bukan
sesuatu yang dianggap mewah. Suatu pemandangan yang biasa dari penggunaan HP mulai dari rumah tangga, di pasar-pasar
tradisional, di Supermarket atau pun
di pusat-pusat perbelanjaan, tempat-tempat fasilitas umum, di kantor-kantor, di
kampus ataupun di sekolah-sekolah terlihat orang menggunakan HP.
Orang tua, orang dewasa sampai
anak-anak sekolah kini memanfaatkan HP untuk
berkomunikasi, berbisnis, hiburan, churhat,
memberi dan menerima informasi yang bersifat international, nasional dan lokal bahkan untuk keperluan lain yang
paling pribadi sekalipun. Apalagi HP
kini sudah semakin canggih, bersifat multi
media, terintegrasi dengan kamera digital,
komputer yang dapat mengakses internet,
video-TV , radio dan berbagai layanan
menarik yang semakin hari semakin paripurna dengan model yang juga semakin
beragam pula.
Sebagai gambaran pesatnya
perkembangan penggunaan HP, maka counter-counter penjualan atau toko-toko
penjualan HP pun seolah menjamur dan
tumbuh di pusat dan sudut-sudut perkotaan bahkan sudah merambah dan bisa
dijumpai di pedesaan, tidak hanya penjualan berbagai macam model HP, juga penjualan pulsa, aksesoris dan pelayanan
servis. Bahkan sudah berkesan sebagai
suatu bentuk persaingan usaha, karena terlihat saling berdekatan satu dengan
lainnya, ada yang berderet pada sisi jalan atau di sebrang jalan. Di Mall dan Supermarket menjadi bagian dari bisnis penjualan yang cukup
menjanjikan.
|
|
Pekerjaan sebagai SPG
sebenarnya tidak terlalu berat bagi tenaga wanita, karena pekerjaan ini cukup
sederhana tidak banyak memerlukan kekuatan otot. Hal yang menyebabkan timbulnya
kelelahan berdasarkan survey pendahuluan justru karena sikap kerja berdiri
dalam mempromosikan produk berupa berbagai macam HP, disamping itu kelelahan terjadi karena sikap kerja berdiri
untuk meyakinkan dan melayani pengunjung dan konsumen atau pelanggan yang
datang.
Tarwaka menyebutkan dalam
penelitiannya, bahwa intervensi ergonomi untuk sikap kerja duduk-berdiri
bergantian dapat meningkatkan produktivitas kerja secara signifikan
dibandingkan dengan sikap kerja berdiri (Tarwaka, 2002). Sedangkan Adiputra menyebut melalui
intervensi ergonomi pada industri skala kecil dengan memberikan meja dan kursi
ergonomis, tenaga kerja bisa bekerja lebih nyaman (Adiputra, 2000).
Dengan intervensi terhadap sikap
kerja dan stasiun kerja yang menuju ergonomis,
sesuai dengan jenis pekerjaan SPG dimungkinkan dapat mengurangi beban kerja,
keluhan subyektif dan kelelahan serta meningkatkan produktivitas kerja yang hingga
saat ini masih belum diteliti. Penelitian untuk memecahkan masalah-masalah
ergonomi fisiologi kerja pada SPG perlu
dilakukan, khususnya terhadap perbaikan sikap kerja dan stasiun
kerja yang dilakukan
dengan pendekatan partisipatoris, sehingga
mereka akan
|
1.2 Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang
tersebut di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai
berikut:
1). Apakah perbaikan sikap kerja dan stasiun
kerja duduk-berdiri bergantian dapat
mengurangi beban kerja Sales
Promotion Girl (SPG) ?
2). Apakah perbaikan sikap kerja dan stasiun
kerja duduk-berdiri bergantian dapat
mengurangi keluhan subyektif Sales Promotion Girl (SPG) ?
3) Apakah perbaikan sikap kerja dan stasiun
kerja duduk-berdiri bergantian dapat
mengurangi kelelahan Sales Promotion Girl (SPG) ?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini
terbagi menjadi dua, yaitu tujuan yang bersifat umum dan tujuan khusus adalah
sebagai berikut:
1.3.1
Tujuan Umum
Tujuan
umum penelitian adalah untuk mengetahui perbaikan sikap kerja dan stasium kerja
duduk-berdiri bergantian pada Sales
Promotion Girl (SPG) handphone
seluler terhadap beban kerja, kelelahan dan keluhan subyektif.
1.3.2
|
1)
Untuk mengetahui pengaruh rangcangan (desain) sikap
kerja dan stasiun kerja duduk-berdiri bergantian terhadap beban kerja para Sales Promotion Girl (SPG) handphone seluler.
2)
Untuk mengetahui pengaruh rangcangan (desain) sikap
kerja dan stasiun kerja duduk-berdiri bergantian terhadap keluhan subyektif
para Sales Promotion Girl (SPG) handphone seluler.
3)
Untuk mengetahui pengaruh rangcangan (desain) sikap
kerja dan stasiun kerja duduk-berdiri bergantian terhadap kelelahan para Sales Promotion Girl (SPG) handphone seluler.
1.4 Manfaat
Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1)
Dapat
memberikan sumbangan ilmiah bagi pengembangan penelitian lain dikemudian hari.
2)
Memperoleh
sikap kerja dan stasiun kerja yang sesuai dengan Sales Promotion Girl (SPG) handphone
seluler dalam upaya mengurangi beban kerja, keluhan subyektif dan
kelelahan.
3)
Dapat
memberikan informasi kepada para pengelola usaha bisnis penjualan handphone seluler tentang pemecahan
masalah beban kerja, keluhan subyektif dan kelelahan pada pekerja Sales Promotion Girl (SPG) handphone seluler.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
Pekerjaan Sales Promotion Girl
(SPG) handphone seluler
Dalam suatu usaha bisnis
penjualan handphone seluler yang
menggunakan tenaga Sales Promotion Girl (SPG)
yang bertugas pada bagian promosi dan penjualan dapat digambarkan aktivitasnya
sebagai berikut:
|
|
|
|
|
( 1)
(2) (3)
|
1)
|
2) SPG berusaha memberi keyakinan tentang
produk dan melayani pembeli atau pelanggan, negosiasi, baik cash maupun credit dengan sebaik-baiknya.
3) SPG meneruskan ke kasir untuk pembayaran
produk. Bila barang pada lemari / meja pajang produk habis menghubungi ke
bagian stok barang untuk jenis barang yang diperlukan tambahan. SPG juga
meneruskan ke bagian service untuk memperbaiki
HP yang rusak dan menerima pembayaran order untuk diteruskan ke kasir.
Dari proses kerja sederhana
tersebut di atas, yang paling melelahkan adalah proses promosi dan negosiasi
sampai batas yang telah diperkenankan manajemen penjualan, yang bisa berdiri
dalam waktu cukup lama 4 – 6 jam per
hari. Hal ini disebabkan karena sikap kerja berdiri merupakan sikap kerja
statis, juga menyesuaikan dengan mobilitas dalam pelayanan atau penerimaan
order dan lainnya. Menurut Astrand dan Rodahl (1977) bahwa sikap kerja statis
menyebabkan sensasi ketidaknyamanan, kelelahan dan kenyerian pada anggota tubuh
tertentu.
2.2 Stasiun
Kerja dan Sikap Kerja
Manuaba (1999) menyatakan bahwa ergonomi
adalah kemampuan untuk menerapkan informasi menurut karakter manusia, kapasitas
dan keterbatasannya terhadap desain pekerjaan, mesin dan sistemnya, ruangan
kerja dan lingkungan, sehingga manusia dapat hidup dan bekerja secara sehat,
aman, nyaman, dan efisien. Sutalaksana
(1999) berkaitan dengan alat kerja menyatakan bahwa desain alat kerja yang
ergonomis apabila secara antropometris,
faal, biomekanik dan psikologis sesuai dengan pemakainya.
2.2.1
|
Setiap desain produk, baik
yang sederhana maupun yang kompleks, antropometri penting untuk diperhatikan
dan harus mampu mengacu pada antropometri pemakainya. Sanders & McCormick
(1987); Pheasant (1988) menyatakan bahwa antropometri adalah pengukuran dimensi
tubuh manusia atau karakteristik fisik tubuh lainnya yang relevan dengan desain
tentang sesuatu yang dipakai orang.
Sutarman (1972) juga menyatakan bahwa dengan mengetahui ukuran
antropometri tenaga kerja, akan dapat dibuat suatu desain alat-alat kerja yang
sepadan bagi tenaga kerja yang menggunakan, dengan harapan dapat menciptakan
kenyamanan, kesehatan, keselamatan dan estetika kerja.
2.2.2
Stasiun Kerja dan Sikap Kerja Duduk
Grandjean menyatakan bahwa
bekerja dengan posisi duduk mempunyai keuntungan antara lain: pembebanan pada
kaki, pemakaian energi dan keperluan untuk sirkulasi darah dapat dikurangi
(Grandjean, 1993). Sedangkan menurut Clark, bahwa desain stasiun kerja dengan posisi duduk mempunyai
derajat stabilitas tubuh yang tinggi, mengurangi kelelahan dan keluhan
subyektif bila bekerja lebih dari 2 jam (Clark, 1996). Ukuran tempat duduk
disesuaikan dengan dimensi antropometri pemakainya. Fleksi lutut membentuk
sudut 90º dengan telapak kaki bertumpu pada lantai atau injakan kaki (Pheasant,
1988).
2.2.3
Stasiun Kerja dan Sikap Kerja Berdiri
Manuaba (1986); Sanders &
McCormick (1987); Grandjean (1993) merekomendasikan bahwa untuk pekerjaan yang
memerlukan ketelitian landasan kerja adalah 5 – 10 cm di atas siku berdiri;
untuk pekerjaan yang sering memerlukan ruangan untuk peralatan landasan kerja
adalah 10 - 15 cm di bawah tinggi siku berdiri, sedangkan untuk pekerjaan yang
memerlukan penekanan dengan kuat, tinggi landasan kerja adalah 15 – 40 cm di
bawah tinggi siku berdiri.
|
2.2.4
Stasiun Kerja dan Sikap Kerja Dinamis
Stasiun kerja desainnya ditentukan oleh jenis dan
sifat pekerjaan yang dilakukan. Desain stasiun kerja baik yang untuk
posisi duduk maupun posisi berdiri , keduanya mempunyai keuntungan dan
kerugian. Cavakitsakulchai dan Shahnavas (1991) mengatakan bahwa gangguan pada
sistem muskuloskeletal yaitu pada pinggang, leher, bahu dan paha diakibatkan
oleh sikap kerja yang salah seperti sikap kerja duduk atau berdiri. Das (1991)
dan Pulat (1992) menyatakan bahwa posisi duduk-berdiri merupakan posisi terbaik
dan lebih dikehendaki daripada hanya posisi duduk saja atau berdiri saja. Selanjutnya
Helander (1995), menyatakan bahwa posisi duduk-berdiri yang telah banyak
dicobakan di industri ternyata mempunyai keuntungan secara biomekanis, dimana
tekanan pada tulang belakang dan pinggang 30% lebih rendah dibandingkan dengan
posisi duduk ataupun berdiri terus menerus. Hal tersebut ternyata dapat dipakai
sebagai pertimbangan dalam intervensi ergonomi, sehingga penerapan posisi kerja
duduk-berdiri dapat memberikan keuntungan-keuntungan bagi sebagaian besar
tenaga kerja. Penelitian yang mendukung intervensi adalah Sutajaya (1998),
Arjani (2003), Murniasih (2003) dan Subrata (2003) yang mengungkap banyak
manfaat akibat perbaikan sarana kerja dan sikap
kerja secara ergonomis.
2.3
Kelelahan Akibat Kerja
|
Kelelahan merupakan suatu
suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh terhindar dari kerusakan lebih
lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat. Pada umumnya kelelahan
biasa ditandai dengan berkurangnya kemauan untuk bekerja yang disebabkan oleh
karena bersifat monoton, intensitas dan lamanya kerja fisik, keadaan
lingkungan, sebab-sebab mental, status kesehatan dan keadaan asupan gizi.
Kelelahan secara umum dapat dimulai dari yang sangat ringat sampai pada
perasaan yang sangat melelahkan. Kelelahan subyektif biasanya terjadi pada
akhir jam kerja, apabila rata-rata beban kerja melebihi 30 – 40 % dari tenaga aerobik maksimal (Astrand & Randahl,
1977; Pulat, 1992).
2.3.2 Faktor
Penyebab Kelelahan Akibat Kerja
Grandjean (1993) menyatakan bahwa faktor
penyebab terjadinya kelelahan sangat bervariasi, dan untuk memelihara atau mempertahankan
kesehatan dan efisiensi, proses penyegaran harus dilakukan diluar tekanan (cancel out the stress). Rodahl (1977)
berpendapat bahwa kerja dapat dipertahankan beberapa jam per hari tanpa gejala
kelelahan jika tenaga yang dikerahkan tidak lebih dari 8% dari maksimum tenaga
otot. Waters & Bhattacharya (1966), berpendapt bahwa kontraksi otot, baik
statis maupun dinamis dapat menyebabkan kelelahan otot setempat. Kelelahan
tersebut terjadi pada waktu ketahanan otot terlampaui. Sedangkan Anis &
McConville (1996) berpendapat bahwa saat kebutuhan metabolisme dinamis dan
aktivitas melampaui kapasitas energi yang dihasilkan tenaga kerja, maka
kontraksi otot akan terpengaruh sehingga kelelahan seluruh badan terjadi.
2.3.3
|
Cara untuk mengukur tingkat kelelahan
secara langsung, sampai saat ini belum ada. Pengukuran-pengukuran yang
dilakukan oleh para peneliti hanya berupa indikator yang menunjukkan terjadinya
kelelahan akibat kerja. Menurut Grandjean (1993) metode pengukuran kelelahan
dikelompokkan dalam beberapa kelompok sebagai berikut:
a. Kualitas dan kuantitas kerja yang
dilakukan
b. Perasaan kelelahan yang subyektif
c.
Uji
hilangnya kelipan
d. Uji psiko-motor
e. Uji mental
2.4
Beban Kerja
2.4.1
Jenis Beban Kerja
Rodahl (1989) menyatakan bahwa hubungan
antara beban kerja dan kapasitas kerja dipengaruhi oleh faktor yang sangat
kompleks, baik faktor internal maupun eksternal.
1). Faktor internal,
meliputi: faktor somatis dan faktor psikis
2). Faktor
eksternal, meliputi: tugas-tugas, organisasi dan lingkungan kerja
2.4.2
Penilaian Beban Kerja
Menurut Astrand & Rodahl (1977);
Rodahl (1989), penilaian beban kerja fisik dapat dilakukan dengan dua metode
secara obyektif, yaitu metode penilaian langsung dengan cara mengukur energi
yang dikeluarkan melalui asupan oxigen selama
bekerja, dan metode pengukuran tidak langsung, dengan cara menghitung denyut
nadi selama kerja.
|
2.5
Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja adalah salah
satu faktor yang berpengaruh terhadaap kelelahan, keluhan subyektif dan
produktivitas kerja. Manuaba (1992) menyatakan bahwa lingkungan kerja yang
nyaman sangat dibutuhkan oleh pekerja untuk dapat bekerja secara optimal dan
produktif. Kaitannya dengan masalah lingkungan kerja pada bisnis handphone seluler yang perlu
diperhatikan adalah mikrolimat. Mikrolimat dalam lingkungan kerja
terdiri dari unsur, suhu udara, kelembaban, panas radiasi, dan gerakan udara
(Bernard, 1996).
Dalam kaitannya dengan suhu
panas lingkungan kerja, Grandjean (1993) memberikan batas toleransi suhu tinggi
sebesar 35 – 40 º C, kecepatan udara 0,2 m / detik, kelembaban antara 40 – 50
%, perbedaan suhu permukaan < 4 º
C. Berkaitan dengan penerangan, Amstrong
(1992) menyatakan bahwa intensitas penerangan yang kurang dapat menyebabkan
gangguan visibilitas dan eyestrain. Sebaliknya intensitas penerangan yang
berlebihan juga dapat menyebabkan glare,
reflection, excessive shadows, visibility dan eyestrain. Amstrong lebih
lanjut merekomendasikan intensitas penerangan umum (general litghting) yang
sesuai dengan pekerjaan dengan tingkat ketelitian dan kontras sedang, adalah antara 240 – 400 luks (Amstrong, 1992),
seperti pekerjaan promosi handphone
seluler ini. Manuaba menyarankan
antara 170 – 350 luks (Manuaba,
1986). Sedangkan Sanders & McCormick (1987) dan Gradjean (1993)
merekomendasikan antara 200 – 300 luks.
|
2.6
Organisasi Kerja
Dalam suatu organisasi kerja,
umumnya menyangkut tentang waktu kerja, waktu istirahat, sistem kerja (harian /
bulanan / borongan), musik dan insentif dapat berpengaruh terhadap
produktivitas kerja, baik langsung maupun tidak langsung. Manuaba menjelaskan bahwa jam kerja
berlebihan, jam kerja lembur di luar batas kemampuan, akan dapat mempercepat
munculnya kelelahan, menurunkan ketepatan, kecepatan dan ketelitian kerja
(Manuaba, 1990). Oleh karena setiap fungsi tubuh memerlukan keseimbangan yang
ritmis antara asupan energi dan penggantian energi (istirahat kerja).
Diperlukan istirahat pendek dengan sedikit kudapan atau minum (15 menit setelah
2 jam bekerja) untuk mempertahankan performan
dan efisiensi kerja.
BAB III
KERANGKA KONSEP
DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1
Kerangka Konsep
Berdasarkan teori-teori penelitian
sebagaimana telah dijabarkan pada bab sebelumnya, maka dapat dijelaskan suatu
alur pikir atau kerangka konsep dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a)
Untuk
dapat mengurangi beban kerja, keluhan subyektif dan kelelahan pada sales promotion girl handphone seluler,
maka diperlukan upaya perbaikan terhadap masalah yang terjadi pada tempat
kerja.
b)
Kondisi
stasiun kerja adalah masalah yang penting untuk diatasi, dimana stasiun kerja
yang ada sekarang menyebabkan sikap kerja statis dan sikap paksa dalam bekerja.
c)
Agar
dalam aktivitas promosi dan pelayanan konsumen handphone seluler dapat dilakukan dengan sikap yang lebih dinamis
yaitu duduk-berdiri bergantian, maka diperlukan rancangan stasiun kerja yang
mempertimbangkan kemampuan, kebolehan dan batasan pemakainya. Sikap kerja yang dinamis
tersebut juga dimaksudkan untuk dapat
mengurangi akan beban kerja, keluhan subyektif dan kelelahan.
d) Selain task, faktor yang berpengaruh
terhadap beban kerja, keluhan subyektif dan kelelahan adalah organisasi kerja
dan lingkungan dalam bekerja.
e)
|
|
Keterangan :
Diteliti
Dikontrol
Bagan 2 Kerangka Konsep Penelitian
3.2
|
Hipotesis penelitian yang
berdasarkan rumusan masalah dan kerangka konsep di atas yang bisa diajukan
adalah sebagai berikut:
1) Stasiun kerja dan sikap kerja
duduk-berdiri bergantian, dapat mengurangi beban kerja SPG handphone seluler, dibandingkan dengan sikap kerja berdiri.
2) Stasiun kerja dan sikap kerja
duduk-berdiri bergantian, dapat mengurangi beban kerja SPG handphone seluler, dibandingkan dengan sikap kerja duduk saja di
kursi.
3) Stasiun kerja dan sikap kerja
duduk-berdiri bergantian, dapat mengurangi keluhan subyektif berupa gangguan
otot skeletal SPG handphone seluler,
dibandingkan dengan sikap kerja berdiri.
4) Stasiun kerja dan sikap kerja
duduk-berdiri bergantian, dapat mengurangi keluhan subyektif berupa gangguan
otot skeletal SPG handphone seluler,
dibandingkan dengan sikap kerja duduk dikursi.
5) Stasiun kerja dan sikap kerja
duduk-berdiri bergantian, dapat mengurangi kelelahan SPG handphone seluler, dibandingkan dengan sikap kerja berdiri.
6) Stasiun kerja dan sikap kerja
duduk-berdiri bergantian, dapat mengurangi kelelahan SPG handphone seluler, dibandingkan dengan sikap kerja duduk di kursi.
BAB
IV
METODE
PENELITIAN
4.1 Rancangan
Penelitian
Penelitian ini menggunakan
rancangan sama subyek (Treatment by
Subjects Design) dengan metode eksperimental (perlakuan), secara bagan
dapat digambarkan sebagai berikut:
|
|||||||
Bagan
3 Rancangan Penelitian “Treatment by
Subjects Design”
Keterangan:
P :
Populasi
R : Random
S :
Subyek
O : Observasi
awal pada masing-masing kelompok perlakuan
O1 : Observasi akhir kelompok kontrol (P0)
O2 : Observasi akhir kelompok
perlakuan 1 (P1)
O3 : Observasi akhir kelompok perlakuan 2 (P2)
P0 :
Subyek bekerja dengan cara lama, yaitu dengan sikap kerja berdiri (kelompok
kontrol)
P1 :
Subyek bekerja dengan cara lama, yaitu dengan sikap kerja duduk di kursi
|
|
WO : Washing
Out dari masing-masing perlakuan diberikan selama 3 hari
Adt : Adaptasi terhadap perlakuan berikutnya
diberikan waktu 3 hari
4.2
Subyek dan Sampel
4.2.1
Variabilitas Populasi
Populasi dari penelitian ini adalah Sales Promotion Girl (SPG), seperti
namanya terdiri dari para pekerja wanita pada usaha atau bisnis handphone seluler di Daerah Tingkat II Kota Madya Denpasar.
Berdasarkan survey awal ditemukan 2 sikap kerja yakni berdiri terus menerus dan
duduk dikursi. Mengingat kedua sikap kerja tersebut termasuk sikap kerja
statis, maka perlu kiranya diadakan perbaikan stasiun kerja agar bisa melakukan
pekerjaan dengan sikap kerja dinamis, duduk-berdiri bergantian.
4.2.2
Kriteria Sampel
Kriteria sampel yang
ditetapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) SPG handphone seluler di Kodya Denpasar
2) Jenis kelamin (sex) wanita
3) Pengalaman kerja minimal 1 tahun
4) Tidak dalam kondisi sakit
5) Tidak dalam keadaan hamil
6) Bersedia menjadi subyek penelitian
4.2.3
|
Besar sampel dfihitung
berdasarkan rumus Pocook (1986) dengan formula sebagai berikut:
2 σ²
n = ƒ (α,β)
( μ2 – μ1 )
Keterangan:
n : Besar sampel
μ1 : Rarata skor gangguan sistem muskuloskeletal pada kondisi kerja lama
σ : Simpang baku skor gangguan sistem muskuloskeletal pada kondisi kerja lama
μ2 : Perkiraan rerata skor ganguan muskuloskeletal setelah mendapat perlakuan
ƒ (α,β) : Nilai pada tabel
Pocook (one tailed)
Berdasarkan survey pendahuluan, rerata
skor gangguan system musculoskeletal pada
kondisi kerja yang lama ( μ1 ) adalah 71,56 dengan simpang baku (σ) sebesar 7, 58. Perkiraan skor gangguan sistem muskuloskeletal setelah mendapat
perlakuan adalah sebesar 57,03 ( terdapat penurunan sebesar 20 % secara
signifikan atau bermakna) dengan tingkat kemaknaan (α) untuk one tailed adalah 0,025 dan memiliki
power penelitian (1-β) adalah 0,9, maka β adalah 0,10 sehingga nilai ƒ (α,β) adalah 13,0. Maka besarnya sampel (n)
berdasarkan formula tersebut adalah:
2
( 7,58)²
n = X 13,0
(71,56 – 57,03)²
|
n = X 13,0 = 7,07
211,12
Jadi = 7
Menurut Basuki (1985) untuk
mengantisipasi apabila subyek terpilih drop out sehingga tidak perlu mensubsidi
subyek lain, maka jumlah sampel harus ditambah minimum 10 % dari jumlah sampel
(n) sehingga hasil tidak perlu mensubsitusi subyek lain. Maka jumlah sampel
harus ditambah minimum 10 % dari jumlah sampel sehingga hasil perhitungan pun
menjadi [n = n + (0,10 x n)]. Dari formula tersebut diperoleh jumlah sampel
minimal 7 + 0,7= 8 orang subyek.
4.2.4 Teknik Penentuan Sampel
Teknik penentuan sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah acak sederhana (simple random sampling) dengan menggunakan tabel bilangan random.
SPG handphone seluler berjumlah sekitar 30 orang. Dari jumlah tersebut dipilih
calon sampel yang memenuhi kriteria inklusi (16 orang). Dari jumlah tersebut
akan ditentukan sampel sebanyak 8 orang. Dengan menggunakan tabel bilangan
random, maka didapatkan 8 sampel tersebut mulai tusukan pertama pada bilangan
random dengan bilangan dua digit secara berurutan.
4.2.5
Kriteria Tidak Dilanjutkan Sebagai Sampel
1) Subyek mengalami cedera dan sakit saat
berlangsungnya penelitian.
2)
|
4.3
Variabel Penelitian
4.3.1 Identifikasi dan Klasifikasi Variabel
Berdasarkan fungsi dan
peranannya, variabel penelitian dapat diklasifikasikan menjadi variabel bebas,
variabel kendali / kontrol dan variabel tergantung (Suryabrata, 1990). Adapun
penjabarannya adalah sebagai berikut:
1) Variabel
bebas meliputi:
* Stasiun kerja dan sikap berdiri
* Stasiun kerja dan sikap kerja duduk di
kursi
* Stasiun kerja dan sikap kerja
duduk-berdiri bergantian
2) Variabel
kendali / kontrol meliputi:
* Subyek ( umur, jenis kelamin, masa
kerja)
* Organisasi kerja (jam kerja, jam
istirahat, sistem kerja borongan/harian/bulanan)
*Lingkungan kerja (mikroklimat)
3) Variabel
intervening
* Sikap kerja
4) Variabel
tergantung meliputi:
* Beban kerja
* Keluhan Subyektif
* Kelelahan
|
Bagan 4 Hubungan Antar Variabel Penelitian
4.3.2
|
Adapun definisi operasional
yang berkaitan dengan penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Stasiun kerja dan sikap kerja berdiri
adalah tempat kerja mempromosikan produk handphone
seluler dan melayani konsumen sebagai bidang kerjanya.
2) Stasiun kerja dengan sikap kerja duduk
adalah tempat kerja dengan cara duduk di kursi bulat dengan tinggi 75 cm sambil melayani pembeli.
3) Stasiun kerja dengan sikap duduk-berdiri
bergantian adalah tempat kerja mempromosikan handphone seluler dan melayani konsumen dengan desain sesuai dengan
antropometri Sales Promotion Girl untuk
nyaman duduk-berdiri bergantian. Kursi dapat diatur ketinggiannya menyesuaikan
tinggi telapak kaki-pangkal paha masing-masing Sales Promotion Girl.
4) Antropometri
pekerja adalah data tubuh
pekerja yang akan digunakan untuk mendesain stasiun kerja. Dalam hal ini yang
diukur hanya antropometri statis pada
posisi berdiri dan diukur dengan menggunakan antropometer.
5) Masa kerja adalah lamanya bekerja sebagai Sales Promotion Girl , sejak mulai
menjadi sebagai tenaga kerja hingga
menjadi subyek penelitian.
6) Jam kerja adalah waktu kerja yang dihitung
dari saat melakukan pekerjaan promosi, dari mulai jam 09.00 s.d 12.00 Wita,
istirahat jam 12.00 s.d 13.00 Wita, dan
bekerja lagi dari 13.00 s.d 17.00 Wita.
7)
Mikroklimat, adalah suatu kondisi udara ambien lingkungan kerja disaat dilakukan penelitian. Mikroklimat meliputi parameter suhu
udara kering, suhu basah, suhu radiasi, kelembaban, kecepatan udara, index suhu bola basah dan intensitas
penerangan.
8)
|
|
9) Denyut nadi istirahat adalah denyut nadi
per menit yang dihitung dalam keadaan istirahat atau sebelum pekerja melakukan
aktivitas dan dihitung dengan metode 10 denyut pada arteri radialis dengan menggunakan stop watch (Kilbon, 1992).
10) Denyut nadi kerja adalah denyut nadi per
menit yang dihitung setelah bekerja sedikitnya 1 jam dan dihitung dengan metode
10 denyut pada arteri radialis dengan
menggunakan stop watch (Kilbon, 1992)
11) Nadi kerja adalah selisih antara denyut
nadi kerja dengan denyut nadi istirahat (peningkatan denyut nadi).
12) Keluhan subyektif adalah gangguan atau
kenyerian pada bagian-bagian otot skelet yang
dialami oleh tenaga kerja, baik sebelum bekerja maupun setelah bekerja yang
bersifat subyektif. Keluhan subyektif diukur dengan menggunakan kuesioner Body
Map for Evaluating Body Part
Discomfort dari Corlet (1992), dengan kriteria penilaian sebagai berikut:
·
A= tidak
sakit (nilai 1). Subyek tidak merasakan adanya keluhan atau kenyerian pada
anggota tubuh tertentu.
·
B= agak sakit (nilai 2).
Subyek merasakan adanya sedikit keluhan atau kenyerian pada anggota tubuh
tertentu, tetapi keluhan atau kenyerian tidak mengganggu pekerjaan.
·
|
·
D= sangat sakit (nilai 4).
Subyek merasakan adanya keluhyan atau kenyerian pada anggota tubuh tertentu dan
sangat mengganggu pekerjaan. Keluhan atau kenyerian tersebut masih terasa atau
tidak hilang sampai malam harinya.
13) Kelelahan adalah suatu keadaan yang
ditandai dengan menurunnya fungsi persepsi interpretasi dan reaksi motor yang dialami pekerja. Dalam
penelitian ini kelelahan subyektif diukur secara obyektif dengan menggunakan alat
reaction timer memakai indikator
nyala lampu (cahaya). Terjadinya pemanjangan waktu reaksi seseorang terhadap
rangsang cahaya merupakan petunjuk adanya pelambatan pada proses faal otot. Pelambatan reaksi tersebut sekaligus sebagai
indikator terjadinya kelelahan.
4.4
Alat Pengambil Data
Alat untuk mengambil data, yang digunakan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Termometer klinik: untuk
mengukur suhu tubuh
2) Lux meter: untuk
mengukur tingkat intensitas penerangan
3) Meteran logam: untuk
mengukur stasiun kerja
4) Antropometer: untuk
mengukur antropometri pekerja
5)
Stop Watch: untuk mengukur denyut nadi
6)
Reaction timer: untuk mengukur kecepatan waktu reaksi cahaya
7)
|
8)
Questempº10
digital – Area heat stress monitor: untuk mengukur mikroklimat yang meliputi suhu kering, suhu basah, suhu radiasi dan
index suhu bola basah (ISBB)
9)
Timbangan badan: untuk menimbang berat badan
10) Alat-alat
tulis-menulis: mencatat data
11) Kamera:
untuk merekam data visual
4.5
Tempat Penelitian
Tempat penelitian di lakukan
di beberapa usaha bisnis handphone
seluler yang memperkerjakan tenaga kerja wanita sebagai Sales Promotion Girl (SPG) sebagai ujung
tombak promosi dan penjualan handphone
seluler di beberapa tempat di Kodya Denpasar.
4.6
Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama pada bulan
Pebruari sampai dengan bulan Maret 2007.
4.7
Tata Laksana atau Protokol Penelitian
Langkah-langkah yang akan
diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut di bawah ini:
4.7.1
Tahap Persiapan dan Administrasi
Penelitian
1) Studi kepustakaan: dari
buku, jurnal, proceeding, internet dan lainnya yang relevan dengan topik
penelitian.
2) Mengurus surat-surat yang diperlukan untuk
mendukung jalannya penelitian.
3)
|
4) Melakukan penentuan sampel (sampling) berdasarkan metode dan
kriteria yang telah ditetapkan, yang dalam hal ini adalah acak sederhana (simple random sampling) dengan
mengguinakan tabel bilangan random.
5) Meminta persetujuan penelitian kepada pemilik usaha bisnis handphone seluler dan subyek terpilih.
6) Mengukur antropometri subyek dengan antropometer
yang digunakan sebagai dasar untuk mendesain stasiun kerja.
7) Membuat kursi yang sesuai dengan antropometri tenaga kerja wanita untuk
intervensi.
8) Mempersiapkan petugas pengumpul data dan
alat-alat yang digunakan dalam penelitian.
4.7.2
Tahap Pelaksanaan Penelitian dan Prosedur Teknik Penelitian
1)
Protokol untuk subyek
a) Subyek dijemput
dari tempat kerja masing-masing dan sudah sampai ditempat
penelitian 30 menit sebelum penelitian.
b) Subyek diberi
makan dan minum dengan porsi menu yang sama.
c) Setelah subyek
istirahat ± 10 menit, kemudian dilakukan penghitungan denyut nadi
istirahat. Pada saat subyek dalam keadaan duduk rileks.
d)
Masih dalam keadaan duduk rileks, dilakukan pengukuran suhu tubuh bagian oral
(di bawah lidah). Selama pengukuran subyek
harus menutup mulut dengan rapat ± 2
menit. Selama waktu penelitian subyek
tidak minum es dan minum panas agar tidak
mempengaruhi suhu oral.
e)
|
skeletal dipandu oleh surveyor.
f) Kemudian subyek melaksanakan uji waktu
reaksi cahaya dalam keadaan rileks di
kursi dalam posisi membelakangi surveyor, sehingga subyek tidak
terpengaruh oleh
gerakan-gerakan surveyor.
g) Setelah selesai pre-test, subyek bekerja sesuai dengan perlakuan dan jadwal yang
ditetapkan.
h) Pada tahap pertama subyek bekerja melakukn
promosi dan melayani konsumen
dengan sikap berdiri, seperti stasiun kerja dan sikap kerja yang biasa
mereka
lakukan (simulasi). Setelah selesai tahap pertama , subyek diberi
washing out
selama 3 hari.
i)
Pada
tahap kedua, subyek bekerja dengan cara duduk di atas kursi bulat dengan
ketinggian 75 cm terbuat dari rotan yang
ada dilapangan. Setelah tahap ini selesai,
subyek diberi washing out selama 3 hari.
j)
Pada
tahap ketiga, subyek bekerja dengan diberikan intervensi stasiun kerja baru
berupa kursi bulat yang bisa diatur ketinggiannya dan sesuai antropometri,
dengan sikap kerja duduk-berdiri bergantian.
k) Pada saat bekerja, setiap jam subyek
diukur suhu tubuh dan denyut nadi kerjanya. Setelah selesai bekerja subyek
menjalani post-test yaitu uji waktu
reaksi cahaya dan mengisi kuesioner keluhan subyektif dengan metode sama
seperti pre-test.
2) Protokol
untuk Surveyor
Langkah-langkah pelaksanaan
penelitian yang dilakukan oleh surveyor
untuk memperoleh data adalah sebagai berikut:
a)
|
b) Melakukan pengukuran terhadap
variabel-variabel penelitian, sesuai dengan rancangan penelitian yang telah
ditetapkan (treatment by subjects design).
c) Melakukan pengukuran terhadap variabel kendali, yaitu mengukur
mikroklimat di tempat kerja setiap 1 jam yang meliputi parameter suhu basah,
suhu kering, suhu radiasi, kelembaban, kecepatan udara dan intensitas
penerangan.
d)
Melakukan observasi awal (pre-test) terhadap variable tergantung pada setiap kelompok
perlakuan, diantaranya:
·
Menghitung
denyut nadi istirahat dengan metode 10 denyut pada pergelangan tangan atau arteri radialis memakai stop watch.
·
Mengukur
suhu tubuh subyek dengan termometer
klinik. Suhu tubuh sentral diukur secara oral (di bawah lidah).
·
Memandu
subyek untuk mengisi kuesioner keluhan
subyektif berupa gangguan otot skeletal yang
dirasakan subyek.
·
Mengukur
kelelahan secara obyektif dengan metode pengukuran waktu reaksi cahaya.
e) Melakukan intervensi sesuai dengan
rancangan yang telah ditetapkan.
f) Melakukan observasi akhir (post-test) terhadap variabel tergantung
pada setiap kelompok perlakuan:
·
Menghitung
denyut nadi dengan metode 10 denyut pada pergelangan tangan atau arteri radialis menggunakan stop watch. Pada saat penghitungan
denyut nadi subyek tetap berada pada posisi kerja dan penghitungan dilakukan
setiap 1 jam sekali.
·
|
·
Mengukur
kelelahan secara obyektif dengan metode waktu reaksi cahaya sama seperti pada pre-test. Pengukuran dilakukan langsung
pada saat subyek selesai bekerja (setelah 4 jam kerja).
·
Memandu
subyek dalam mengisi kuesioner
keluhan subyektif dengan metode sama seperti pada pre-test.
4.8
Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data hasil
pengukuran dilakukan dengan menggunakan program SPSS 13.00 for Windows. Uji
statistik yang akan dipakai untuk menganalisis data dari masing-masing
pengukuran didasarkan pada rancangan penelitian, alokasi sampel dan skala
pengukuran. Untuk menganalisis data hasil penelitian akan digunakan statistik
iferensial (Talogo, 1985; Natsir, 1988).
- Uji Kolmogorov-Smirnov (K-S) untuk menguji normalitas data dari variabel tergantung pada tingkat kemaknaan ( α = 0,05).
- Uji T-paired untuk menguji perbedaan kemaknaan rerata antara pre-post test dari masing-masing kelompok perlakuan pada tingkat kemaknaan ( α = 0,05) yang meliputi variabel tergantung sebagai berikut:
·
Denyut
nadi (istirahat kerja); suhu tubuh;
·
Total
skor keluhan subyektif;
·
|
3. Uji
oneway Anova untuk menguji
perbedaan rerata dari ketika kelompok perlakuan antara pre test – pre test dan post
test – post test serta beda antara pre-post
test pada tingkat kemaknaan ( α = 0,05) yang meliputi variabel internal
sebagai berikut:
·
Denyut
nadi istirahat, denyut nadi kerja, nadi kerja dan % CVL;
·
Suhu
tubuh
·
Total
skor keluhan subyektif
·
Raksi
rangsang cahaya.
4. Selanjutnya untuk mengetahui perbedaan
kemaknaan rerata dari variabel tergantung antara kelompok perlakuan yang satu
dengan kelompok perlakuan yang lainnya dilakukan uji Post Hoc-LSD pada tingkat kemaknaan ( α = 0,05).
4.9
Kelemahan Penelitian
Terdapat
beberapa kelemahan dan keterbatasan dalam penelitian ini yang dapat
mempengaruhi hasil penelitian, yaitu:
1) Sulit untuk mengontrol atau mengendalikan
motivasi dan psikis subyek, baik selama jam kerja maupun di luar jam kerja yang
dapat mempengaruhi beban kerja, keluhan subyektif dan tingkat kelelahan
pekerja.
2) Jumlah sampel (n) yang digunakan dalam
penelitian ini termasuk sampel kecil, sehingga dapat mempengaruhi hasil
analisis data.
DAFTAR
PUSTAKA
Adiputra, N.1998.
Metodologi Ergonomi. Monograf diperbanyak Program Studi Ergonomi-Fisiologi
Kerja, Universitas Udayana
Adiputra, N;
Sutjana, D.P & Manuaba, A. 2000. Ergonomics Intervention in
Small-scale Industry in Bali. Dalam: Lim,
K.Y.ed. Proceeding of the Joint
Conference of APCHI and ASEAN Ergonomics. Singapore: 404-407
Amstrong, R. 1992. Lighting
at Work. Occupational Health & Safety Authority. Melbourne. Australia: 4-11
Basuki, B. 1985.
Besar Sampel. Dalam: Tjokronegoro, A. & Sudarso, S. Eds. Metodologi Penelitian Bidang Kedokteran.
Edt.1 Cetakan-2. Balai Penerbitan FKUI Jakarta: 131-137
Bernard, T.E. 1996. Occupational Heat Stress. Dalam:
Battacharya, A. & McGlothlin, J.D.eds. Occupational
Ergonomics. Marcel Dekker Inc USA: 195-216
Christensen, E.H. 1991. Physiology of Work. Dalam:
Parmeggiani, L. ed. Encyclopedia of
Occupational Health and Safety, Third (revised) edt, ILO Geneva: 1698-1700
Clark, D. R. 1996. Workstation Evaluation and Design. Dalam:
Battacharya, A. & McGlothlin, J.D. eds. Occupational
Ergonomics. Marcel Dekker Inc. USA:279-302
Das, B. 1991. Indutrial Work Station and Work Space Design: An
Ergonomic Approach. Dalam: Pulat, B.M.
& Alexander,
D.C. eds. Industrial Ergonomics. Induustrial Engineering and Management. Institute of Industrial Engineers. Noreross Georgia.
USA:
115-135
Grandjean, E. 1993. Fitting
the Task to the Man.
A Texbook of Occupational Ergonomics, 4 th Edition London: Taylor & Francis.
Manuaba, A. 1992a.
Pengaruh Ergonomi Terhadap Produktivitas. Dalam Seminar Produktivitas Tenaga
Kerja. Jakarta
Manuaba, A. 1992b.
Penerapan Ergonomi untuk Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia dan
Produktivitas. Disampaikan pada Seminar K3 dengan tema Melalui Pembudayaan K3
Kita Tingkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Perusahaan di
IPTN Bandung, 20 Pebruari 1992
Manuaba, A. 1998.
Bunga Rampai Ergonomi Vol.1. Program Studi Ergonomi-Fisiologi Kerja Universitas
Udayana Denpasar
|
|
Rodahl, K. 1989. The Physiologi of Work. London:
Talor & Francis. Ltd. Great
Britain: 15-99
Sanders, M.S. & McCormick, E.J. 1987. Human Factors In
Engineering and Design, 6th edt.
McGraw-Hill Book Company. USA.: 331-454
Sciortino, R. 1997.
Lebih Jauh Mengenal Kesehatan Kerja Permpuan. Dalam: Kesehatan Kerja dari Perspektif Perempuan. Yayasan Lembaga Konsumen
Indonesia. The Ford Foundation Indonesia. Jakarta: i-iv
Suma’mur, PK. 1982.
Ergonomi Untuk Produktivitas Kerja. Jakarta:
Yayasan Swabhawa Karya
Suma’mur, PK. 1995. Higine Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: PT. Toko Gunung Agung
Sutjana, D.P.;
Tirtayasa, K.; Widana, K; Adiputra, N. & Manuaba, A. 1996. Improvement
of Working Posture Increases Productivity of Roof Tile Home Industry Workers at
Darmasaba Village,
Bandung
Regency. Dalam: Journal of Human Ergology.
25 (1): 62-65
Tarwaka. 2002.
Stasiun Kerja dan Sikap Kerja Duduk-Berdiri Bergantian Meningkatkan
Produktivitas Kerja Penyetrika Wanita di Industri Rumah Tangga Laundry. Tesis Magister Program Studi
Ergonomi-Fisiologi Kerja yang tidak dipublikasikan. Denpasar. Universitas
Udayana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar