BAHAN BAKU BODY KERAMIK
oleh Agus Mulyadi Utomo
Hidup dan Seni:goesmul.blogspot.com/pengetahuan keramik
Tanah liat atau lempung
berasal dari pendinginan bahan-bahan meleleh dan pijar dari perut bumi berupa
magma / lahar / lava leleh menjadi batu-batuan di atas permukaan bumi yang
kemudian mengalami proses pemecahan geologis
secara alamiah oleh adanya pengaruh sinar matahari, air, hujan, gletser, suhu
atau temperatur yang terus menerus dalam
waktu lama bahkan ribuan tahun (jutaan tahun), terdiri dari berbagai macam mineral, feldspat, silika, alumina dan sebagainya
Di bumi unsur kimia terbanyak
diperkirakan ada 4 unsur (90%) diantaranya terdiri dari oksida (50%), silica
(25%), alumunium (8%) dan besi (6%) (Anton J.H., 1994: 4). Kira-kira 70% atau 80% dari kulit bumi
terdiri dari batuan yang merupakan sumber tanah liat atau lempung (Ambar
Astuti, 1997: 15). Pada ketebalan tanah 0,25 sampai 1 meter terdapat akar-akar
dan sisa-sisa tumbuhan dan bahan organik
lainnya yang membusuk, memberi warna dan sifat yang beragam pada tanah.
Lempung atau tanah liat adalah bahan baku keramik, yang
mempunyai sifat plastis dan mudah dibentuk dalam keadaan basah (lembab). Pada
umumnya tanah liat memiliki karakter yang tidak menentu dan tidak
memperlihatkan sesuatu yang alami seperti yang dimiliki batu dan kayu. Karena
sifat-sifat yang penurut itu dan tidak banyak memberikan resistensi apapun sehingga lempung dapat dipergunakan untuk
keperluan yang luas dan tidak terbatas, misalnya untuk bangunan, tembok
pembatas pekarangan, perabotan rumah tangga, tempat makan -minum, tempat cairan
kimia, benda teknis, benda hias dan benda ekspresi.
Selain sebagai bahan baku untuk raga (body)
keramik, lempung dan berbagai oksida
logam dan bahan senyaw anorganik dan non-logam lainnya merupakan pula
bahan baku glasir atau bahan pelapis pewarna produk
keramik.
Bahan Body Keramik
Lempung atau tanah liat, berasal
dari proses pemecahan geologis pada
permukaan bumi secara alamiah. Lempung disebut juga sebagai produk pencuacaan
dari feldspar. Berawal dari
pendinginan bahan-bahan yang meleleh dan pijar dari perut bumi berupa magma atau lava leleh menjadi batu-batuan, yaitu batuan beku, batuan bentukan metamorf adalah bahan yang berubah
karena tekanan panas dan air, juga berbagai sumber pegmatit dengan mineral
yang kadar unsur tanahnya tinggi . Juga ada pula batuan sidemen yang bahannya berpindah dari tempat asal terbentuk yang
terbawa oleh angin, air (melalui sungai), salju / gletser dari tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah kemudian
mengendap pada suatu tempat yang stabil menjadi lempung atau tanah liat, mika dan kapur, yang terdiri dari berbagai macam mineral, feldspat, silica, alumina dan
lainnya. Ada beberapa macam bahan batuan, yang
terjadinya berasal dari magma cair,
kemudian membeku melalui proses pendinginan. Apabila pembekuan terjadi di dalam
kawah (perut bumi) disebut batuan plutonik
(granit) dan bila terjadi diluar
kawah atau dipermukaan bumi disebut batuan effussi
(batu apung / batu kembang). Batuan plutonik
dan effussi disebut juga sebagai
bahan beku atau karok (igneous rocks). Batuan beku yang telah
mengalami perubahan-perubahan sifat karena pengaruh tekanan dan panas yang
tinggi disebut batuan metamorfosa (metamorphic rocks) contohnya marmer,
batu kapur kristalin yang berasal
dari batu kapur kwarsa. Bahan yang
terbentuk baik dari batuan beku maupun metamorfosa
yang mengendap pada suatu tempat dan mengeras disebut batuan endapan atau sedimen
(sedimentary rocks).
Lempung berdasarkan keadaan
terdapatnya di alam bisa berupa bahan gembur (limpas) yang terdapat di alam jumlahnya cukup berlimpah dan
tersebar luas, misalnya pasir kuarsa
dan clay. Bisa juga berupa bahan batuan yang terdapat
dalam struktur geologis yang terbatas seperti feldspar, mika dan quartzite.
Dapat pula berupa bahan batuan padat yang di alam jumlahnya relatif besar
seperti batu gamping, batu dolomite,
batu pasir kuarsa dan sebagainya.
Tanah liat atau lempung terbagi
menjadi 2 katagori yaitu: Pertama
sebagai tanah liat residu atau tanah
murni (primary clay) yang terdapat
ditempat asal batuan itu terbentuk atau tanah belum berpindah tempat sejak
terbentuknya. Pada umumnya tanah murni berwarna cerah atau putih atau
putih-keabu-abuan dan krem, berbutir kasar dan sifatnya tidak plastis. Tanah
primer ini terproses secara alamiah (bisa jutaan tahun) dengan tekanan yang
tinggi (veldspaat), temperatur tinggi
(feldspar) dan pelapukan kulit tanah
(kaolin) serta termasuk pula hasil
semburan lumpur panas dari dalam perut bumi. Katagori yang kedua, berupa tanah campuran (secondary clay), tanah
liat endapan atau tanah sekunder yang terbentuk dari hasil proses perpindahan
tempat oleh air, angin, gletser dan sebagainya, berbutir halus dan bersifat
plastis serta tercampur dengan kotoran
mineral (impurities). Pada umumnya
tanah campuran ini warnanya beragam dan itu tergantung bahan lain yang banyak
mencemarinya seperti cobalt menjadi
kebiruan, mangan menjadi violet, chrome menjadi kehijau-hijauan, besi terlihat kemerahan dan lainnya.
Disamping itu tanah jenis tersebut terdapat aneka proses geologis lainnya. Contoh tanah endapan adalah tanah limpah sungai, tanah marin (laut), tanah rawa, tanah danau
dan tanah sawah.
Terjadinya lempung yang berasal dari
proses peruraian batuan, terutama dari batuan beku yaitu proses hipogenik dan epigenik. Proses hipogenik
terjadi di bawah permukaan bumi, biasanya oleh pengaruh uap panas yang
mengandung larutan-larutan kimia. Proses ini dinamakan proses hydrothermal, khususnya untuk proses
terjadinya kaolin yang disebut kaolinisasi. Proses epigenik terjadi di atas permukaan bumi, proses ini dikenal dengan
sebutan pelapukan yaitu pelapukan fisika dan kimia. Pelapukan fisika umumnya
oleh karena pengaruh panas, dingin, mekanis atau benturan dan jamur, sehingga
batuan beku yang keras dan besar menjadi bagian-bagian yang kecil. Pasir-pasir
halus hasil pelapukan fisika
dilarutkan oleh pelapukan kimia yaitu
terutama karena pengaruh adanya air dan udara, proses ini disebut pelapukan kimia.
Lempung adalah bahan bahan tanah
sebagai hasil dari pemurnian batuan-batuan terutama feldspar dan yang mengandung senyawa alumina silikat hidrat (mineral
lempung). Bahan ini akan plastis bila basah dan akan sangat keras
seperti batu bila dipanaskan pada temperatur tinggi. Mineral lempung adalah senyawa alumina
silikat hidrat yang mempunyai butir-butir sangat halus dan merupakan mineral yang dominan di dalam lempung,
terdiri dari 3 kelompok yaitu kelompok kaolin,
kelompok momorillonit dan kelompok
yang mengadung alkali.
Lempung untuk bisa dimanfaatkan
dengan baik sebagai bahan mentah keramik, maka bahan tanah tersebut dapat
diusahakan dengan pemisahan bahan secara mekanis, yaitu dengan mencuci atau
menghilangkan bahan mineral tambahan
yang bersifat lemak dan kurang larut dari pada kuarsa. Bisa juga dengan
pengendapan kimia, yaitu dengan memekatkan hidroksida
karbonat. Usaha lainnya dengan pembilasan kimia, yaitu dengan pencuacaan
lempung dari feldspar. Dan perubahan termal (panas) dengan pemekatan unsur
tanah oleh perubahan termal batuan
beku.
Bahan
mentah keramik memiliki pengertian sebagai kumpulan mineral atau batuan dari mana barang-barang keramik dibuat, baik
dari keadaan aslinya (alam) maupun setelah diproses (dibuat). Bahan mentah bisa
berdasarkan asal bahan mentah yaitu bahan alam seperti kaolin, lempung, feldspar,
kuarsa dsbnya. Lalu bahan buatan seperti borida, nitride, mullit,
dsbnya. Bisa juga berdasarkan sifat keplastisannya, yaitu bahan plastis seperti
ballclay, kaolin dan bentonit serta
bahan non-plastis seperti feldspar, kuarsa, kapur, dolomite dsbnya.
Berdasarkan
penggunaanya, bahan mentah keramik diperuntukan dalam pembuatan body (raga) keramik dan pembuatan
perwarna atau glasir keramik. Bahan mentah juga berdasarkan fungsinya
didalam membuat suatu komposisi bahan keramik yaitu sebagai bahan yang bersifat
sebagai pembentuk (kerangka), bahan pengikat (gelas) dan sebagai bahan pelebur
(flux) yang menurunkan suhu bakar
bahan secara menyeluruh. Tentu saja untuk menjadikan bahan mentah yang siap
pakai diperlukan bahan-bahan penolong seperti air, minyak, bahan perekat, bahan
elektrolit dan sebagainya. Dalam
proses pembakaran juga diperlukan bahan-bahan kondisioner untuk suasana
pembakaran yang bersifat oksidasi,
reduksi, mert dan dalam proses pengglasiran.
Lempung sebagai bahan mentah keramik
diperlukan keplastisan, adalah suatu sifat bahan basah yang dapat diberi bentuk
tanpa mengalami retak dan bentuk yang dibuat tetap dapat dipertahankan setelah
tenaga pembentuk dilepaskan. Sifat ini sangat mutlak
atau penting dalam pembentukan barang-barang keramik. Lempung basah mempunyai sifat-sifat tersebut,
maka lempung merupakan bahan pokok dalam pembuatan keramik, terutama untuk
benda seni dan kerajinan.
Sekilas Tentang Lempung
Sejak lama orang mengenal bahwa
lempung merupakan bahan keramik yang vital, karena dapat memberi sifat
pembentukan yang memungkinkan berubah dari bentuk kering menjadi slurry. Setelah diketahui struktur
lempung secara cermat, maka peranannya dapat digantikan oleh bahan lain.
Lempung itu berbentuk partikel
lembaran yang berukuran kecil sekali dan berskala atom.
Permukaan partikel lempung bertegangan residu,
tidak terlalu luas dan tebalnya terbatas, atom-atom
permukaan cenderung masuk ke ruah sehingga memperkecil energi permukaannya.
Akan tetapi karena tipisnya partikel,
ion-ion tak dapat tertarik ke dalam,
namun menjadi terkutub dan memberi muatan positif dan negatif pada
permukaannya. Muatan tersebut diimbangi oleh jerapan fisik molekul air yang juga dapat membentuk dwikutub dimana air tertaut
dan tidak lagi mudah bergerak.
Partikel lempung dapat tumbuh
menyamping, searah bidang dan bagian tepi merupakan ikatan putus sehingga dapat
diimbangi secara kimia dengan menarik air. Lempung yang permukaannya amat luas
dan karena ukurannya sangat kecil, berakibat memiliki muatan besar pada
permukaannya sehingga lempung sanggup mengikat baik secara fisik maupun kimia
air di seputarnya. Air yang terjerap tidak mudah lagi dipisahkan dari lempung
kecuali dengan dipanaskan hingga di atas 1000ºC. Sistem lempung-air ini merupakan
kunci pembentukan keramik. Pada kandungan air yang sedikit (± 10%) air tak
cukup mengimbangi muatan dwikutup fisik atau kimia pada partikelnya. Partikel-partikel lempung pun bersaing
memperebutkan air sehingga saling menempel kuat. Dapat dibayangkan seperti
halnya 2 lembaran kaca tipis diberi air dan disatukan akan menempel dengan kuat
namun mudah untuk digeser-geser seakan meluncur di atas satu dengan lainnya
dimana air berfungsi sebagai pelumasnya. Bila kandungan air pada tingkatan
sedang ± 15% s/d 25% berat, maka cukup untuk mengimbangi muatan partikel, bahkan ada kelebihan sedikit
dan berfungsi sebagai pelumas, menjadikan bahan lempung plastis sehingga mudah
untuk dibuat bentuk dan terjaga bentuknya. Hal inilah yang memungkinkan bagi
pembuat keramik membentuk kontur lengkungan dan bentuknya tetap terjaga
meskipun dibiarkan, merupakan ciri khas bahan lempung untuk membuat bentuk.
Ciri-ciri bahan plastis apabila berubah bentuknya tanpa patah dan dalam kerut
pengeringan, bila air bebas yang terjerap secara fisik dapat dihilangkan atau
dikurangi, bentuknya bertambah kuat bila air berkurang dan plateletnya saling tertaut.
Pada kandungan air yang tinggi di atas 50 % berat, air terjerap baik
secara kimia maupun fisik membentuk sampul diseputar partikel dan bermuatan. Dengan banyaknya air partikel-lempung yang bermuatan sama saling bertolakan satu dengan
lainnya, lalu membentuk suspensi dan
mencegah partikel mengendap. Larutan
tetap keruh dan lempung berperan sebagai zat tersuspensi bagi segenap komponennya termasuk silika dan alumina.
Slurry dengan kandungan air yang banyak, partikelnya bermuatan sama, saling bertolak / tertolak satu dengan
lainnya, membentuk suspensi (suatu
campuran yang terdiri dari partikel-partikel
kecil dari padatan / cairan = bercampur saja / bukan larut) mencegah partikel mengendap (penambahan Waterglass sebagai pelumas) larutan
tetap keruh.
Definisi Lempung: adalah bahan
tanah sebagai hasil pemurnian batuan-batuan terutama feldspar dan yang
mengandung senyawa alumina silikat hidrat (mineral lempung). Bahan ini akan plastis bila basah dan
akan sangat keras seperti batu bila dipanaskan pada temperatur tinggi (Mc. Namara).
Mineral lempung, adalah senyawa-senyawa
alumina silikat hidrat yg mempunyai
butir-butir sangat halus dan merupakan mineral yang dominan didalam lempung.
KERR membagi mineral
lempung menjadi tiga group:
1. Kelompok Kaolin
2.
Kelompok Momorillonit
3. Kelompok yg mengandung alkali
Proses
terjadinya mineral lempung berasal
dari peruraian batuan terutama batuan beku. Proses terbentuknya dikelompokkan 2
golongan:
a.
Preses Hipogenik, terjadi dibawah permukaan
bumi, biasanya oleh pengaruh uap panas yang mengandung larutan-larutan kimia.
Proses ini dinamakan Hidrothermal.
Khusus untuk proses terjadinya kaolin disebut
kaolinisasi.
b.
Proses Epigenik, terjadi diatas permukaan bumi. Proses ini juga terkenal dengan
pelapukan.
Proses
pelapukan dibagi menjadi 2:
1. Pelapukan fisika: oleh pengaruh panas, dingin,
mekanis / benturan dan jamur, sehingga batuan beku yang keras menjadi
bagian-bagian yang kecil.
2. Pelapukan kimia: pasir halus hasil
pelapukan fisika dilarutkan oleh pelapukan kimia, terutama pengaruh air dan
udara.
Komposisi Kimia & Mineral Lempung
Bahan keramik
jarang diketemukan secara murni. Didalam bahan tersebut hampir selalu ada bahan
yang dinamakan “impurity” yang akan
sangat mempengaruhi sifat-sifatnya, terutama di dalam lempung itu sendiri
terdapat variasi komposisi yang sangat luas.
Demikian ruwetnya komposisi dari lempung sehingga studi yang mendalam
sukar dilaksanakan. Meskipun telah berabad-abad lamanya manusia membuat
gerabah, bata, genteng, guci, vas, dan sebagainya, hingga kini sebagian produk
belum diketahui secara pasti dan tuntas
bagaimana komposisi lempung yang dipakainya. Hanya sebagian dari
pengembangan IPTEK bahan yang terus melaju dan berkembang sebagai bagian dari
komponen teknologi tinggi (hitech /
high-Tc), rekayasa bahan tahan cuaca dan superkonduktor suhu tinggi, serat dan komposit semen keramik, sebagai pewadahan elektronik, elektro-keramik sampai bio-keramik. Dengan kemajuan teknologi, tabir misteri lempung mulai
bisa terungkap dan produksi produk
secara massal dan besar-besaran telah dapat dilakukan dengan teliti diberbagai
laboratorium pabrikasi, dengan mesin yang dirancang sebelumnya.
Dalam keadaan
di alam, lempung terdiri dari mineral
primer, yaitu mineral yang
berasal dari batuan beku yang belum lapuk:
kwarsa (SiO3), feldspar (K2O.Al2O3.6SiO2: Na2O. Al2O3.6SiO2), Mica, Muskovit (K2O. 3Al2O3. 6SiO2. 2H2O) , Olivin (Mg, Fe, Ca) 2 SiO4,
Biotit, Hidromika, Pyroxin, Amphibole, dll.
Juga terdiri dari mineral sekunder,
yaitu dari peruraian mineral primer
oleh reaksi fisika & kimia : kelompok kaolin,
kelompok monmorillonit, Clorit, Vermikulit, Hidromika, Attapulgit,
mineral-mineral karbon / organik dan air. Baik mineral
primer maupun sekunder terdapat
di dalam endapan lempung yang bervariasi. Lempung residual yang tidak terpengaruh oleh faktor transportasi, biasanya
banyak mengandung mineral primer.
Sedangkan lempung sekunder telah
mengalami transportasi yang jauh sehingga sedikit mineral primernya.
Komponen utama
dalam lempung adalah silika dalam bentuk bebas berupa kuarsa, amorf, silika-gel, flint, kaslidan.
Pengaruhnya dalam lempung yakni dapat mengurangi keplastisan, mengurangi susut
kering dan susut bakar, mengurangi kekuatan tekan & tarik kecuali jika
butirannya sangat halus. Dan mengurangi sifat ketahanan api walau tak selalu.
Ada alumina
yang dalam bentuk bebas berupa gibsite,
diaspore. Dalam bentuk senyawa berupa felsdpar,
mika, hornblende. Pengaruhnya dalam lempung yaitu dapat mengurangi
keplastisan, mengurangi susut kering & susut bakar serta meningkatkan sifat
tahan api.
Senyawa
yang mengandung alkali : yang terpenting
adalah senyawa garam seperti: NaCl, K2SO4, Na2SO4 . Senyawa garam terlarut ini akan membentuk “scum” atau buih-buih setelah dibakar. Pengaruh senyawa alkali dalam lempung adalah mengurangi
sifat tahan api dan memudahkan padat pada pembakaran. Pada senyawa besi
yang berupa: Fe2O3. Fe2O3. H2O ; Fe ( OH ) 3; FeO. OH ; Fe3O4 ; FeS2; FeCO3; FeSO4. 7H2O. Pengaruh utamanya pada
lempung adalah mempengaruhi perubahan dalam warna, menurunkan sifat tahan api,
senyawa besi yang larut dalam air
akan membentuk “scum” atau buih pada
permukaan benda, dan dapat membentuk “iron
spot” pada permukaan benda. Senyawa kalsium,
berbagai senyawa yang mungkin terdapat dalam lempung bisa berupa kalsit / CaCO3, aragonit / CaCO3, kalsium silikat, gibpsum /
CaSO4.2H2O, anhidrit / CaSO4, apatit. Pengaruhnya dalam lempung yaitu
bertindak sebagai bahan pelebur, bahan gelas yang terbentuk bersifat mobil,
encer dan sangat korosif. Pada temperatur rendah (dibawah
temperatur reaksi) akan menurunkan susut dan mempermudah pengeringan. Dapat
memucatkan warna merah yang diakibatkan oleh senyawa besi setelah lempung dibakar. Dapat menyebabkan “lime blowing” pada badan keramik bila
terdapat dalam ukuran butir yang kasar. Senyawa kalsium sulfat dapat
menyebabkan bengkak-bengkak pada badan keramik. Senyawa magnesium berupa magnetit
( MgCO3), dolomit (MgCO3.CaCO3) dan garam epson ( MgSO4.7H2O ) Umumnya terdapat sedikit
didalam lempung dan pengaruhnya kira-kira sama dengan senyawa kalsium. Senyawa titan, berupa rutile, anatas, brookit ( TiO2), ilmenit ( Fe2O.TiO2) dan spene ( Ca. Ti, SiO5 ) Jumlahnya dalam lempung sangat
sedikit, tetapi pada umumnya pasti ada.
Senyawa karbon biasanya terdapat dalam bentuk sisa-sisa
tumbuh-tumbuhan, asam humus dan
senyawa-senyawa organik lainnya.
Pengaruh bahan-bahan karbon pada
lempung adalah sbb: dapat memberikan warna gelap sampai hitam dalam keadaan
mentah, menghasilkan suasana reduksi dalam dapur waktu pembakaran, akan
mempengaruhi warna serta sifat-sifat vitrifikasi
dalam pembakaran dan mungkin dapat mengurangi bahan bakar. Juga bila pembakaran
terlalu cepat dapat membentuk inti hitam (
black core ). Juga air dapat dipandang sebagai mineral dan didalam lempung kemungkinan
terdapat dalam bentuk sbb: sebagai air higroskopis,
yang jumlahnya tergantung pada luas
permukaan lempung. Lalu air terabsorbsi
yang terkait dengan “ex changeable cation”
pada lempung. Broken bond water yaitu air yang berkaitan dengan valensi yang tidak jenuh pada
ujung-ujung kristal. Dan terakhir ada
air terikat / air kristal
yang merupakan bagian-bagian penting didalam struktur lempung.
Sifat-sifat Phisis Lempung
Sifat-sifat
phisik lempung dalam keadaan mentah menentukan kegunaannya. Suatu kenyataan
lempung basah dapat diberi bentuk dan bila dikeringkan bentuk tidak
berubah serta bila dibakar pada
temperatur tinggi akan membentuk benda yang padat, awet serta bisa kelihatan
indah, sehingga menyebabkan lempung sebagai bahan yang berharga dalam kemajuan
peradaban / zaman. Sifat-sifat phisik lempung yang
penting adalah sebagai berikut:
a. Flokulasi dan deflokulasi, suatu istilah yang berlawanan dipergunakan untuk
melukiskan keadaan agregasi dari
butir-butir lempung bila dicampur air. Flokulasi adalah proses penggumpalan butiran lempung menjadi
gumpalan yang besar . Deflokulasi adalah proses dispersi / pemecahan gumpalan-gumpalan menjadi bagian-bagian kecil. Proses dispersi dapat diperkuat dengan
penambahan elektrolit atau deflokulan seperti water-glass, Na2CO3, Na2HPO4 dan lain-lain. Jumlah penggunaan deflokulan tergantung beberapa faktor
yaitu:
1) Kadar butiran halus yang menunjukkan sifat-sifat
koloid;
2) Jumlah dan jenis garam terlarut yang ada
didalam
lempung;
3) Sifat-sifat dari elektolit / deflokulan yang dipakai;
4) Sifat-sifat mineral lempung yang ada didalam
lempung.
b. Keplastisan, adalah sifat yg
memungkinkan lempung basah dapat diberi bentuk tanpa retak-retak dan bentuk
tersebut akan bertahan setelah gaya pembentuk dihilangkan. Sifat ini memungkinkan lempung dapat diberi bentuk menurut
keinginan dan lempung juga menunjukkan derajat keplastisan yang berbeda-beda.
Faktor
yg memepngaruhi keplastisan adalah:
1.
Pengaruh air bahan-bahan padat dan
gejala koloid yg
menyertai
2.
Ukuran partikel-partikel padat
3.
Komposisi partikel-partikel padat
4. Bentukpartikel-partikel padat dan
struktur dalamnya
5.
Keadaan agregasi partikel padat
6. Jumlah luas permukaan partikel padat
dan tarik-
menarik inter molukuler
7. Adanya bahan lain yg dapat
mempengaruhi sifat
partikel
8.
Orientasi partikel di dalam massa
Didalam pembuatan benda keramik,
keplastisan merupakan factor yg sangat penting, karena akan sangat menunjang
proses pembentukan yg mengikuti bentuk. Untuk itu perlu dilakukan usaha peningkatan keplastisan.
Usaha-usaha peningkatan keplastisan:
1.
Memcari
kadar air yang optimum
2.
Pencampuran (tempering) yg lebih sempurna antara
lempung dengan air
3. Menghilangkan/mengurangi bahan-bahan
non-plastis
dari lempung
4.
Menambah bahan flokulan ke dalam lempung seperti:
* Mempergunakan
bahan yg oleh permentasi atau dekomposisi
menghasilkan asam lemah misalnya peat,
serat-serat, bahan-bahan peruraian karbon
akan meningkatkan keplastisan
* Menambahkan
asam-asam lemah: asam humus, asam tannin,
asam asetat
5. Dengan menambahkan bahan-bahan koloid
6. Dengan penggilingan dan penguledan yang baik
7. Dengan menghalau udara yg terperangkap di
dalam
lempung dengan vakum
8. Dengan mengembangkan kondisi thexotrofi didalam
lempung
9. Dengan melakukan ageing atau souring
Sifat-sifat berasosiasi dengan keplastisan:
1. Kelengketan (stickeness)
yaitu sifat lempung yang terlampau basah yang menempel pada jari-jari
2. Mobilitas:
dipergunakan untuk menujukkan mudahnya bergerak dari massa lempung
3. Extrudability: sangat berhubungan dengan
mobilitas, yaitu mudah / dapat / tidaknya lempung basah dibentuk dengan jalan diextrud melalui mulut/die suatu mesin extruder.
4. Daya ikatan ( bending power ), lempung yang diukur dgn bahan-bahan non-plastis
yang dapat dicampurkan tanpa mengurangi kemampuan campuran dibuat model, dalam
praktek terlihat kekuatan kering.
5. Perekat
organik: untuk meningkatkan daya ikat dan keplastisan terutama pembuatan bentuk
yang sulit kerap kali dipergunakan bahan perekat organik seperti: tepung dan
ace, gom arab, tragasan, gom accia, dextrin, alginate, polyvinyl, silicon, metal etil selulosa, sodium karbometil selulosa, gelatin,
casein-glue, paraffin waxes yang larut dalam air, air, olie bekas. Bahan-bahan
ini menjadi keplastisan semu (psendo
plasticity).
c. Daya Bersuspensi,
adalah suatu sifat dari bahan
lempung yang memungkinkan bahan itu sendiri dan bahan lain dalam keadaan
bersuspensi di dalam suatu cairan. Sifat ini berkaitan dengan keplastisan. Kaolin atau ball clay berbutir halus akan tetap tinggal tersuspensi di dalam
air berjam-jam tanpa menunjukkan pengendapan. Apabila ditambah flokulan seperti asam, borax, MgSO4 dll, maka terjadi flokulasi (penggumpalan) dengan
pengendapan secara cepat. Bila ditambah bahan elektrolit seperti waterglass,
Na2CO3 akan menambah proses dispersi dan menghasilkan suatu suspensi yg lebih permanen. Banyak
proses keramik membutuhkan banyak air kedalam massa campuran dan menjadi cair
yang dinamakan “slip”, seperti massa cor untuk pembuatan barang sanitair, suspensi glasir dan email.
d. T e k s t u r
Keplastisan, kekuatan mekanis,
kemudahan dalam pengeringan dan karakter produk setelah dibakar sangat
dipengaruhi oleh ukuran dan bentuk partikel lempung. Ini disebut tekstur
lempung. Lempung gembur umumnya mempunyai dua jenis tekstur:
1. Tekstur
mineral-mineral lempung yg sangat halus.
2. Tekstur mineral-mineral non-plastis yang umumnya
sebagai impuritis / pengotor
bertekstur kasar sampai halus. Tekstur
lempung keras atau serpih biasanya menunjukkan derajat penggilingan. Makin
banyak penggilingan makin halus teksturnya. Dalam butiran lempung sebenarnya
merupakan kumpulan dari partikel-partikel mineral lempung yang sangat halus.
Lain halnya untuk pasir. Untuk
memisahkan butir-butir tersebut dipergunakan sederetan saringan standar yang disusun
dari kasar hingga halus. Untuk butir-butir lebih dari 200 mesh dipergunakan metoda pengendapan ( Andreasen ). Semua lempung terdiri dari 2 bagian yaitu bagian halus
yang plastis dan bagian kasar yang non-plastis.
e. Susut Kering
Waktu proses pengeringan
terjadi pengeluaran air. Air yang menyelimuti butiran lempung secara
berangsur-angsur menyingkir dan hal ini memungkinkan butir-butir tersebut
mendekat satu dengan yang lain. Setelah air
selaput tersebut habis maka gilirannya air terserap pada butir-butir akan
keluar. Kedua jenis air tersebut akan menimbulkan susut kering. Jenis air yg
masih tersisa dinamakan air pori dan
tidak menimbulkan susut. Sisa air yg masih terikat secara mekanis ini hanya
dapat dihilangkan setelah dipanaskan hingga 110˚ C . Lempung sangat bervariasi
susut keringnya. Derajat variasi susut kering lempung identik dengan variasi
jumlah air yang diperlukan untuk menimbulkan keplastisannya. Makin tinggi
keplastisan lempung, makin banyak air yg terabsorbsi serta air selaput makin
tebal, maka akan makin besar pula susut keringnya. Lempung yang mempunyai susut
kering tinggi sukar dikeringkan tanpa timbulnya retak-retak / pecah-pecah.
Lempung yang sangat halus, padat dan sangat plastis akan sukar dikeringkan dan
harus sangat hati-hati agar dapat selamat. Jadi susut kering tinggi berarti ada
kecenderungan untuk timbul pecah / retak. Hal ini dapat dikurangi dengan
penambahan bahan-bahan non-plastis seperti pasir
kwarsa, flint / kapur dan feldspar
di dalam porselin dan “grog” di dalam
barang tahan api.
SUSUT KERING BEBERAPA JENIS LEMPUNG
JENIS LEMPUNG
|
SUSUT KERING
|
KAOLIN KASAR
|
5,0 – 7,6
|
KAOLIN TERCUCI
|
3,3 – 10,8
|
KAOLIN SIDEMENTAIR
|
4,5 – 12,8
|
LEMPUNG TAHAN API PLASTIS
|
1,7 – 9,4
|
LEMPUNG TAHAN API FLINT
|
0,8 – 6,6
|
LEMPUNG UTK BATA LAPIS
|
2,4 – 5,6
|
LEMPUNG UTK PIPA PADAT
|
3,5 – 10,5
|
Data: YMV Hatono, BBK Bandung
1983
f. Kekuatan
Kekuatan lempung seringkali
ditentukan oleh kekuatannya waktu kering. Misalnya pipa tanah harus dibuat dari
lempung yg mana akan menjadi sangat kuat setelah kering, sehingga pipa dengan
didinding tipis tsb dapat dibawa dan disusun dalam tungku. Kekuatan lempung tergantung pada:
1.
Karakteristik phisis dari lempung itu sendiri
2.
Cara bagaimana lempung dikerjakan sebelumnya.
Suatu ball clay bila kering menjadi keras dan sangat kuat, tetapi
kadang-kadang bila dibuat benda hanya dari ball
clay akan timbul retak-retak.
Faktor yang
mempengaruhi kekuatan kering lempung :
1. Ukuran dan
bentuk butir dari bagian yang plastis dan
non-plastis
2. Derajad flokulasi lempung sebelum dibakar
3. Jumlah
butiran sangat halus dari mineral lempung
4. Lama waktu dan temperatur pada
waktu lempung itu
diperam (ageing) sebelum
dibentuk
5. Jumlah
air yang dipergunakan menguapkan massa
plastis tsersebut.
- Apakah air dan bahan-bahan lain tercampur merata
atau tidak
- Cara yang dipergunakan dalam menguapkan massa
siap pakai
- Kecepatan serta tinggi temperatur waktu pengeringan.
Semua faktor tersebut di atas
secara bersama-sama / sebagaian akan mempengaruhi kekuatan kering benda keramik
yang telah dikeringkan.
UJI KOMPARATIF KEKUATAN KERING
No.
|
Jenis
Lempung
|
Kuat Tekan
|
Kuat Tarik
|
Kuat Lentur
|
1.
|
Lempung plastis
|
631-954
|
155-172
|
484-520
|
2.
|
Serpih
|
636-806
|
126-187
|
311-403
|
3
|
Kaolin plastis
|
455-539
|
104-147
|
239-325
|
4.
|
Kaolin plastis
|
205-349
|
34 - 69
|
74- 166
|
g. S l a k i n g
Bila suatu lempung diletakkan di
dalam air, air akan masuk ke dalam lempung. Dan ketika lempung menjadi basah,
ia akan mengembang dan pada gilirannya lempung akan hancur menjadi bagian
kecil-kecil. Makin renggang ikatan ini akan mudahlah lempung tersebut pecah
menjadi bagian kecil. Lempung yang keras seperti serpih akan memerlukan waktu
lebih lama (bisa seminggu) untuk pecah, sedangkan lempung lunak dan porous akan pecah didalam air hanya
dalam beberapa menit. Lempung yang ditambah pasir akan mempermudah hancurnya
lempung didalam air. Sifat slaking
dari lempung berhubungan erat dengan karakteristik didalam pelapukan, egeing dan pugging serta blunging
Ageing :
adalah istilah yang dipergunakan waktu
lempung basah disimpan untuk
meningkatkan
keplastisan
Pugging : adalah metode atau cara mempersiapkan
masa
plastis
Blunging :adalah metoda / cara mempersiapkan
massa
slip.
Waktu proses ageing, blunging dan pugging dilakukan air akan tercampur
merata keseluruh lempung dan butir-butir lempung di dalamnya akan dihancurkan
oleh slaking.
h.
Warna Lempung
Warna lempung mentah biasanya
disebabkan oleh senyawa-senyawa besi
atau bahan-bahan karbon. Kadangkala
mineral-mineral mangan dan titan dalam jumlah yg cukup, memberikan
warna pada lempung. Lempung bebas impurity
di atas akan berwarna putih. Senyawa-senyawa besi yang terdapat dalam lempung dapat memberi warna krem, kuning,
merah, hijau atau coklat. Limonit adalah
senyawa besi yang sangat umum dapat
memberikan warna lempung krem, kuning dan coklat. Hematitit akan memberikan warna merah pada lempung dan serpih.
Senyawa besi silikat akan memberi warna hijau. Senyawa mangan akan memberi warna coklat. Senyawa karbon akan memberi warna biru, abu-abu, hijau, hitam atau coklat
tergantung jumlah, jenisnya dan merata tidaknya tersebar dalam lempung.
Sangat sukar untuk meramalkan dengan
pasti perubahan warna keadaan mentah dengan setelah dibakar
2.1.4 Bahan Mentah
Keplastisan
adalah suatu sifat bahan basah yang dapat diberi bentuk tanpa mengalami retak
dan bentuk tersebut tetap dipertahankan setelah tenaga pembentuk dilepaskan.
Sifat ini sangat penting dalam pembentukan barang keramik. Lempung basah
mempunyai sifat-sifat tersebut, maka lempung merupakan bahan pokok dalam
pembuatan keramik.
Definisi bahan mentah:
Adalah kumpulan
mineral atau batuan dari mana barang-barang keramik dibuat, baik dari keadaan
aslinya (alam) maupun setelah diproses.
Pembagian bahan mentah ada 5 lima, yaitu berdasarkan
asal bahan mentah, keplastisannya, penggunaannya, fungsi dalam komposisi dan
berdasarkan keadaan terdapatnya di alam.
1.
Berdasarkan asal bahan mentah
a.
Bahan mentah keramik alam: kaolin, lempung, feldspar dan kuarsa,
dsbnya.
b. Bahan mentak keramik buatan: borida, nitride, H3BO3, mullit,dsbnya.
2. Berdasarkan sifat keplastisan
a. Yang bersifat
plastis : ballclay, kaolin dan bentonit, dll.
b. Bahan mentah non-plastis : feldspar,kuarsa, kapur, dolomit dan
sebagainya.
3.
Berdasarkan penggunaan
a.
Untuk pembuatan raga keramik: kaolin,
ball clay, feldspar, kuarsa, dolomit, kapur
dll.
b. Untuk pembuatan glasir keramik: yaitu bahan pelebur seperti asam borat, borax, Na2CO3, K2C03, BaC03, P304 dsbnya,
* Bahan opacifier (dop): Sn02, Zr0,dll
* Bahan
pewarna: senyawa cobalt, senyawa besi, seng, nikel, senyawa chrome, dll
4. Berdasarkan fungsi dalam komposisi keramik
a. Bahan pembentuk kerangka/pengisi: lempung, silica,
zircon, titania, silimanit, bauxite, dsb
b.
Bahan pembentuk gelas / pengikat: silica,
oks borat, oks phosphor, oks arsen, dsb
c. Bahan pelebur: feldspar, nephelin, bahan-bahan yang mengandung Na, K, Ca, Mg, dsbnya.
d. Bahan penolong: Air, minyak, bahan
perekat organik, elektrolit, dsbnya.
e. Bahan
kondisioner dalam proses (pembakaran):
* gas 02 untuk suasana oksidasi
* gas H2C0 untuk suasana reduksi
* N2, He, C02 untuk suasana mert
* gas / uap NaCl untuk pengglasiran
5. Berdasarkan keadaan terdapatnya di alam
a.
Bahan gembur / limpas terdapat di alam berlimpah dan tersebar cukup luas
: pasir kuarsa, clay
b. Batuan padat terdapat di alam
relatif besar : batu gamping, batu
dolomite, batu pasir kuarsa
c.
Bahan batuan
terdapat dalam struktur geologis yang
terbatas: feldspar, mika, quartzite
Bahan mentah diolah agar murni (alumina,
ferrit, tatanat, karbida, kuarsa, hematite, oksida, bauksit, dll). Ada
7 tahap proses bayer, yaitu:
1.
Kalsinasi (
menghilangkan zat atsir dan
mengurangi berat )
2.
Penggerusan / penghalusan (untuk memperlancar
reaksi selanjutnya)
3.
Pelarutan ( kaustik )
4.
Penyaringan suspensi ( mineral lain terpisah )
5.
Pendinginan ( pengendapan komplek hidroksida )
6.
Pencucian dan Penyaringan
7. Kalsinasi
alumunium hidroksida (1150 derajat Celsius),
agar terjadi alumina murni ( reaksi
suhu tinggi ). Silikon Karbida à mereaksikan silika dan
kokas ( 2200 derajat Celsius )
goesmul@gmail.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar