Dalil-Dalil AHLUSSUNNAH WAL JAMA'AH: Tawassul
oleh Agus Mulyadi Utomo
Tawassul berasal dari kata “wasîlah” (pelantara).
Tawassul dalam berdoa bermakna: memohon kepada Allah melalui / dengan” sesuatu
atau seseorang. Allah swt menyuruh kita bertawassul dalam berdoa, bahkan dalam
setiap melakukan amal kebajikan. Salah satu dalilnya adalah Allah swt menyuruh
membaca “Basmalah” dalam berdoa dan setiap melakukan amal kebajikan. Basmalah
yakni mengucapkan Bismillâhir Rahmânir Rahim, artinya: Dengan nama Allah Yang
Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Dalam membaca Basmalah mengandung makna tawassul dengan tiga nama Allah swt dalam berdoa dan beramal baik, yaitu: Allah, Ar-Rahman dan Rahman. Jadi setiap membaca Basmalah dalam berdoa dan beramal kebajikan, berarti telah bertawassul dengan tiga Asma-Nya.
PERINTAH TAWASSUL DENGAN ASMAUL HUSNA
Dalam membaca Basmalah mengandung makna tawassul dengan tiga nama Allah swt dalam berdoa dan beramal baik, yaitu: Allah, Ar-Rahman dan Rahman. Jadi setiap membaca Basmalah dalam berdoa dan beramal kebajikan, berarti telah bertawassul dengan tiga Asma-Nya.
PERINTAH TAWASSUL DENGAN ASMAUL HUSNA
Lebih detail lagi Allah swt menyuruh bertawassul dalam
berdoa. Allah swt berfirman: “Allah memiliki Asmaul husna, hendaknya kamu
berdoa dengannya.” (Al- A’raf/7: 180) “Katakanlah, berdoalah kepada Allah atau
berdoalah kepada Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu berdoa, Dia
mempunyai Asmaul husna.” (Al-Isra’/17: 110). Rasulullah saw bersabda: “Allah
azza wa jalla memiliki sembilan puluh sembilan nama, barangsiapa yang berdoa
dengannya doanya diijabah.” (At-Tawhid, 195)
TAWASSUL DENGAN PARA WALI DAN KEKASIH ALLAH SWT
TAWASSUL DENGAN PARA WALI DAN KEKASIH ALLAH SWT
Bertawassul dengan para wali dan kekasih Allah swt,
diucapkan dengan kalimat misalnya:
أَللَّهُمَّ إِنِّي اَتَوَسَّلُ إِلَيْكَ بِنَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ اَنْ تَقْضِيَ حَاجَتِي
Allâhumma innî atawassalu ilayka binabiyyika Muhammadin shallallâhu ‘alayhi wa âlihi an taqdhiya hâjatî.
Ya Allah, aku bertawassul kepada-Mu dengan nabi-Mu Muhammad saw agar Engkau memenuhi hajatku.
Atau dengan kalimat berikut ini:
أَللَّهُمَّ إِنِّي اَتَوَسَّلُ إِلَيْكَ بِجَاهِ مُحَمَّدٍ وَحُرْمَةِ وَحَقِّهِ اَنْ تَقْضِيَ حَاجَتِي
Allâhumma innî atawassalu ilayka bijâhi Muhammadin wa hurmatihi wa haqqihi an an taqdhiya hâjatî.
Ya Allah, aku bertawassul kepada-Mu dengan kedudukan Muhammad, kemuliaan dan haknya agar Engkau memenuhi hajatku.
أَللَّهُمَّ إِنِّي اَتَوَسَّلُ إِلَيْكَ بِنَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ اَنْ تَقْضِيَ حَاجَتِي
Allâhumma innî atawassalu ilayka binabiyyika Muhammadin shallallâhu ‘alayhi wa âlihi an taqdhiya hâjatî.
Ya Allah, aku bertawassul kepada-Mu dengan nabi-Mu Muhammad saw agar Engkau memenuhi hajatku.
Atau dengan kalimat berikut ini:
أَللَّهُمَّ إِنِّي اَتَوَسَّلُ إِلَيْكَ بِجَاهِ مُحَمَّدٍ وَحُرْمَةِ وَحَقِّهِ اَنْ تَقْضِيَ حَاجَتِي
Allâhumma innî atawassalu ilayka bijâhi Muhammadin wa hurmatihi wa haqqihi an an taqdhiya hâjatî.
Ya Allah, aku bertawassul kepada-Mu dengan kedudukan Muhammad, kemuliaan dan haknya agar Engkau memenuhi hajatku.
TAWASSUL DALAM HADIS NABI SAW
Usman bin Hanif berkata: Pada suatu hari ada
seseorang datang kepada Nabi saw, lalu ia berkata: Doakan aku agar Dia
menyembuhkan penyakitku. Maka Rasulullah saw bersabda: “Jika kamu mau,
berdoalah; dan jika kamu bersabarlah, ini lebih baik bagimu?” Lalu ia minta
agar didoakan. Kemudian Rasulullah saw menyuruhnya agar berwudhu’ dan melakukan
shalat dua rakaat, dan membaca doa ini:
أَللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ وَأَتَوَجَّهُ إِلَيْكَ بِنَبِيِّكَ نَبِيِّ الرَّحْمَةِ يَا مُحَمَّدُ إِنِّي اَتَوَجَّهُ بِكَ اِلَى رَبِّي فِي حَاجَتِي لِتُقْضَى. أَللَّهُمَّ شَفِّعْهُ فِيَّ.
Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu, dan menghadap kepada-Mu dengan Nabi-Mu Nabi pembawa rahmat. Wahai Muhammad, aku menghadap denganmu kepada Tuhanku untuk urusan hajatku agar hajatku dipenuhi. Ya Allah, jadikan dia pemberi syafaat padaku. Lalu Usman bin Hanif berkata: Demi Allah, kami berpisah denganya dan lama tak jumpa dengannya. Sehingga pada suatu hari ia datang kepada kami dan ia sembuh dari penyakitnya. Hadis tersebut terdapat di dalam: 1) Sunan Ibnu Majah, jilid 1: 441, hadis ke 1385; cetakan Dar Ihya’ Al-
Kutub Al-‘Arabiyyah. 2). Musnad Ahmad bin Hanbal, jilid 4: 134; cetakan Muassasah dar Shadir/
Bairut. 3). Mustadrak Al-Hakim, jilid 1: 313; cetakan Haidar Abad/India. Dalam kitab ini disebutkan: Hadis ini shahih berdasarkan persyaratan Bukhari dan Muslim, tapi keduanya tidak meriwayatkannya. 4). Jami’ Ash-Shaghir As-Suyuthi: 59. Ia meriwayatkan dari At-Tirmidzi dan Al-Hakim. 5). Tarikh Al-Jami’, jilid 1: 286. Ini merupakan kitab kumpulan dari hadis-hadis shahih yang terhimpun kitab2 shahih selain Shahih Ibnu Majah. Zaini Dahlan (Mufti Mekkah) mengatakan: Sanad hadis tersebut shahih berdasarkan kreteria yang ditentukan oleh Bukhari, Ibnu Majah, Al- Hakim dalam Mustadraknya, dan Jalaluddin As-Suyuthi dalam kitab Jami’nya. Masih banyak lagi dalil-dalil hadis Nabi saw tentang dianjurkannya bertawassul dalam berdoa. Memang ada sebagian kecil dari ulama dan muslimin yang mengatakan bahwa tawassul itu Bid’ah. Tapi hal itu tidak berarti bahwa Tawassul tidak mempunyai dasar dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah . Itu hanya karena mereka berbeda dalam memahami teks-teks Al-Qur’an dan hadis Nabi saw.
أَللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ وَأَتَوَجَّهُ إِلَيْكَ بِنَبِيِّكَ نَبِيِّ الرَّحْمَةِ يَا مُحَمَّدُ إِنِّي اَتَوَجَّهُ بِكَ اِلَى رَبِّي فِي حَاجَتِي لِتُقْضَى. أَللَّهُمَّ شَفِّعْهُ فِيَّ.
Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu, dan menghadap kepada-Mu dengan Nabi-Mu Nabi pembawa rahmat. Wahai Muhammad, aku menghadap denganmu kepada Tuhanku untuk urusan hajatku agar hajatku dipenuhi. Ya Allah, jadikan dia pemberi syafaat padaku. Lalu Usman bin Hanif berkata: Demi Allah, kami berpisah denganya dan lama tak jumpa dengannya. Sehingga pada suatu hari ia datang kepada kami dan ia sembuh dari penyakitnya. Hadis tersebut terdapat di dalam: 1) Sunan Ibnu Majah, jilid 1: 441, hadis ke 1385; cetakan Dar Ihya’ Al-
Kutub Al-‘Arabiyyah. 2). Musnad Ahmad bin Hanbal, jilid 4: 134; cetakan Muassasah dar Shadir/
Bairut. 3). Mustadrak Al-Hakim, jilid 1: 313; cetakan Haidar Abad/India. Dalam kitab ini disebutkan: Hadis ini shahih berdasarkan persyaratan Bukhari dan Muslim, tapi keduanya tidak meriwayatkannya. 4). Jami’ Ash-Shaghir As-Suyuthi: 59. Ia meriwayatkan dari At-Tirmidzi dan Al-Hakim. 5). Tarikh Al-Jami’, jilid 1: 286. Ini merupakan kitab kumpulan dari hadis-hadis shahih yang terhimpun kitab2 shahih selain Shahih Ibnu Majah. Zaini Dahlan (Mufti Mekkah) mengatakan: Sanad hadis tersebut shahih berdasarkan kreteria yang ditentukan oleh Bukhari, Ibnu Majah, Al- Hakim dalam Mustadraknya, dan Jalaluddin As-Suyuthi dalam kitab Jami’nya. Masih banyak lagi dalil-dalil hadis Nabi saw tentang dianjurkannya bertawassul dalam berdoa. Memang ada sebagian kecil dari ulama dan muslimin yang mengatakan bahwa tawassul itu Bid’ah. Tapi hal itu tidak berarti bahwa Tawassul tidak mempunyai dasar dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah . Itu hanya karena mereka berbeda dalam memahami teks-teks Al-Qur’an dan hadis Nabi saw.
Orang
Muslim beriman bahwa Allah Ta'ala menyukai amal perbuatan yang paling shalih,
dan paling baik. Dia mencintai hamba-hamba-Nya yang shalilh dan menyuruh
mereka mendekat kepada-Nya, mencari kecintaan kepada-Nya, dan mencari
perantaraan kepada-Nya. Oleh karena itu, orang Muslim
bertaqarrub (mendekat) kepada Allah Ta'ala dengan amal perbuatan yang shalih,
dan perkataan-perkatan yang baik. Ia meminta kepada Allah Ta'ala dan mendekat
kepada-Nya dengan Asmaul Husna-Nya, sifat-sifat-Nya yang maha tinggi, beriman
kepada-Nya dan Rasul-Nya, mencintai-Nya dan mencintai Rasul-Nya, mencintai
orang-orang shalih, dan mencintai seluruh kaum mukminin. Ia mendekat kepada
Allah Ta'ala dengan ibadah-ibadah seperti shalat, zakat, puasa, haji dan
ibadah-ibadah sunnah. Ia juga mendekat kepada Allah Ta'ala dengan meninggalkan
hal-hal haram, dan menjauhi larangan-larangan. Ia tidak meminta kepada Allah
Ta'ala dengan kedudukan salah seorang dari manusia, atau dengan amal perbuatan
salah seorang dari hamba-hamba-Nya. Karena kedudukan seseorang itu bukan karena
usahanya, dan amal perbuatan seseorang itu bukan berasal dari amal
perbuatannya, sehingga ia harus meminta kepada Allah Ta'ala dengannya, atau
mempersembahkan perantaraan di depan-Nya dengannya. Allah Ta'ala tidak menyuruh
hamba-hamba-Nya bertaqarrub (mendekat) kepada-Nya dengan selain amal perbuatan
mereka, dan selain kebersihan ruhani mereka, namun dengan iman, dan amal
shalih, karena dalil-dalil wahyu dan dalil-dalil akal.
Dalil-Dalil Wahyu
1. Penjelasan
Allah Ta'ala tentang hal tersebut dalam firman-firman-Nya seperti dalam
firman-firman-Nya berikut ini. "Kepada-Nyalah
naik perkataan-perkataan yang baik dan amal yang shalih dinaikkan-Nya."(Fathir:
10)
o
"Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang
baik-baik, dan kerjakanlah amal yang shalih." (Al-Mukminun:
51)
o
"Dan
Kami masukkan dia ke dalam rahmat Kami, karena sesungguhnya dia termasuk
orang-orang shalih." (Al-Anbiya': 75) "Hai
orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang
mendekatkan diri kepada-Nya." (Al-Maidah: 35) "Orang-orang
yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka, siapa
di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah)." (Al-Isra': 57) "Katakanlah,
‘Jika kalian (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah
mengasihi kalian, dan mengampuni dosa-dosa kalian Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang." (Ali Imran: 31) "Ya
Tuhan kami, kami telah beriman kepada apa yang telah Engkau turunkan dan telah
kami ikuti rasul, karena itu masukkanlah kami ke dalam golongan orang-orang
yang menjadi saksi (tentang keesaan Allah) ." (Ali Imran: 53) "Ya
Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar (seruan) yang menyeru kepada iman
(yaitu), ‘Berimanlah kalian kepada Tuhan kalian', maka kami pun beriman. Ya
Tuhan kami ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami
kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang
berbakti." (Ali Imran: 193) "Hanya
milik Allah asmaul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaul
husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam
(menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang
telah mereka kerjakan." (Al-A'raaf: 180) "Dan sujudlah dan dekatkanlah (dirimu kepada
Tuhan)." (Al-Alaq: 5)
Penjelasan
Rasulullah saw. tentang hal tersebut dalam sabda-sabdanya, seperti
sabda-sabdanya berikut ini.
o
"Sesungguhnya
Allah itu baik yang tidak menerima kecuali yang baik-baik." (Diriwayatkan Muslim,
At-Tirmidzi dan Ahmad). "Kenalilah
Allah pada saat sejahtera, Allah pasti mengenalmu pada saat kesulitan."(Diriwayatkan At-Tirmidzi dan
ia men-shahih-kannya). "Hamba-Ku
tidak mendekat kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai dari apa yang Aku
wajibkan kepadanya. Hamba-Ku tidak henti-hentinya mendekat kepada-Ku dengan
ibadah-ibadah sunnah hingga aku mencintainya." (Mutafaq Alaih). Sabda
Rasulullah saw. dalam hadits qudsi, "Jika hamba-Ku mendekat kepada-Ku
sejengkal, Aku mendekat padanya satu hasta. Jika ia mendekat kepada-Ku sehasta,
Aku mendekat padanya sedepa. Jika datang kepada-Ku dengan berjalan, Aku datang
kepadanya dengan lari-lari kecil." (Diriwayatkan Al-Bukhari). Dalam
hadits lain, Rasulullah saw. bercerita tentang orang-orang yang tertahan di
dalam gua karena batu menutup pintunya. Lalu, salah seorang dari mereka
mendekatkan diri kepada Allah Ta'ala dengan baktinya kepada kedua orang tuanya,
orang kedua dengan meninggalkan apa yang diharamkan Allah Ta'ala padanya, dan
orang ketiga dengan mengembalikan hak kepada pemiliknya padahal ia amat
menginginkannya. Ini terjadi setelah salah seorang dari mereka berkata kepada
mereka, "Ingat-ingatlah amal perbuatan shalih yang kalian kerjakan karena
Allah, kemudian berdoalah kalian kepada Allah dengan amal-amal tersebut. Mudah-mudahan
menghilangkan musibah ini dari kalian." Kemudian mereka berdoa, dan
mendekat (tawassul) kepada Allah dengan amal perbuatannya masing-masing, hingga
kemudian Allah membuka gua untuk mereka, dan mereka bisa keluar daripadanya
dengan selamat. (Muttafaq Alaih). "Saat terdekat seorang hamba dengan Tuhannya ialah
ketika ia sujud." (Diriwayatkan Muslim dan
lain-lainnya). "Ya
Allah, aku meminta kepada-Mu dengan semua nama-Mu yang Engkau namakan Diri-Mu
dengannya, atau Engkau turunkan di dalam Kitab-Mu, atau Engkau ajarkan kepada
salah seorang dari makhluk-Mu, atau Engkau rahasiakan di dalam ilmu ghaib di
sisi-Mu, hendaklah Engkau menjadikan Al-Qur'an yang agung sebagai taman hatiku,
sebagai cahaya dadaku, sebagai penghilang kesedihanku, dan sebagai pelipur kecemasanku,
dan kekalutanku." (Diriwayatkan Ahmad dengan
sanad yang baik). "Sungguh
orang ini telah berdoa kepada Allah dengan nama Allah yang terbesar di mana
Allah tidak diminta dengannya melainkan Dia mengabulkan." (Diriwayatkan Ahmad).
3.
Kisah-kisah
tawassul para nabi disebutkan dalam Al-Qur'an Al-Karim, dan bahwa mereka
bertawassul dengan nama-nama Allah Ta'ala, sifat-sifat-Nya, iman kepada-Nya,
amal shalih, dan tidak dengan selain itu semua. Nabi
Yusuf Alaihis-Salam berkata dengan tawassulnya, "Ya
Tuhanku, sesungguhnya Engkau telah menganugerahkan kepadaku sebagian kerajaan,
dan telah mengajarkan kepadaku sebagian ta'bir mimpi. Wahai Pencipta langit dan
bumi, Engkaulah Pelindungku di dunia dan di akhirat, wafatkanlah aku dalam
keadaan Islam dan gabungkanlah aku dengan orang-orang yang shalih." (Yusuf: 101). Dzun
Nun (Nabi Yunus) Alaihis-Salam berkata dengan tawassulnya, "Ya
Tuhanku, sesungguhnya aku telah menganiaya diriku sendiri karena itu ampunilah
aku, maka Allah mengampuninya." (Al-Qashash: 16). Nabi
Musa Alaihis-Salam berkata dengan tawassulnya, "Sesungguhnya
aku berlindung kepada Tuhanku dan Tuhan kalian dari setiap orang yang
menyombongkan diri yang tidak beriman kepada hari berhisab." (Ghafir: 27). Nabi
Ibrahim dan Nabi Ismail berkata dalam tawassul keduanya, "Ya
Tuhan kami, terimalah dari kami (amalan kami), sesungguhnya Engkau Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui." (Al-Baqarah: 127). Adam
dan Hawa berkata, "Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri
kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada
kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi." (Al-A'raaf: 23)
Dalil-Dalil Akal
1.
Kemahakayaan
Allah Ta'ala, dan kemiskinan hamba menghendaki hamba yang miskin mendekat
kepada Allah Yang Mahakaya, agar hamba yang miskin dan lemah tersebut bisa
selamat dari apa yang ia takutkan, dan beruntung dengan apa yang dicintai
Allah, dan disenangi-Nya. Ketidaktahuan
seorang hamba terhadap apa saja yang dicintai AllahTa'ala, dan perkataan dan
perbuatan yang dibenci-Nya menghendaki bahwa pendekatan itu hanya terbatas pada
apa saja yang telah disyariatkan Allah Ta'ala, dan dijelaskan Rasul-Nya baik
berupa perkataan, dan perbuatan yang baik yang harus dikerjakan, atau
perkataan, dan amal perbuatan kotor yang harus ditinggalkan. Kedudukan
yang dimiliki seseorang yang bukan karena usahanya, dan amal perbuatannya yang
bukan hasil kerja kedua tangannya itu menghendakinya mendekat kepada Allah
Ta'ala dengan amal perbuatannya. Karena, kedudukan seseorang itu - kendati
setinggi apa pun - itu tidak bisa menjadi sarana pendekat bagi orang lain
kepada Allah Ta'ala. Kecuali jika orang tersebut beramal dengan anggota
badannya, atau hartanya untuk mendapatkan kedudukan pemilik kedudukan tersebut.
Maka, ketika itulah ia meminta kedudukan tersebut kepada Allah dengan amal
perbuatannya, karena amal perbuatan tersebut menjadi usahanya, dan hasil kerja
kedua tangannya. Ini dengan syarat, dari awal ia memaksudkan amal perbuatan itu
ikhlas karena Allah Ta'ala, dan mencari keridhaan-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar