oleh
Agus Mulyadi Utomo
goemul@gmail.com gusmultom@gmail.com
Ilmu Tasawuf (Tasauf)
: adalah
ilmu batin, rohani yang berpusat pada hati nurani (qolbu).
Ilmu Tasauf selalu juga
disebut orang sebagai “Ilmu Kerohanian”, karena lapangan ilmu ini meliputi
masalah hati/rohani, yakni bagaimana membersihkan hati/rohani dapat kembali
suci sebagaimana asal semula. Tentu standar kesucian rohani harus ada. Untuk
hal itu yang sudah terjamin adalah kesucian rohani Rasulullah SAW, karena telah
disucikan oleh Allah SWT. Selanjutnya dengan melalui kerohanian Rasulullah SAW
itulah akan dapat mensucikan rohani ummat.
Firman Allah SWT: Laqod mannallahu ‘alal mu’minina idz ba’atsa
fihim rasuulam min anfusihim yatlu ‘alaihim
ayathi wa yuzakkihim wa yu’alimuhumul kitata wal hikmata wa inkanu min
qalu lafi dhalalim mubin.. Artinya: “Sesungguhnya Allah mengangkat diantara
mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada
mereka ayat-ayat Allah, membersihkan/mensucikan (jiwa/rohani )
mereka (dengan rohaninya) dan mengajarkan kepada mereka Al-Kitab dan Al-Hikmah. Dan sesungguhnya
sebelum (kedatangan Rasul) itu mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata” (QS Ali Imron:164).
Sumber utama kerohanian
dalam Islam adalah kerohanian Rasulullah SAW yang dilanjutkan oleh para
penerusnya yakni para khalifah Rasulullah (Ahli Silsilah/Ulama Pewarisnya).
Dalam praktek amaliyah yang dilaksanakan para ahli Tasauf juga bersumber dari
kehidupan Rasulullah sebelum dan sesudah menjadi Rasul. Semua itu merupakan
pancaran ilham dan wahyu dari Allah SWT.
Hukum dasar dari amaliyah itu memang ada dalam Al-Qur’an maupun
Al-Hadist. Perhatikan firman Allah SWT surat Al-Ahzab ayat 41: Ya ayuha tadzina amanudzkurullaha dzikran
katsira. Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman berdzikirlah (ingatlah)
kamu kepada Allah dengan dzikir yang sebanyak-banyaknya”.
Makna Tasawuf:
1. Orang yang menjalankannya
disebut orang Sufi, yang senantiasa mensucikan diri lahir dan batin,
menjauhi sifat tercela dan dilarang agama Islam. Arti ini diambil dari
kata shofa
yang artinya suci
bersih.
2.
Bahwa arti tasawwuf
adalah bulu binatang, yang diambil dari kata shuufah, karena pada saat
itu orang yang bertasawuf (Sufi)
memakai baju dari bulu binatang dan tidak suka memakai baju yang indah dengan
kata lain orang tersebut adalah orang yang sederhana.
3.
Tasawuf adalah kelompok orang (orang banyak) yang diambil
dari kata shuffah yaitu segolongan sahabat Nabi SAW yang menyisihkan
dirinya duduk-duduk di serambi masjid Nabawi mendengarkan fatwa Rasulullah SAW,
baik dari Al Qur’an maupun dari Hadist, untuk disampaikan kepada orang yang
belum menerima fatwa itu, yaitu mereka yang mengutamakan ilmu dengan tujuan
mendekatkan diri kepada Allah.
4.
Bahwa makna lain dari tasawuf adalah bulu yang lembut,
yang diambil dari kata shuufatul qofaa dengan arti bahwa
orang Sufi itu bersifat lemah lembut,
bersifat kasih sayang dan berahlaq mulia.
5.
Ada pula kata tasawuf itu berasal dari kata shifat,
karena orang Sufi itu memiliki sifat-sifat terpuji dan menghindari sifat
tercela.
6.
Ada pula yang mengatakan tasawuf berasal dari bahasa
Yunani kuno yang di-Arabkan (diucapkan lidah orang Arab), yaitu dari kata Theosofie, yang artinya “ ilmu
Ketuhanan”. Maknanya adalah orang yang selalu mendekat kepada Tuhan dan Tuhan
selalu hadir dalam jiwanya, kemana saja selalu dalam pandangan Tuhan.
Definisi Tasawuf:
1.
Abdul Qasim Qusairi: mengatakan bahwa tasawuf
adalah menerapkan secara konsekwen ajaran Al Qur’an dan Sunnah Nabi SAW,
berjuang menekan hawa nafsu, menjauhi perbuatan bid’ah dan menghindari diri
dari meringan-ringankan ibadah.
2.
Sahl Abdullah At-Tustury: mengatakan bahwa tasawuf
adalah membersihkan diri dari kerusakan budi, selalu dalam renungan yang
mendalam dan menilai budi mulia itu lebih berharga daripada tumpukan emas dan
permata.
3.
Abdullah Wahab Sya’rani: pernah berkata, “Ketahuilah ilmu
tasawuf adalah ilmu pengetahuan yang dilimpahkan kedalam hati para wali, dikala
hati mereka disinari oleh cahaya Al Qur’an dan Sunnah Nabi SAW”.
4.
Imam Al Ghazali: mengatakan bahwa tasawuf
adalah memakan yang halal, mengikuti akhlak, perbuatan dan perintah Rasul yang
tercantum dalam Sunnahnya. Ajaran tasawuf berdasarkan ajaran Al Qur’an dan
Sunnah Nabi SAW.
5.
Ibnu Khaldun: berkata: “Sebenarnya
methodik pokok kaum Sufi itu adalah selalu memperhitungkan jiwanya sampai
benar-benar ia telah melaksanakan perintah dan menjauhi larangan Allah dan
Rasul-Nya.
6.
Abdul A’la Maududi: mengatakan tasawuf dalam
arti yang sebenarnya adalah penuh cinta kepada Allah dan Rasul-Nya, dan setiap
cinta memerlukan ketundukan kepada perintah seperti yang tercantum dalam Al
Qur’an dan Sunnah Nabi SAW.
7.
Junaidi Al Bagdadi: mengatakan tasawuf adalah
keluar dari budi pekerti yang tercela dan masuk kepada budi pekerti yang
terpuji.
8.
Abu Bakar Aceh: menerangkan bahwa tasawuf
adalah suatu ilmu pengetahuan untuk mencari kecintaan dan kesempurnaan
kerohanian.
9.
Basyir Al Haris: menerangkan bahwa orang
Sufi adalah yang telah bersih hatinya semata-mata untuk Allah Ta’Ala.
10. Abu Muhammad Al Jurairi: mengatakan bahwa tasawuf adalah
masuk kedalam budi pekerti menurut contoh yang ditinggalkan Nabi SAW dan keluar
dari budi pekerti yang rendah.
11. Prof. DR. Hamka: mengatakan
bahwa tasawuf adalah membersihkan jiwa dari pengaruh materi, agar dia mudah
menuju kepada Allah Ta’Ala. Dalam bukunya”Tasawwuf Modern” menjelaskan maksud
nya adalah membersihkan jiwa, mendidik dan mempertinggi derajat budi; menekan
segala kelobaan dan kerakusan, memerangi syahwat yang berlebihan dari keperluan
untuk kesentosaan diri.
Pendidikan budi pekerti : (dalam Ilmu tasawuf / tarikatullah = melalui I’tikaf / dzikirullah)
1.Takholli
-- Kosongkan diri dari
sifat tercela dan maksiat lahir- batin (pembersihan)
2.Tahalli -- Mengisi diri dgn sifat sifat terpuji dan
taat lahir batin menuju hakekat (pengisian)
3.Tajall
--- Merasakan rasa ketuhanan dan
sampai pada memperoleh kenyataan
Tuhan ( makrifat )
Tarekat / Tarikat / Thariqat:
Arti tarekat: Dalam ilmu tasawuf (tasauf): arti “Tarekat” ialah
“Jalan” atau “petunjuk” dalam melakukan sesuatu ibadah & amalan sesuai
dengan ajaran yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW dan dikerjakan oleh
sahabat-sahabat Nabi, Tabiit-tabiin, Ulama-ulama, Guru-guru, sambung menyambung
hingga kini.
Tarekat : adalah “jalan” atau “petunjuk” dan “bimbingan”suatu
ibadah & amalan yang sesuai, yang dicontohkan (dengan metode) Nabi Muhammad
SAW dan dikerjakan oleh sahabat Nabi, diteruskan oleh para Ahli Silsilah,
Khalifah-Khalifah Allah sambung menyambung sampai akhir zaman.
Sabda Nabi Muhammad SAW :
“Syariat
itu perkataanku, Tarekat itu perbuatanku dan hakekat itu ialah
kelakuanku”
Dengan demikian dapatlah
dimengerti, bahwa semua “bimbingan” dan “petunjuk” guru dinamakan “Tarekat” dan guru
yang pertama adalah Nabi Muhammad SAW
(dari malaikat Jibril)
Tujuan Tarekat: Menjalankan Islam secara kaffah (lengkap), melalui Syariat
(peraturan), Tarekat (pelaksanaan), Hakekat (keadaan) dan Ma’rifat (puncak segala---Tujuan yaitu Allah SWT, mengenal Tuhan dan
mencintainya)
Dengan bertarikat : menemukan “Guru Sejati” (Waliyam Mursyida) untuk
mendekatkan diri kepada Allah, yang dapat membimbing dan memberi syafaat mulai
dari dunia sampai akhirat, yang dapat mensucikan jiwa, memperbaiki akhlak,
membina kesejahteraan dan mencapai kebahagiaan abadi.
Seperti juga Rasulullah SAW,
bersama-sama dengan Jibrail (sebagai guide)
dalam munajat kehadirat Allah SWT dalam Isra dan Mi’raj Nya, sesudah lebih
dahulu Rasulullah disucikan “Jasmani dan Rohaninya”. Pada Isra dan Mi’raj,
Rasulullah diberi alat frekuensi yang tak terhingga ( ) yaitu Al Buraq / Al Kilat yang
kecepatannya tak terhingga. Jelas kelihatan , bahwa Beliau harus diberikan
lebih dahulu “ alat” yang tak terhingga untuk itu untuk mencapai kehadirat
Allah SWT. Dan alat itu mutlak perlu kita teruskan pada rohani kita pula, alat
mana pasti masih berada dalam Diri
rohani Rasulullah yang hidup pada sisi Allah SWT, berkekalan dan abadi. Inilah
dia secara ringkas inti / nucleus dari Tarekat.
Ber-Ilmu:
Orang yang ingin
mendekatkan diri kepada Allah, ada suatu jalan yang harus ditempuh untuk sampai
kepada-Nya. Agar tidak tersesat dan salah alamat yang tidak
disadari, maka perlu ada suatu bimbingan, tuntunan, gaiding dari seorang guru
yang paham rohani (Islam adalah agama wahyu & rohani ! bukan agama
budaya maupun agama otak) yang dapat mengantarkan ketujuan tersebut. Untuklah
itu diperlukan ilmu yang haq, yang
dapat membedakan yang batal dan yang haq (sebagai Al Furqon) tiada lain harus “berguru” mencari ilmunya dan harus ada
”gurunya” atau “Mursyidnya” yang jelas akan asal-usulnya sampai kepada Nabi
Muhammad SAW (bukan dari Gunung Kawi atau Laut Kidul atau ilmu tiban yang datang sendiri). Dalam beribadah dan beramal tentu
akan percuma tanpa “ilmu”, sebab ilmu itu adalah porosnya - dimana segala
sesuatu berputar disekitarnya. Perlu diketahui bahwa ilmu dan ibadah itu adalah
dua permata, dan untuk ilmu dan ibadah itulah maka terjadi semua yang terlihat
dan yang terdengar. Atau ilmu dan ibadah
ibarat dua sisi mata uang, seandainya tidak ada salah satunya tentu tidak
berlaku. Keduanya tidak dapat dipisahkan, karena orang yang berilmu kalau tidak
beribadah seperti pohon yang tidak berbuah. Dan orang yang beribadah tapi tidak
berilmu (tak tahu ilmunya), ibadahnya tidak berniat sama sekali atau percuma
saja. Jika demikian, maka ibadah itu akan berhamburan bak debu tertiup angin.
Sabda Rasulullah:
“Inginkah kamu sekalian tahu, siapa yang paling mulia diantara penghuni syurga
? Jawab para sahabat, “Baik, kami ingin tahu wahai Rasulullah”. Beliau
bersabda: “Adalah ummatku yang berilmu”.
Dalam hadist lain Rasulullah SAW bersabda: “Ilmu
itu imam amal dan amal itu makmumnya”.
Ilmu tanpa amal dan ibadah = lumpuh
Amal dan ibadah tanpa ilmu = buta
Jadi : “beribadah
& beramal” harus “berilmu”
Yang dapat menyelamtkan
kita di dunia & akherat :
1. Ilmu yang
bermanfaat / baik
2. Sedekah
3. Anak yang
sholeh
Keterangan:
Ilmu yang baik dan bermanfaat : ialah ilmu menuju ke Tuhan
dengan “berguru” , mencari guru yang
mursyid (Waliyyam Mursyida) yang
dapat membimbing / mengajarkan metode pendekatan diri kepada Allah, yang dapat menyempurnakan
amal dan ibadah.
Sedekah : berbisik kepada Rasulullah (kepada orang yang fakir “innallah”), membentu anak yatim/duafa,
menjamin orang perang sabil, membantu proyek Rasulullah dengan materi ( uang /
benda) tenaga dan pikiran, berzakat dan sebagainya untuk menutup pintu ‘bala’ ,
menghapus murka Tuhan
Anak yang sholeh : beriman, bertaqwa, bersyariat,
bertarikat, berhakekat, bermakrifat serta beramal sholeh (ibadah, zikir, wirid,
i’tikaf , ubudiah & ziarah)
Tiga pilar Islam:
Islam : Rukun Islam
yang 5 : shahadat, sholat, shodaqoh, puasa dan hajji.
Iman : Rukun Iman
yang 6: percaya Allah, Rosul, Malaikat, Kitab, Hari Akhir dan Takdir
Ikhsan : Engkau menyembah Allah seakan-akan engkau melhatnya,
maka apabila engkau tidak melihatnya,
maka sesungguhnya Allah melihat
engkau. Atau memadailah melalui orang yang telah melihat
Allah.
Orang-orang yang
bermujahadah (sungguh-sungguh) dalam (menuntut ke ridhoan Allah) kami, niscaya
kami tunjukkan jalan (metode) kami kepada mereka. Dan sesungguhnya Allah
beserta orang-orang yang berbuat ikhsan. ( Q.S. Al Ankabut 69)
Saringan : 1. Bagimana imannya
2. Bagaimana taqwanya 3. Sudahkan
ikhlas 4. Sudahkan istiqomah
Mengintensifkan Peramalan:
“Suluk” atau I’tikaf
: berdiam diri di Masjid atau Surau yang ditentukan oleh Guru Mursyid
selama 10 hari, berusaha dan melatih diri
(Riadhah), berjuang
(Mujahadah), melepaskan diri dari hawa nafsu dan kebendaan yang merupakan hijab
antara diri dengan Tuhannya. Mengintensifkan peramalan dzikrullah (tarining
centre). Meningkatkan ilmu ke Tuhanan.
Tidak benar bagi seorang hamba sampai ke maqam yang
tinggi melainkan dengan salah satu dua perkara : Adakalanya dengan mabuk ke
Tuhanan dan adalanya dengan suluk atas tangannya Para Syaikh Shiddiq. (Kitab: Mizan al Kubra, hal: 21)
Berbohonglah orang yang mengaku cinta kepada-Ku apabila
malam telah larut dia tidur jauh dari pada-Ku. Apakah setiap orang yang
bercinta tidak suka bersunyi-sunyi dengan kekasihnya . (kitab Al Mu’awanah wal
muszhaharah wal muazarah, hal.8)
Halwat: Nabi Muhammad SAW
diberi kesukaan menjalankan khalwat (bersunyi-sunyi) di gua Hira’, lalu
bertahanus di dalamnya, yaitu beribadat beberapa malam yang tidak sebentar (
Kitab: Matnul Bukhari, Hadist 3 Jilit 1)
Dan telah kami janjikan
kepada Musa (memberi Taurat setelah Riazhah / Suluk ) tiga puluh malam dan kami
sempurnakan sepuluh (malam lagi). Maka sempurnalah waktu yang telah ditentukan
Tuhannya (Musa) empat puluh malam ( Q.S. Al A’raf : 142 )
Dan kami perintahkan
kepada Ibrahim dan Ismail: “Bersihkanlah rumahku untuk orang-orang yang thowaf,
yang i’tikaf dan yang ruku’ sujud (sholat)” (Q.s. Al Baqarah 125)
Hadist-hadist Tentang Dzikir:” Laillaha illallah”
Nabi Muhammad SAW bersabda: “Barangsiapa setiap harinya
mengucapkan “Lailla ha illallah
Muhammadur Rasullullah” : Tidak ada Tuhan kecuali Allah dan Muhammad adalah
utusan Allah sebanyak seratus kali bilangan, maka Allah memberikan cahaya pada
wajah orang yang membaca kelak di hari qiyamat sebagai cahaya bulan purnama.
Sebaik dzikir yaitu
kalimat “Laillaha illallah” dan
seutama do’a yaitu kalimat “Alhamdullillah”
(segala puji bagi Allah)
Nabi Muhammad SAW
telah bersabda: Allah SWT telah berfirman (hadist Qudsi) kalimah : Laillaha
illallah sebagai kalamku, dan orang yang mengucapkan termasuk dalam
penjagaanku dan siapa yang masuk dalam penjagaanku maka selamat dari
siksaku (Rr. Syarodzi)
Nabi Muhammad SAW
bersabda: Supaya kamu memberi zakat pada badan dengan mengucapkan : Laillaha illallah (tiada tuhan selain
Allah).
Tidak ada hambaku yang
telah mengucapkan kalimah tauhid : (tidak ada Tuhan melainkan Allah dan
Muhammad utusan Allah), kecuali Allah telah mengatakan, benar apa yang
diucapkan oleh hambaku, sesungguhnya aku telah dan tidak ada Tuhan selain aku
dan saksikan wahai malaikat, sesungguhnya aku telah mengampuni dosa hambaku
yang telah lalu dan yang kemudian.
Nabi Bersabda: Barang siapa mengucapkan “Laillaha illallah dengan hati yang suci dan ikhlas maka akan masuk
surga”.
Dzikir Khafi:
Khairu dzikri al-khafiyyu
wa khairu rizki ma yakfi. “Sebaik-baiknya dzikir adalah yang khafi (tersembunyi)
dan sebaik-baiknya rizki adalah yang cukup”
‘An Aisyata radiyallahu
‘anha qolat, qola rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallama: Adzikrulladzi la tasma’uhul hafazhah yadzidu ‘ala dzikri ladzi
tasma’uhul hafazhah bi sab’ina di’fain. “Dari Aisyah RA ia berkata,
Rasulullah SAW bersabda: Dzikir yang tidak didengar oleh malaikat Hafazhah
(khafi) lebih utama dari pada dzikir yang didengar oleh malaikat Hafazhah
(Jahar) dengan tujuh puluh kali lipat” (HR. Baihaqi).
Dalam Al-Qur’an surat Al-A’raf ayat 205: yang artinya: ”Sebutlah
(nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan rasa rendah diri dan rasa takut dengan tiada
bersuara, pagi dan petang dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai”
Sebelum Masuk tarekat:
Bertaubat:
Firman Allah SWT: Ya ayuha ladzina amanu tubu ilallahi
taubatan nashuha. Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman (percaya)
bertaubatlah kepada Allah dengan taubat
Nasuha”.
Pengertian taubat adalah kembali
kepada jalan yang benar, jalan yang
diridhoi oleh Allah SWT. Jika seseorang hendak masuk Islam pada hakekatnya
berarti hendak bertaubat, di sunahkan baginya untuk melaksanakan mandi taubat.
Dalam Hadist Nabi diterangkan: ‘An Qais bin ‘Ashim qola: Ataihu Nabiyya
sholallahu ‘alaihi wassalama uridul Islama fa amara an agtasila bimain
wasidrin. Artinya: Dari Qais bin Ashim; Ia berkata: Saya mendatangi Nabi
SAW hendak masuk Islam, lalu Beliau menyuruh saya mandi dengan air dan
daun bidara. (HR. Abu Dawuid dan Tirmidzi)
Kitab-kitab: Sunan Abi Dawud
hal.98 Juz I dan Sunan At Tirmidzi
hal.58 Jilid II.
Mandi Taubat:
1. “Innallaaha Yuhibbut tawwaabina wayuhibbul muthahhiriin” .Artinya:
“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang
yang taubat dan menyukai orang-orang yang bersuci”. (QS. Al Baqarah 222)
2. Mandi taubat
atas segala dosa dan noda, baik zahir maupun (terutama) batin, hukum mandi
adalah sunnat.
Tata cara
seperti mandi biasa.
Hadist: ‘An
Qaisibni ‘Aashimin annahuu aslama fa-amaran Nabiyyu SAW ayyaghtasila bimaa-in
wasidrin. (HR.Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi dan Nasai). Artinya: Dari Qais bin
Ashim, ketika Ia masuk Islam, Rasulullah SAW menyuruhnya mandi dengan air dan
daun bidara.
Hadist: ‘Anibni’ Abbaasin ra Annan Nabiyya SAW qaala Filladzii saqatha
‘anraahilatihii famaata aghsiluuhu bimaa-in wasidrin .(HR. Bukhari Muslim)
Artinya: Dari Ibnu Abbas; Bahwasannya Nabi SAW telah bersabda kepada orang yang
mati terjatuh dari kendaraannya. Sabda beliau: Mandikanlah dengan air serta
daun bidara (atau dengan suatu yang menghilangkan daki seperti sabun)
3. Membaca surat Alam Nasrah
dalam hati.
Penjelasan: Mengurangi
beban (terjemahkan!).
Di dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa ketika turun
ayat ini (inna ma’al ‘usri yusron)
Rasulullah SAW bersabda:” Bergembiralah kalian karena akan datang kemudahan
bagi kalian. Kesusahan tidak akan mengalahkan dua kemudahan (HR. Ibnu Jarir).
Air Dzikir:
Dari Saib bin Yazid; Ia berkata:
Saya pergi dengan bibi saya kepada Rasulullah SAW, bibir saya berkata: “Ya
Rasulullah! Anak saudara perempuan saya (ini ) jatuh. Lalu Beliau mengusap
kepala saya sambil mendoakan keberkatan kepada saya. Beliau lalu berwudhuk,
lalu saya minum air bekas wudhuk Beliau. Kemudian saya berdiri dibelakang
Beliau, lalu saya melihat ada cap (kenabian) diantara kedua bahu beliau. (HR.
Bukhari)
Kitab Matnul Bukhari, Hadist ke
1534.
Sholat Sunah:
a. Sunah Wudhu: Dalilnya Hadist: Dari Abu
Hurairah RA ia berkata: Rasulullah SAW bersabda kepada Bilal bin Rabah: Ya
Bilal ceritakan kepadaku, amal apakah yang telah kau lakukan yang terbaik di
dalam Islam, karena saya telah mendengar suara sandalmu di depanku di Surga?
Jawab Bilal: Tidak ada satu amal yang sangat saya harapkan di dalam Islam,
selain jika saya selesai berwudhuk baik diwaktu malam atau siang maka saya
shalatkan itu wudhu (HR. Bukhari Muslim).
Dari Uqbah bin Amir Al Juhani;
Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: “ Apabila seseorang berwudhuk, lalu
menyempurnakan wudhuknya dan shalat dua raka’at dengan menghadapkan hati
dan wajahNya (khusuk), maka syorga wajib baginya. (Dalam hadist lain; “Diampuni
baginya dosa yang telah lalu”). (HR. Abu Dawud)
Kitab: Sunan Abi Dawud hal. 238
Juz I
b. Sunah Taubat: Dalilnya Hadist: Ma mim rajulin yudznibu dzanaban tsuma
yaqumu fayatatohharu tsumma yusholli tsumma yastagfirullaha illa ghafarallau
lahu Artinya: “Tiada seorang laki-laki yang berbuat dosa, kemudian berdiri
maka ia berwudhu, kemudian shalat, kemudian mohon ampun kepada Allah ,
melainkan diampuni baginya” (HR. Abu Daud, An-Nasai, Ibnu Majah dan Baihaqi).
Dari Abu Bakar; Ia berkata: Saya
mendengar Rasulullah SAW bersabda: “ Apabila seseorang berbuat dosa kemudian
bangun, lalu berwudhuk, shalat, kemudian minta ampun kepada Allah, maka
Allah mengampuni kepadanya” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)
Kitab: Sunan Abi Dawud hal. 86
Juz II dan Sunan At Tirmidzi
c. Sunah Hajat: Dalilnya Hadist: ‘An ‘Abdlillah ibni Aufa radiyallahu ‘anhuma
qola, qota rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallama : man kanat tahu ilallahi hajatan
au ila ahadin min bani adam fal yatawadho’ wal yuhsil wudhu’a tsumma liyusholli
rak’ataini. Artinya: Dari Abdullah
bin Aufa RA ia berkata, Rasulullah SAW telah bersabda: “Barang siapa yang
mempunyai hajat kepada Allah atau berhajat kepada seorang dari Bani Adam (manusia) maka hendaklah berwudhu dan
baguskanlah wudhunya itu, lalu shalatlah dua rakaat” (HR. At-Tarmidzi).
Dari Abdillah bin Abi Aufa Al
Aslami; Ia berkata: Rasulullah SAW keluar menuju kami, lalu bersabda:
”Barangsiapa ada hajat kepada Allah
atau kepada salahsatu makhluq-Nya, maka berwudhuklah dan shalatlah dua
raka’at”. (HR. Ibnu Majah dan Tirmidzi)
Kitab: Sunan Ibni Majah hal. 441
Jilid I dan Sunan At Tirmidzi hal. 297 Jilid I.
Tidur:
Sabda Rasulullah SAW: Wa’udda
nafsaka min ashabil qubur. “Anggaplah / andaikanlah / rasa-rasakanlah
dirimu dari golongan orang-orang penghuni yang di kubur (ahli kubur)” untuk
menghayati dan meresapi sabda Rasulullah
SAW ini , oleh Ulama Tasawuf (Tarikat Naqsabandiyah) dilaksanakan rangkaian
kaifiyat bertaubat, dengan melaksanakan
tidur dalam keadaan bersuci, miring kekanan serta diselimuti kain putih.
Tidur sesudah mandi / berwudhuk / shalat, tata caranya
seperti orang mati, yaitu berbaring di atas lambung / rusuk kanan. (seolah-olah
mati / matikan dirimu / patuh / mati
hakekat).
“ Innaka mayyituw
wainnahun mayyituun” (QS. Az Zumar:30)
Artinya: “Sesungguhnya kamu akan mati dan sesungguhnya
mereka akan mati”.
Penjelasan: Hal ini dilakukan mereka memperoleh kesan
mendalam, bahwa mereka satu kali kelak akan mati juga, hingga benar-benar harus
bersiap-siap untuk itu, yakni harus hidup suci dan lurus senantiasa, karena
mati datangnya tidak memberi tahu. Bagaikan timun bisa dipetik muda ataupun
tua.
Tidur Dalam Keadaan Suci Dari Hadast (Berwudhuk):
Dari Ibnu Abbas; Sesungguhnya
Nabi SAW bangun malam, lalu masuk kakus menyelesaikan hajatnya, kemudian membasuh
wajah dan kedua telapak tangannya (berwudhuk), kemudian tidur (lagi).
(HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah).
Kitab-kitab; Sunan Abi Dawud
hal.310 Juz IV dan Sunan Ibnu Majah hal 169 Jilid I.
Tidur Berbaring Di atas Rusuk Kanan Ditutup Kain Putih
Seperti Mayat:
“Qaala lii Rasuulullaahi SAW: Idzaa ataita madhja’aka fatawaddha
wudhuuaka lisshshalaati tsummadhthaji’alla syiqqikal aimani”(HR. Bukhari).
‘Anil barra ibnu ‘Azib qola, qola lii rasulullahu
shollallhu ‘alaihi wa salamma: idza ataitamddoji’aka fa tawadho’, katawadhu’ika
lisholati tsummadhtoji’ ‘ala syaqqikal aiman. Dari Barra bin Azib; Ia berkata:
Rasulullah SAW bersabda kepadaku: “Apabila engkau hendak tidur, maka berwudhuklah
terlebih dahulu seperti wudhukmu untuk shalat, kemudian berbaringlah ke sebelah
kananmu (HR. Bukhari, Muslim dan Abu Dawud).
Kitab-kitab: Matnul Bukhari,
Hadist ke 163 hal. 55 Jilid I. Shahih Muslim hal. 478 Jilid II dan Sunan Abi
Dawud hal. 311 Juz 1
Inna nabiyya shollallahu ‘alaihi wa sallama kana idza aroda ay yarquda wadho’a yadahu yumma tahta
khaddihi Artinya: Dari Hafshah istri Nabi
SAW; Sesungguhnya Rasulullah SAW apabila berkehendak untuk tidur, maka beliau meletakkan
tangan kanannya di bawah pipinya. (HR. Abu Dawud).
Kitab Sunan Abi Dawud hal. 310
Juz IV.
Ilbisu min tsiyabikumul bayadho fa innaha khairu
tsiyabikum wa kaffinu fiha mautakum. “Pakailah olehmu pakaian yang putih (termasuk
selimut), seungguhnya kain putih itu kain yang paling baik, danm kafanilah
mayat kamu dengan kain putih pula (HR. Abu Daud)
Dari Ibnu Abbas, Ia berkata:
Rasulullah SAW bersabda: ”Pakailah olehmu pakaian kamu yang putih,
sesungguhnya (pakaian putih itu adalah) pakaian kamu yang terbaik, kafanilah
mayat kamu dalam kain putih (pula) dan sebaik-baik celakmu itu utsmud, Ia
bisa memperjelas penglihatan dan menumbuhkan rambut”.
(HR. Abu Dawud, Ibnu Majah dan
Tirmidzi)
Kitab-kitab: Sunan Abi Dawud hal.
8 Juz IV, Sunan Ibni Majah hal. 1181 Jilid II dan Sunan At Tirmidzi hal.203
Jilid IV.
Dari Abu Hurairah, Ia berkata:
Rasulullah SAW bersabda: “ Perbanyaklah ingat akan yang memutuskan
kelezatan-kelezatan (maut) ” . (HR. Ibnu
Majah, Tirmidzi dan Nasai)
Kita-kitab: Sunan Ibni Majah
hal.1422 Jidid II, Sunan At Tirmidzi hal.379 Jilid III
dan Sunan An Nasai hal.4 Juz IV.
Campurkanlah majlismu dengan mengingat
akan yang mengkeruhkan kelezatan-kelezatan (maut). (HR.Ibnu Abiddunya dari
Anas)
Kitab : Ihya Ulumiddin lil Imam
Al Gazali hal.252 Jilid VIII terjemahan Prof.Tk. H. Ismail Yakub SH, MA,
terbitan CV. Faizan, Semarang.
Duduk Tawarruk ke Kiri:
Duduk seperti inimengikuti
perbuatan para sahabat, sebagaimana diriwayatkan oleh oleh Muhammad Amin Qurdi:
Annal ashaba kanu yajilisuna ‘inda
nabiyyi shollallahu ‘alaihi wa sallama ‘ala hadzihit haiati wa hiya aqrabu
littawadhu’i wa ajma’u lil hawasi. “Sesungguhnya para sahabat duduk-duduk
di samping Rasulullah SAW dengan cara ini (duduk Tawarru’ ke kiri) dan ini lebih dekat pada tawadhu’ (merendahkan diri) dan menghimpunkan (memusatkan) panca
indra (konsentrasi)”
Dduduk tawarruk : kebalikan
tawarruknya sholat, karena telah dikatakan: Bahwasannya para shahabat duduk-duduk disisih
Nabi SAW dengan cara ini. Dan Ia lebih dekat (menunjukkan) akan tawadduk
(merendahkan diri), juga paling (sempurna tatkala) mengumpulkan seluruh
pancaindera (konsentrasi).
Kitab Tanwirul Qulub hal. 552.
Duduk Melingkar:
Dari Anas bin Malik, Sesungguhnya
Rasulullah SAW bersabda: “Apabila kamu melewati taman-taman syorga, maka
ikutlah (masuklah kamu padanya)”. Para sahabat bertanya: Apakah taman-taman
syorga itu (ya Rasulullah) ? Rasulullah SAW menjawab: (ya itu) lingkaran-lingkaran
(orang yang sedang) dzikir. (HR. Tirmidzi)
Kitab: Sunan At Tirmidzi hal.149
Jilid V.
Mengenang Dosa:
Dari Uqbah bin Amir, Ia berkata:
Saya bertanya (kepada Rasulullah): Ya Rasulullah, apakah keselamatan itu
(bagaimana agar saya selamat) ? Rasulullah menjawab: “Kuasailah lidahmu
terhadap yang mencelakakanmu, rumahmu hendaklah melapangkan dirimu dan menangislah
atas dosamu. (HR. Tirmidzi)
Kitab: Sunan At Tirmidzi hal.31
Jilid IV
Dari Abu Hurairah, dari Nabi SAW,
Beliau bersabda: Tiada akan masuk neraka orang yang menangis karena takut
akan Allah Ta’Ala, sehingga ada air susu kembali kedalam tetek dan tiada bisa
berkumpul debu dalam sabillillah dan asap api jahanam. (HR. Tirmidzi dan Nasai)
Kitab: Sunan At Tirmidzi hal.93
Jilid III dan Sunan An Nasai hal
12 Juz VI