Dari Pameran Kriya
dan Fashion ISI Denpasar
“INOVASI PRODUK KRIYA
DAN FASHION MENUJU INDUSTRI KREATIF’
Dalam Rangka
Menyongsong Hari Pendidikan Nasional 2013
Oleh Agus Mulyadi
Utomo
Minggu jam 17.00
(sore) pada tanggal 28/4/2012, di
Gallery Monkey Forest, Padangtegal Ubud, Gianyar diadakan pembukaan pameran
produk kriya dan fashion bertajuk “Inovasi Produk Kriya dan Fashion Menuju
Industri Kreatif” dalam rangka
Menyongsong Hari Pendidikan Nasional 2013. yang diresmikan oleh Rektor ISI
Denpasar yakni Dr. I Gede Arya Sugiartha, SS.Kar. M.Hum. Pameran yang bekerjasama
dengan Gallery Monkey Forest itu merupakan sosialisasi akan keberadaan dari Jurusan
Kriya Produk (PS. Kriya Seni dan PS. Fashion) sebagai alternatif / pilihan bagi
lulusan SMA / SMK untuk melanjutkan ke Perguruan Tinggi Seni Negeri di Bali.
Drs. Ketut Muka, M.Si sebagai Ketua Jurusan Kriya dalam kata pengantarnya mengatakan bahwa selama ini sebagai
jurusan yang terpinggirkan dan kini menggandeng Fashion yakni Program Studi
baru yang memiliki kesamaan dari sisi keunggulan craftsmanhip. Menanggapi hal tersebut Dekan FSRD, Dra. Ni Made
Rinu, M.Si, bahwa sebagai sebuah kritik betapapun itu tidak menyenangkan harus diterima serta dianggap positif.
Bendesa Adat setempat menambahkan jangan sampai karya kreatif dan inovatif di
Bali dimonopoli orang asing yang kini banyak membuka usaha dan kita hanya
menonton saja, harapannya adalah mahasiswa berperan nantinya sebagai calon
intelektual. Dan Dr. I Gede Arya Sugiartha, SS.Kar. M.Hum. mengatakan sebagai
Rektor yang baru, bahwa “perubahan harus
datang dari dirinya / jurusannya yang akan menjemput kemajuan yang diinginkan”. Ia menegaskan lagi
bahwa “sekarang Ia sebagai Rektor baru” dan nanti setelah berhasil baru bisa
disebut “Ini baru Rektor”, sembari tersenyum penuh harap dan hal ini merupakan awal dari segalanya.
Produk Kekriyaan
Seni Kriya merupakan hasil
pekerjaan dengan berbagai ragam teknik merupakan cakupan dalam kebudayaan. Kebudayaan
sebagai suatu sistem mencakup tiga wujud: wujud gagasan, wujud tingkah laku
berpola dan hasil tingkah laku. Sudah sejak zaman prasejarah kita mengenal
berbagai peninggalan berupa artefak, ada yang berupa peralatan, perhiasan dan
sebagainya. Dan hasil karya tersebut dihasilkan karena ada ketrampilan
seseorang dalam membuat dan mengubah
bahan atau benda keperluan sehari-hari menjadi karya kriya, sehingga diakui
bahwa keberadaan kriya memang sudah sejak lama.
Seni kriya sudah sangat tua
umurnya dan merupakan cikal bakal seni rupa Indonesia pada umumnya. Sejak zaman
prasejarah manusia telah berkarya menghasilkan artefak (benda buatan manusia)
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, adapun fungsinya: a) Untuk keperluan yang bersifat teknis,
seperti pisau (kapak batu), alat berburu, alat pertanian dan sebagainya. b) Sebagai penanda akan status
sosial,contoh: perhiasan, mahkota dan perabotan rumahtangga. c) Untuk keperluan religius atau ritual (upacara) contoh patung.candi,
dsbnya. Uraian historis dan pertumbuhan seni kriya tradisional Indonesia telah menjelaskan
akan kehadirannya, terutama dalam kehidupan masyarakat yang kini memiliki
potensi dan peluang untuk dikembangkan
menjadi unit usaha Industrial (industri kreatif) dan inovatif sesuai tuntutan
gaya hidup global sekaligus untuk meningkatkan kesejahteraan terutama
menjadikan sebagai basis ekonomi kreatif.
Seni kriya hidup, tumbuh dan
berkembang di kawasan Indonesia bagaikan pernik-pernik manikam persada
Nusantara. Kehadirannya beriringan sejalan dengan eksistensi manusia di tanah
air. Penciptaannya berkaitan erat dengan kebutuhan hidup, baik kebutuhan
jasmani (fisik) maupun kebutuhan rohani /jiwani (spiritual). Oleh karena itu,
hasil karya sen kriya sering merepresentasikan sebagai pola fikir dan perilaku masyarakat
pada zamannya ( Franz Boas, 1955). Dan keberadaan seni kriya selalu berkaitan
dengan pemenuhan fungsi-fungsi tertentu,meskipun pemenuhan fungsi-fungsi itu
sering dipandang hanya dari sisi fisiknya saja,dan tidak menyeluruh, tidak
sesuai dengan realitas kebutuhan hidup yang lengkap dan utuh.
Seni Kriya adalah semua hasil
karya manusia yg memerlukan keahlian khusus yg berkaitan dengan tangan,
sehingga seni kriya sering juga disebut kerajinan tangan. Seni kriya dihasilkan
melalui keahlian manusia dalam mengolah bahan mentah. Seni kriya dapat
dikelompokan berdasar tujuan penciptaan atau penggunaannya menjadi kriya yg
mempunyai fungsi : praktis, estetis, dan simbolis (religius). Namun seni kriya juga
membutuhkan kemampuan kecakapan teknik (craftsmanhip)
dan ketelatenan yg tinggi, sebagai suatu cirri khas seperti seni kriya ini yakni tenun, batik, anyaman, furnitur, gerabah/keramik,
perhiasan/asesorioes/fashion, kriya
logam, dan kayu, hingga keris. Semua
terwujud dikarenakan desakan kebutuhan.
Kebangkitan Kriya
Kebangkitan
seni dan kriya di paruh pertengahan abad ke 19, mewujudkan suatu kekayaan
tradisi dan keragaman politik, kepercayaan / agama dan gagasan estetik yang
didapati dari berbagai ragam bentuk medianya. Saat ini berkembang adanya
dasar-dasar dan keyakinan ketentuan umum terhadap perkembangan pergerakan
pengetahuan Seni dan Kriya secara umum. Kriya kayu Indonesia berasal dari
berbagai daerah etnik, kriya masa lampau merupakan bagian kekayaan etnik
tradisi Nusantara. Keragaman terlihat melalui hasil-hasil yang tersebar di
berbagai daerah. Karakter dan ciri khas daerah masing-masing tercermin jelas.
Berbagai media yang digunakan menghasilkan berbagai jenis hasil kriya, media
yang digunakan antara lain kayu, logam, tanah liat, kulit dan lain-lainnya.
Hasil karya kriya terwujud dalam berbagai bentuk dan gaya, guna memenuhi
berbagai kepentingan dan fungsi-fungsi dalam kehidupan. Mulai dari Sabang
hingga Merauke terhampar berbagai ragam karya kriya Indonesia yang terpadu
dalam konsep Bhinneka Tunggal Ika (Unity in variety serta unity and
diversity). Konsep yang mencerminkan tekat bangsa untuk menegakkan kesatuan
dan persatuan dalam keragaman etnik, suku, budaya dan religi. Adapun kriya di
Indonesia diikat oleh nilai-nilai konsep masing-masing daerah tidak pernah
pudar. Kehadirannya membangkitkan pesona, daya pikat dan keunggulan komparatif,
bila dibandingkan dengan karya sejenis dari daerah lain atau Negara lain. Terdapat
pada bangunan Percandian, bangunan rumah adat, istana raja, rumah tinggal
bangsawan dan penduduk, perabot mebel dan berbagai unsur interior utilitas umum
lainnya. Dibidang aksesoris,
terdapat perangkat busana tari, perangkat upacara keagamaan, perangkat musik
tradisi, mainan anak-anak, benda-benda cinderamata dan masih banyak lagi yang
lain. Produk kriya yg banyak dipasarkan sebagian besar merupakan replika
produk kriya masa lampau, bahkan pengusaha asing banyak yg bergerak di lingkup
bisnis „barang antik‟. Sayangnya produk kriya kayu yg sudah langka dan termasuk
yg dilindungi sebagai „aset kekayaan craft‟ Indonesia, banyak yg
mengalir ke luar negeri sebagai komoditi perdagangan. Jenis barang tersebut
antara lain furnitur, elemen hias rumah, alat-alat upacara religi/kepercayaan
dan lain-lain. Kehidupan perekonomian di beberapa daerah menjadi meningkat
berkat memberdayakan sumber daya yang ada, Kriya sebagai komoditi ekspor cukup
bisa diandalkan selain produk migas, hasil yg diperoleh sangat besar sehingga
dapat meningkatkan taraf perekonomian di beberapa daerah. Kekayaan seni dan
budaya dari berbagai etnis yg berbeda, tersebar di ribuan pulau, bila
dituangkan dan diwujudkan melalui benda-benda seni dan craft, akan tidak pernah
habis gagasan yg dapat dimunculkan. Bahkan bila disertai dengan inovasi salah
satunya menggabungkan dua atau tiga etnis yg berbeda akan menghasilkan puluhan
atau ratusan, bahkan mungkin ribuan bentuk benda kriya yg berbeda-beda. Kriya
sebagai sarana pemerataan kesejahteraan, dapat dicapai melalui proses kerja
kolektif.
Desain Kriya
Dari 75 buah karya yang
diupamerkan merupakan kolaborasi karya dosen dan mahasiswa FSRD-ISI Denpasar,
Kegiatan mendesain / merancang sbg suatu aktivitas yg ditujukan untuk
menghasilkan suatu produk yg secara fungsional sangat dekat kaitannya dgn aspek
manusia dan fenomenanya, merupakan salah satu aspek yg menjadi pemicu
berkembangnya gaya hidup (lifestyle) dalam masyarakat. Desain
sebagai suatu aktifitas dalam merencanakan pembuatan suatu produk “Inovatif”,
seringkali menimbulkan dampak sosial (negatif maupun positif), sebagai akibat
dari etos penciptaan dan kreativitas yg berlebihan, diantaranya : 1). Berkembangnya gaya hidup konsumerisme.
2). Pensegmenan kelas sosial semakin terlihat dgn jelas. 3). Beredarnya banyak produk imitasi. 4).
Peniruan / plagiarisme menjadi hal yg wajar. 5). Penggunaan produk ber-merk
lebih merupakan “penggunaan mimpi”,
sehingga produsen bukan lagi menawarkan
atau menjual komoditas pakai (fungsional), tapi menawarkan / menjual “mimpi”. 6).
Pada bidang busana / fesyen, eksplorasi besar- besaran terhadap desain
sering menyebabkan banyaknya “KORMOD”
(Korban Mode).
7). Pola konsumerisme yg
berkembang seringkali menimbulkan berbagai masalah dalam kesehatan, terutama karena fihak produsen yg
mengeksplorasi aspek estetika dan visualisasi yg memukau pada produk tanpa
memperhatikan aspek ergonomis tentang kesehatan dan keamanan serta kenyamanan produk
Produk Kriya ISI Denpasar
Pada dasarnya, pameran yang
berlangsung dari 28 April s.d 11 Mei 2013 ini , memicu kreativitas dosen dan
mahasiswa untuk menumbuh kembangkan ide-ide baru lerwat karya kriya dan
fashion, baik yang bersifat terapan maupun yang mengangkat nilai-nilai budaya
daerah, dengan sentuhan performan dan penanampilan secara mandiri. Lihat saja
karya Isnah Nur Bintari dan Putu Yuda Jayanthi dengan karya berupa keramik Guci
Vas Bunga yg mengambil ide lipatan kain seperti pakaian melilit body guci atau untaian gording yang
cukup memikat dan Tempat Payung yang unik berupa anyaman dengan narasi serangga
di atas daun.
Karya lainnya, berupa tas wanita
karya Ketut Sida Arsa yang memikat, berbahan kulit domba dikombinasi dengan
anyaman rotan dfan kain songket Bali. Juga rancangan sepatu wanita dari Nyoman
Laba berbahan kulit domba dan kain songket. Ada tempat tisu, tempat lilin,
tempat sabun, vas, asbak, sangku,
kotak perhiasan, assesories, batik, kap
lampu dan dan benda pajangan serta
ekspresi lainnya. Tak kalah dengan itu mahasiswa asing jurusan kriya yang
bernama Barbora Pauloviciva menampilkan gambar wayang tradisi Bali
“Ishwara”. Beberapa dosen mahasiswa
fashion menampilkan rancangan busana dari kebaya bernuansa etnik dan modern dan
dari kertas bekas serta karung beras.