BERTAUBAT YANG BENAR
Oleh Agus Mulyadi Utomo
Hidup dan Seni:goesmul.blogspot.com
gosmul@gmail.com
A p a b i l a seseorang telah
berkejangkitan penyakit yg disebut “dosa” atau telah “berbuat maksiat”, maka
obatnya adalah ‘taubat’ kepada Allah SWT. Taubat adalah obat dari penyakit jiwa
dan rusaknya amal. Allah telah mensyaratkan taubat ini kepada hambaNya dan
mencintai orang – orang yg suka ber-taubat ini disetiap saat. Firman Allah SWT
dlm QS. At Tahriim : 8 “Yaa ayyuhal ladziinaa aamanuu tuubuu ilallahi taubatan
nashuuhaa” artinya: “Wahai orang-orang yg beriman (percaya) ber-taubat-lah
kepada Allah dengan taubat Nasuha (semurni-murninya)”. QS. An-Nur: 31 artinya:
“Dan taubat-lah kalian semua kepada Allah, hai orang-orang yg beriman supaya
kamu beruntung”. QS. Al-Baqarah: 222 artinya: “Sesungguhnya Allah mencintai
orang-orang yg taubat dan mencintai orang-orang yg suci”. Pengertian
taubat : kembali kepada “jalan yg
benar”, jalan yg diridhoi oleh Allah SWT. Hadits tentang taubat, Rasulullah
bersabda Artinya: “Wahai manusia
ber-taubat-lah kepada Allah dan istighfarlah kepada-Nya, maka sungguh Aku
bertaubat seratus kali dalam sehari” (HR. Muslim). Lalu yg artinya: “Siapa yg ber-taubat sebelum matahari terbit
dari barat, maka Allah menerima taubat-nya” (HR. Muslim). Disamping itu yg
artinya: “Seorang yg taubat dari dosa
seperti orang yg tidak punya dosa, dan jika Allah mencintai seorang hamba,
pasti dosa tidak akan membahayakannya” (Hadist diriwayatkan Ibnu Mas’ud dan
dikeluarkan oleh Ibnu Majah, Al-Hakim, At-Turmudzi).Berikut yang artinya :
“Orang yg ber-taubat itu kekasih Allah SWT dan orang yg ber-taubat itu seperti
orang yg tidak mempunyai dosa” (HR. Ibnu Majah dari Ibnu Mas’ud).Juga
disebutkan artinya: “Tidak ada sesuatu yg lebih dicintai Allah melebihi seorang
pemuda yang taubat” (HR. Salman (daif / lemah).Nabi SAW bersabda: “Andaikan
kamu berbuat dosa, sehingga dosamu mencapai langit kemudian kalian ber-taubat,
niscaya Allah memberi ampun kepada kalian”(HR. Ibnu Majah). Nabi SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah Azzawa
jalla tetap menerima taubat seseorang hamba selama belum naza”. Dalam riwayat
At-Tirmidzi disebutkan :”Seseorang mungkin jika berbuat dosa maka berbintik
hitam dalam hatinya, maka bila ia ber-taubat menghentikan dan membaca istighfar
mengkilap kembali hatinya, dan bila menambah dosanya bertambah bintik hitamnya,
sehingga menutup hatinya, maka itulah yg bernama ar roan yg hati mereka telah
kotor (keruh,gelap) dari pada yg mereka lakukan” (HR. At-Tirmidzi).Taubat yg
bisa mengobati dosa: adalah taubat nasuha atau taubat yg benar.
Taubat yg benar mempunyai tiga
unsur, antara lain:
1. Menyadari (sadar) dengan
betul-betul akan kejahatan, perbuatan-perbuatan dosa atau maksiat yg telah
diperbuatnya dan merasa sangat menyesal telah melakukannya.
2. Berjanji dalam diri untuk
meninggalkan perbuatan-perbuatan tidak terpuji tersebut selamalamanya dan
berusaha tidak mengulangi perbuatan dosa lagi.
3. Berusaha untuk menghilangkan
bekas-bekas dosanya yg telah lalu dengan menutupnya dengan amal sholeh dan
perbuatan yg baik.
Dgn kesadaran, orang yg telah
bertaubat berusaha segera mensucikan jiwanya dgn banyak ber-dzikir atau
meng-ingat Allah SWT dan banyak beramal sholeh serta mengurangi
kesalahan-kesalahan yg diperbuat. QS. Ali ‘Imraan : 135 yang berbunyi “Wal
ladziina idzaa fa’aluu faahisyatan auzhalamuu anfusahum dzakarullaaha fas
taghfaruu li dzunuubihim wa may yaghfirudz dznuuba illallaahu wa lam yushirruu
‘alaa maa fa’aluu wa hum ya’lamuun” artinya: “Dan (juga) orang-orang yang bila
berbuat keji atau zalim terhadap dirinya, mereka ingat kepada Allah, lalu
mereka memohon ampun atas dosa-dosanya. Dan siapa lagi yang dapat mengampunkan
dosa melainkan Allah ? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan keji itu sedang
mereka mengetahui”.QS. An Nisaa: 110 yang berbunyi: “Wa may ya’mal suu-an au
yazhlim nafsahuu tsumma yastaghfirillaaha yajidillaaha ghafuurar rahiimaa”
artinya:” Dan barangsiapa mengerjakan kejahatan atau menganiaya dirinya,
kemudian dia mohon ampun kepada Allah, niscaya dia mendapati Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang”.Berdasarkan hal tsb, dapat diambil suatu
pelajaran bahwa Allah menyukai orang-orang yg ber-taubat atas dosa-dosanya dan
pintu taubat terbuka hingga matahari terbit sampai akhirnya kiamat datang.
Apabila telah bertaubat dgn benar dan ikhlas, sehingga Allah menerima taubatnya
dan berkenan melimpahkan rahmatNya serta dapat membersihkan jiwa mereka hingga
menjadi dekat dgn Allah, maka semua kejahatan akan berubah menjadi kenikmatan,
kejelekan menjadi kebaikan dan diberi nur-cahaya yg menerangi serta memperoleh
hidayah dan taufiq. Namun ada juga taubat yg tidak diterima oleh Allah SWT,
yaitu taubatnya orang-orang yg telah mencapai sakaratul maut dan dalam keadaan
kafir. QS. An Nisaa’: 18 berbunyi “Wa laisatit taubatu lil ladziina ya’maluunas
sayyi-aati hattaa idzaa hadhara ahadahumul mautu qaala innii tubtul aana wa lal
ladziina yamuutuuna wa hum kuffaarun ulaa-ika a’tadnaa lahum ‘adzaaban aliimaa”
artinya: ”Dan tidak akan diterima taubat dari orang-orang yg berbuat kejahatan
hingga ajal mendatangi salah seorang dari antara mereka, lalu dia berkata,
“Sesungguhnya aku ber-taubat sekarang”. Dan tidaklah (pula akan diterima
taubat) orang-orang yg mati sedang mereka itu dalam kekafiran. Bagi mereka Kami
sediakan azab yg pedih”. Apabila seseorang
hendak masuk Islam secara keseluruhan (kaffah / lengkap) pada hakekatnya
berarti hendak ber-taubat, disunahkan baginya untuk melaksanakan mandi taubat.
Orang-orang yg hendak bertaubat, sebelumnya diawali dengan niat dan dilanjutkan
dengan mandi taubat.Hadits Nabi diterangkan: ‘An Qais bin ‘Ashim qola: Ataihu
Nabiyya sholallahu ‘alaihi wassalama uridul Islama fa amara an agtasila bimain
wasidrin, artinya: Dari Qais bin Ashim; Ia berkata: Saya mendatangi Nabi SAW
hendak masuk Islam, lalu Beliau menyuruh saya mandi dengan air dan daun bidara (HR. Abu Dawuid dan Tirmidzi).SHOLAT Sunnah
Taubat dalilnya hadits: “Ma mim rajulin yudznibu dzanaban tsuma yaqumu
fayatatohharu tsumma yusholli tsumma yastagfirullaha illa ghafarallau lahu”
artinya: “Tiada seorang laki-laki yang berbuat dosa, kemudian berdiri maka ia
berwudhu, kemudian shalat, kemudian mohon ampun kepada Allah, melainkan
diampuni baginya” (HR. Abu Daud, An-Nasai, Ibnu Majah dan Baihaqi). Dari Abu
Bakar; Ia berkata: Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda: “ Apabila seseorang
berbuat dosa kemudian bangun, lalu berwudhuk, shalat, kemudian minta ampun
kepada Allah, maka Allah mengampuni kepadanya” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi). Lalu
tidur taubat,Sabda Rasulullah SAW : “Wa’udda nafsaka min ashabil qubur”
artinya: “Anggaplah / andaikanlah /
rasa-rasakanlah dirimu dari golongan orang-orang penghuni yg di kubur (ahli
kubur)”, oleh Ulama Tasawuf (Tarikat Naqsabandiyah) dilaksanakan rangkaian
kaifiyat bertaubat, dgn melaksanakan tidur dlm keadaan bersuci, miring kekanan
serta diselimuti kain putih. Tidur sesudah mandi dan berwudhuk serta shalat
sunnah, tata caranya seperti orang mati, yaitu berbaring di atas lambung /
rusuk kanan, seolah-olah mati atau
“matikan dirimu” yg artinya “patuh” atau
“mati hakekat”, merupakan cerminan dari rukun iman yg percaya pada hari
akhir.Firman Allah SWT QS. Az Zumar: 30
“Innaka mayyituw wainnahun mayyituun”, artinya: “Sesungguhnya kamu akan
mati dan sesungguhnya mereka juga akan mati”.
Penjelasan: Hal ini dilakukan agar mereka memperoleh kesan mendalam, bahwa mereka satu kali kelak akan
mati juga, hingga benar-benar harus bersiap-siap untuk itu, yakni harus hidup
suci dan lurus senantiasa, karena mati datangnya tidak memberi tahu. Bagaikan
timun bisa dipetik muda ataupun tua.Tidur dlm keadaan suci dari hadast (ber-wudhuk).
Hadits: Dari Ibnu Abbas; Sesungguhnya Nabi SAW bangun malam, lalu masuk kakus
menyelesaikan hajatnya, kemudian membasuh wajah dan kedua telapak tangannya
(berwudhuk), kemudian tidur (lagi) (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah). Ketika tidur
berbaring di atas rusuk kanan ditutup kain putih seperti mayat terdapat dalam
hadits “Qaala lii Rasuulullaahi SAW: Idzaa ataita madhja’aka fatawaddha
wudhuuaka lisshshalaati tsummadhthaji’alla syiqqikal aimani”(HR. Bukhari). Juga
hadist :“‘Anil barra ibnu ‘Azib qola, qola lii rasulullahu shollallhu ‘alaihi
wa salamma: idza ataitamddoji’aka fa tawadho’, katawadhu’ika lisholati
tsummadhtoji’ ‘ala syaqqikal aima”, artinya: Dari Barra bin Azib; Ia berkata:
Rasulullah SAW bersabda kepadaku: “Apabila engkau hendak tidur, maka berwudhuklah
terlebih dahulu seperti wudhukmu untuk shalat, kemudian berbaringlah ke sebelah
kananmu “(HR. Bukhari, Muslim dan Abu Dawud).Lalu hadits yg berbunyi “Inna
nabiyya shollallahu ‘alaihi wa sallama
kana idza aroda ay yarqudawadho’a yadahu yumma tahta khaddihi “, artinya: Dari
Hafshah istri Nabi SAW; Sesungguhnya Rasulullah SAW apabila berkehendak untuk
tidur, maka beliau meletakkan tangan
kanannya di bawah pipinya (HR. Abu Dawud).Selanjutnya sabda Rasulullah yg
berbunyi “Ilbisu min tsiyabikumul bayadho fa innaha khairu tsiyabikum wa
kaffinu fiha mautakum”, artinya: “Pakailah olehmu pakaian yg putih (termasuk
selimut), seungguhnya kain putih itu kain yang paling baik, dan kafanilah mayat
kamu dengan kain putih pula (HR. Abu Daud). Demikian pula: Dari Ibnu Abbas, Ia
berkata: Rasulullah SAW bersabda: ”Pakailah olehmu pakaian kamu yg putih,
sesungguhnya (pakaian putih itu adalah) pakaian kamu yg terbaik, kafanilah
mayat kamu dalam kain putih (pula) dan sebaik-baik celakmu itu utsmud, Ia bisa
memperjelas penglihatan dan menumbuhkan rambut” (HR. Abu Dawud, Ibnu Majah dan
Tirmidzi) .Kemudian berdzikir dengan bimbingan Guru-Mursyid, dengan dzikir khafi adalah dzikir yg samar yaitu dzikir
didalam hati. Firman Allah SWT QS.Al A’raaf : 205 “Wadz kur rabbaka
fii nafsika tadharru’aw wa khiifataw wa duunal jahri minal qauli bil ghuduwwi wal aashaali wa laa takum minal
ghaafiliin”, artinya: “ Sebutlah Tuhanmu dalam hatimu dgn merendahkan diri,
takut dan dengan tidak mengeraskan suara, diwaktu pagi dan petang. Dan
janganlah engkau termasuk orang-orang yang lalai”. Rasulullah SAW bersabda: “Sebaik-baik dzikir itu
yang samar dan sebaik-baik rizki itu yang mencukupi” (HR. Ahmad bin
Hambal). Hadits : Dari Qais bin Ubbad, Ia berkata: Para Sahabat
Rasulullah SAW tidak suka meninggikan suara dalam tiga perkara, yaitu: tatkala
berperang, ketika mengantar Jenazah dan dalam dzikir (HR. Baihaqi). Juga : Dari Aisyah RA, Ia berkata: Rasulullah
SAW bersabda: Dzikir yg tidak didengar oleh malaikat Hafazhah (khafi)
itu lebih banyak pahalanya daripada dzikir yg didengar oleh malaikat
Hafazhah (jahar), dgn tujuh puluh kali lipat
(HR. Baihaqi). Dalam berdzikir taubat diharapkan untuk
tidak berniat selain karena Allah SWT, bukan untuk kekeramatan
dan bukan pula untuk memperoleh kekayaan atau pun memperoleh kesenangan.
Hadits berikut: Dari Abu Hurairah, Ia berkata: Rasulullah
SAW bersabda: “ Perbanyaklah ingat akan yg memutuskan
kelezatan-kelezatan (maut) ” (HR.
Ibnu Majah, Tirmidzi dan Nasai). Dan, “Campurkanlah majlismu dengan mengingat
akan yg mengkeruhkan kelezatan-kelezatan (maut)” (HR.Ibnu Abiddunya dari
Anas). Mursyid (Guru) adalah seorang Wali, firman Allah SWT dlm QS.
Al Kahfi : 17 berbunyi “May yahdillaahu fahuwal muhtadi wa may yudhlil falan
tajidalahu waliyam mursyidaa”, artinya: “Barang siapa yg Allah memberi petunjuk
(:kepadanya), dialah yg mendapat petunjuk. Dan barangsiapa yg Allah menyesatkan
(:kepadanya), maka tidak akan menjumpai Wali Mursyid”. QS. Yunus: 62 artinya: “
Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu tidak ada kekhawatiran yg menakutkan
mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati”.
Mursyid Memberi Syafa’at atau Pertolongan . Memohon untuk
didoakan oleh Mursyid secara ruhaniah (batin), yaitu semoga Allah
berkenan menghilangkan was-was yg datang dari segala penjuru kehidupan. Dan
inilah yg dikatakan tawasul. Mursyid memberi syafa’at karena hakekat Mursyid
adalah ruhani guru atau Arwahul Muqaddasah Sang Guru yg
telah bergabung dengan ruhani Guru-guru sebelumnya hingga ruhani Rasulullah
SAW , yang pada masa kini dhahirnya atau jasmaninya masih hidup
sebagai Imam atau Sang pemimpin Peramalan. Firman Allah SWT QS. Thaahaa: 109 “Yaumaidzil laatanfa ‘usysyafas’atu illaa man
adzina lahur Rahmaanu wa radhya lahuu
qaulaa”, artinya: “Pada hari itu tidak berguna syafa’at, kecuali syafa’at
dari orang yg telah diberi izin oleh Allah Yang Maha Rahman dan
Dia / Allah telah me-ridhoi
perkataannya”. Berikut QS. An Nisa: 85 “May yasyfa’ syfaa’atan hasana-ay yakul
lahuu nashiibun minhaa”, artinya: “Barangsiapa yg memberi syafa’at
yg baik (syafa’at menunjuki ke jalan Tuhan) niscaya akan memperoleh
bahagian (pahala) dari pada-Nya”. QS. Al Ambiya: 28 “ Ya’lamu maa
baina aidiihim wamaa khalfahum walaa yasyfa’uuna ilaa limanirtadhaa wahum
minkhayyatihii musyfiquun”, artinya: “Dia (Allah) mengetahui apa-apa
yg dihadapan mereka dan apa yg dibelakang mereka, dan mereka tiada dapat
memberi pertolongan (syafa’at) selain orang yg disenangi-Nya sedang
mereka gemetar karena takut kepada-Nya”. Hadits disebutkan: Dari Utsman bin Affan; Ia berkata: Rasulullah SAW
bersabda: “Dihari kiamat yg memberi syafa’at tiga golongan , yaitu: Para
Nabi, kemudian Ulama, kemudian Syuhada” (HR. Ibnu Majah). Lalu : Dari Anas,
sesungguhnya Umar bin Khaththab RA apabila kaumnya ditimpa kemarau panjang, Dia
minta hujan dengan wasilah Abbas bin Abdul Muthallib RA, lalu Dia
berdoa: Ya Allah, kami telah ber-wasilah kepadamu dgn (wasilah)
Nabi kami Muhammad SAW, lalu engkau menurunkan hujan. Dan pada hari ini
kami ber-wasilah kepada-Mu dgn (wasilah) paman Nabi kami SAW maka
turunkanlah hujan. Lalu mereka diberi hujan (HR. Bukhari dan Baihaqi). juga : Dari Abu
Said, Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya sebahagian dari
ummatku ada yg memberi syafa’at kepada golongan besar dari manusia,
sebahagian dari mereka ada yg memberi syafa’at kepada satu suku,
sebahagian dari mereka ada yg memberi syafa’at kepada golongan kecil dan
sebahagian dari mereka ada yg memberi syafa’at kepada satu orang,
sehingga mereka masuk syorga semuanya (HR. Tirmidzi). Berikut
dikisahkan dlm hadits : Diriwayatkan dari Aisyah r.a yg menuturkan bahwa
Rasulullah SAW bersabda, Allah berfirman: “Barangsiapa menyakiti
kekasih-Ku, berarti ia telah menghalalkan permusuhan-Ku. Seorang hamba yg
mendekat kepada-Ku tidak cukup dengan melaksanakan kewajiban yg Aku
perintahkan. Ia harus mendekatkan diri kepada-Ku dgn perbuatan-perbuatan sunat
sampai Aku mencintainya. Tiadalah perbuatan yg memberatkan-Ku seperti
kebimbangan-Ku ketika mencabut ruh Hamba-Ku yg beriman karena ia tidak suka
mati, dan Saya tidak mau menyakitinya, padahal ia harus mati” (HR. Imam
Ahmad, At-Turmudzi, Ath-Thabrani). Setiap kaum dan zaman ada yg memberi
petunjuk atau Mursyidnya (secara fisik masih hidup) seperti disebutkan
dlm QS. Ar Ra’ad: 7 “Aayatum
mir rabbihii innamaa anta mundziruw wa li kulli qaumin haad”, artinya:
“Sesungguhnya engkau (ini, ya Muhammad) seorang pemberi peringatan. Dan bagi
tiap-tiap golongan ada yg memberi petunjuk”.
Setelah itu diperlukan
kesungguhan dan keikhlasan. Kesungguhan
dlm menjalankan al-Islam sangat diperlukan.
QS. Al Maidah : 35 disebutkan “Yaa ayyuhal ladziina aamanut
taqullaaha wab taghuu ilaihil wasiilata wa jaahiduu fii sabiilihii la ‘allakum
tuflihuun”, artinya: “Hai orang-orang yg beriman, bertaqwalah kepada Allah,
dan carilah wasilah (metode untuk mendekatkan diri kepada-Nya) dan mujahadalah
(sungguh-sungguhlah beramal) dalam jalan-Nya (dgn metode itu) supaya kamu
menang / beruntung”. QS. Al Ankabut :
69 “Wal ladziina jaahaduu fiinaa la
nahdiyannahum subulanaa wa innallaaha la ma’al muhsiniin”, artinya:
Orang-orang yg ber-mujahadah (bersunguh-sungguh) dalam (menuntut keridhaan)
kami, niscara Kami tunjukkan jalan-jalan (metode-metode) kami kepada mereka.
Dan sesungguhnya Allah beserta orang-orang yg berbuat ihsan”. Tahapan tahsfiyat (penyucian diri)
yaitu tahapan peningkatan peramalan dlm bentuk pengintensifan amalan dalam metode tarekat sehingga memperoleh pelajaran atau pengalaman
ruhani adalah sbb:
1. Takholli / Takhallii : -- Kosongkan diri dari sifat / perangai tercela dan rendah serta maksiat
lahir batin (pembersihan), yaitu bersih
dari najis dan hadas, maksiat
lahir-batin serta hati rabbaniyyah, dll
2. Tahallii
: --
Mengisi diri dengan sifat-sifat terpuji dan taat lahir batin menuju hakekat (pengisian),
yaitu ber-syariat, ber-tarekat
dan ber-hakekat (mendekat dan mengenal Allah) menuju makrifat
3. Tajallii ( percikan terang zat Allah) : -- Merasakan
akan rasa ketuhanan dan sampai memperoleh
pada suatu kenyataan Allah
atau Tuhan (makrifatullah)
– masuknya bayangan al-Haqq dan al-Khalq
ke dalam hati – sebagai puncak segala
tujuan.
Teknologi Al Qur’an memang tersimpan dlm tharekatullah
yg asli dan lurus (benar) . Termasuk dlm ilmu tasawwuf Islam. Firman Allah dlm QS. Al Jin : ayat 16 “Wa al lawis taqaamuu ‘alath thariiqati la
asqainaahum maa-an ghadaqaa”, artinya:
“Sekiranya mereka berketatapan hati pada jalan Allah (tarekat yg
benar), niscaya Kami memberi minum mereka dgn air yg berlimpah (segar)”. Dan bahwasannya jika mereka selalu tetap
berdiri teguh / memakai cara / metodologi yg tepat dan benar / tarekat
yg benar, maka Allah akan melimpahkan untuk mereka (minum air segar
/ kurnia seperti berlimpah) hujan lebat (dari langit). Dan apabila kemudian ada berita dari
orang-orang fasiq agar diperiksa lebih dahulu dgn seksama. QS. Al Hujuraat: 6
berbunyi “ Yaa ay-yuhal-ladziina aamanuu in jaa-akum faasiqun binaba-in
fatabay-yanuu an tushibuu qauman bijahaalatin Futushbihuu ‘alaa maa fa’altum
naadimiin”, artinya:” Hai orang-orang yg beriman, apabila
orang-orang fasiq datang membawa berita kepadamu, maka periksalah lebih
dahulu dgn seksama. Supaya kamu jangan sampai mencelakakan orang lain, tanpa
mengetahui keadaannya, sehingga kamu akan menyesal atas kecerobohanmu itu”. Sangat merugi apabila kita sebagai orang yg beriman
berprasangka buruk atau mengolok-olok mereka yg masuk tarekat (bertaubat)
dan mengamalkan dzikir . Firman Allah SWT dlm surat QS. Al Hujaraat : 11 “Yaa ayyuhal ladziina aamanuu laa yas khar
qaumum min qaumin ‘asaa an yakuunuu khairam minhum”, artinya: “Hai
orang-orang beriman janganlah suatu kaum mengolok-olokkan kaum yg lain (karena)
boleh jadi mereka (yg diolok-olok) lebih baik dari mereka (yg
mengolok-olokkan)”. QS. Al Hujaarat : 12 “Yaa ayyuhal ladziina
aamanuj tanibuu katsiiram minazh zhanni inna ba’dhazh zhanni itsmuw walaa
tajassasuu walaa yaghtab ba ‘dhukum ba’dhaa”, artinya: “Hai orang-orang
beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka
itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan
janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yg lain”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar