Laman

Pengikut

Jumat, 06 April 2012

SIKAP KERJA DUDUK-BERDIRI BERGANTIAN MENURUNKAN BEBAN KERJA, KELUHAN SUBYEKTIF DAN KELELAHAN PADA SALES PROMOTION GIRL HANDPHONE CELULER

SIKAP KERJA DUDUK-BERDIRI BERGANTIAN
MENURUNKAN BEBAN KERJA, KELUHAN SUBYEKTIF DAN KELELAHAN PADA SALES PROMOTION GIRL HANDPHONE CELULER
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
                  Penggunaan handphone seluler (HP) di masyarakat sudah bukan produk yang asing lagi dan bukan sesuatu yang dianggap mewah. Suatu pemandangan yang biasa dari penggunaan HP mulai dari rumah tangga, di pasar-pasar tradisional, di Supermarket atau pun di pusat-pusat perbelanjaan, tempat-tempat fasilitas umum, di kantor-kantor, di kampus ataupun di sekolah-sekolah terlihat orang menggunakan HP.  Orang tua, orang dewasa  sampai anak-anak sekolah kini memanfaatkan HP untuk berkomunikasi, berbisnis, hiburan, churhat, memberi dan menerima informasi yang bersifat international, nasional dan lokal bahkan untuk keperluan lain yang paling pribadi sekalipun. Apalagi HP kini sudah semakin canggih, bersifat multi media, terintegrasi dengan kamera digital, komputer yang dapat mengakses internet, video-TV , radio dan berbagai layanan menarik yang semakin hari semakin paripurna dengan model yang juga semakin beragam pula.
                  Sebagai gambaran pesatnya perkembangan penggunaan HP, maka counter-counter penjualan atau toko-toko penjualan HP pun seolah menjamur dan tumbuh di pusat dan sudut-sudut perkotaan bahkan sudah merambah dan bisa dijumpai di pedesaan, tidak hanya penjualan berbagai macam model HP, juga penjualan pulsa, aksesoris dan pelayanan servis. Bahkan sudah berkesan sebagai suatu bentuk persaingan usaha, karena terlihat saling berdekatan satu dengan lainnya, ada yang berderet pada sisi jalan atau di sebrang jalan. Di Mall dan Supermarket menjadi bagian dari bisnis penjualan yang cukup menjanjikan.
1
 
                  Suatu perkembangan di era globalisasi dan era komunikasi-informasi dimasa kini, seolah-olah menjadi suatu keharusan dan tidak ketinggalan zaman untuk dapat memiliki HP, agar tidak kehilangan komunikasi-informasi dan mengatasi berbagai permasalahan jarak, ruang dan waktu. Sesuatu yang efisien dan dapat mengurangi beban finansial untuk tidak mendatangi suatu tempat dari suatu hubungan keluargaan, kekerabatan, usaha / bisnis serta dalam kegiatan  organisasi.
2
 
                  Fenomena yang cukup menarik adalah banyaknya tenaga wanita sebagai Sales Promotion Girl (SPG) untuk bagian promosi dan penjualan HP.  Hal ini cukup dimengerti bahwa dalam persaingan bisnis para wanita lebih menarik ketimbang laki-laki terutama dalam hal promosi karena ada daya pikat alamiah dari tutur kata, tegur-sapa, senyuman, kelembutan dan keluwesan dalam menghadapi calon pembeli dan konsumen. Sciortino melaporkan angkatan kerja wanita tahun 1990 tercatat sebesar 40,5 % dan tahun 2000 mencapai 44% (Sciortino, 1977).
                  Pekerjaan sebagai SPG sebenarnya tidak terlalu berat bagi tenaga wanita, karena pekerjaan ini cukup sederhana tidak banyak memerlukan kekuatan otot. Hal yang menyebabkan timbulnya kelelahan berdasarkan survey pendahuluan justru karena sikap kerja berdiri dalam mempromosikan produk berupa berbagai macam HP, disamping itu kelelahan terjadi karena sikap kerja berdiri untuk meyakinkan dan melayani pengunjung dan konsumen atau pelanggan yang datang.
                  Tarwaka menyebutkan dalam penelitiannya, bahwa intervensi ergonomi untuk sikap kerja duduk-berdiri bergantian dapat meningkatkan produktivitas kerja secara signifikan dibandingkan dengan sikap kerja berdiri (Tarwaka, 2002).  Sedangkan Adiputra menyebut melalui intervensi ergonomi pada industri skala kecil dengan memberikan meja dan kursi ergonomis, tenaga kerja bisa bekerja lebih nyaman (Adiputra, 2000).
                  Dengan intervensi terhadap sikap kerja dan stasiun kerja yang menuju  ergonomis, sesuai dengan jenis pekerjaan SPG dimungkinkan dapat mengurangi beban kerja, keluhan subyektif dan kelelahan serta meningkatkan produktivitas kerja yang hingga saat ini masih belum diteliti. Penelitian untuk memecahkan masalah-masalah ergonomi  fisiologi kerja pada SPG perlu dilakukan, khususnya terhadap perbaikan sikap kerja dan  stasiun  kerja  yang  dilakukan  dengan  pendekatan  partisipatoris,  sehingga  mereka  akan                                                                                                                                         
3
 
merasa terlibat dan berkontribusi terhadap perbaikan yang akan dilakukan.

1.2  Rumusan Masalah
                  Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut:
1).  Apakah perbaikan sikap kerja dan stasiun kerja duduk-berdiri bergantian dapat
       mengurangi beban kerja  Sales Promotion Girl (SPG) ?
2).  Apakah perbaikan sikap kerja dan stasiun kerja duduk-berdiri bergantian dapat
       mengurangi keluhan subyektif Sales Promotion Girl (SPG) ?
3)  Apakah perbaikan sikap kerja dan stasiun kerja duduk-berdiri bergantian dapat
      mengurangi kelelahan Sales Promotion Girl (SPG) ?

1.3    Tujuan Penelitian
                  Tujuan dari penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu tujuan yang bersifat umum dan tujuan khusus adalah sebagai berikut:
1.3.1        Tujuan Umum
                  Tujuan umum penelitian adalah untuk mengetahui perbaikan sikap kerja dan stasium kerja duduk-berdiri bergantian pada Sales Promotion Girl (SPG) handphone seluler terhadap beban kerja, kelelahan dan keluhan subyektif.

1.3.2       
4
 
Tujuan Khusus
1)            Untuk mengetahui pengaruh rangcangan (desain) sikap kerja dan stasiun kerja duduk-berdiri bergantian terhadap beban kerja para Sales Promotion Girl (SPG) handphone seluler.
2)            Untuk mengetahui pengaruh rangcangan (desain) sikap kerja dan stasiun kerja duduk-berdiri bergantian terhadap keluhan subyektif para Sales Promotion Girl (SPG) handphone seluler.
3)            Untuk mengetahui pengaruh rangcangan (desain) sikap kerja dan stasiun kerja duduk-berdiri bergantian terhadap kelelahan para Sales Promotion Girl (SPG) handphone seluler.

1.4   Manfaat Penelitian
                  Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1)            Dapat memberikan sumbangan ilmiah bagi pengembangan penelitian lain dikemudian hari.
2)            Memperoleh sikap kerja dan stasiun kerja yang sesuai dengan Sales Promotion Girl (SPG) handphone seluler dalam upaya mengurangi beban kerja, keluhan subyektif dan kelelahan.
3)            Dapat memberikan informasi kepada para pengelola usaha bisnis penjualan handphone seluler tentang pemecahan masalah beban kerja, keluhan subyektif dan kelelahan pada pekerja Sales Promotion Girl (SPG) handphone seluler.

 BAB  II
TINJAUAN  PUSTAKA

2.1  Pekerjaan Sales Promotion Girl (SPG) handphone seluler
                  Dalam suatu usaha bisnis penjualan handphone seluler yang menggunakan tenaga Sales Promotion Girl (SPG) yang bertugas pada bagian promosi dan penjualan dapat digambarkan aktivitasnya sebagai berikut:
Sales Promotion Girl (SPG)
Handphone Seluler

  • Informasi  Produk & Accessories
  • Menawarkan berbagai jenis dan merek produk HP
  • Melayani & meyakinkan pengunjung / pelanggan
  • Membagikan brosur
  • Negosiasi / penawaran
  • Menjual pulsa
  • Menjual produk HP
  • Menerima order service
  • Menerima Pengaduan
  • Menerima order
  • Menjelaskan persyaratan credit  HP
 
KASIR
&
CREDIT
(Counter)
 

GUDANG
(STOK)
BARANG
 

JASA SERVICE
 
KONSUMEN

*Pelanggan
*Pengunjung
Baru
*Jasa Servis
*Credit
 
 













            ( 1)                                            (2)                                            (3)
5
 
Bagan 1 Proses Kerja SPG Handphone Seluler
1)     
6
 
SPG menarik calon pembeli HP, dengan memberikan informasi tentang produk yang dijual serta membagikan brosur. 
2)      SPG berusaha memberi keyakinan tentang produk dan melayani pembeli atau pelanggan, negosiasi, baik cash maupun credit dengan sebaik-baiknya. 
3)      SPG meneruskan ke kasir untuk pembayaran produk. Bila barang pada lemari / meja pajang produk habis menghubungi ke bagian stok barang untuk jenis barang yang diperlukan tambahan. SPG juga meneruskan ke bagian service untuk memperbaiki HP yang rusak dan menerima pembayaran order untuk diteruskan ke kasir.

                  Dari proses kerja sederhana tersebut di atas, yang paling melelahkan adalah proses promosi dan negosiasi sampai batas yang telah diperkenankan manajemen penjualan, yang bisa berdiri dalam waktu cukup lama  4 – 6 jam per hari. Hal ini disebabkan karena sikap kerja berdiri merupakan sikap kerja statis, juga menyesuaikan dengan mobilitas dalam pelayanan atau penerimaan order dan lainnya. Menurut Astrand dan Rodahl (1977) bahwa sikap kerja statis menyebabkan sensasi ketidaknyamanan, kelelahan dan kenyerian pada anggota tubuh tertentu.

2.2  Stasiun Kerja dan Sikap Kerja
                  Manuaba (1999) menyatakan bahwa ergonomi adalah kemampuan untuk menerapkan informasi menurut karakter manusia, kapasitas dan keterbatasannya terhadap desain pekerjaan, mesin dan sistemnya, ruangan kerja dan lingkungan, sehingga manusia dapat hidup dan bekerja secara sehat, aman, nyaman, dan efisien. Sutalaksana (1999) berkaitan dengan alat kerja menyatakan bahwa desain alat kerja yang ergonomis apabila secara antropometris, faal, biomekanik dan psikologis sesuai dengan pemakainya.
2.2.1       
7
 
Pertimbangan Antropometri pada Perbaikan Stasiun Kerja
                  Setiap desain produk, baik yang sederhana maupun yang kompleks, antropometri penting untuk diperhatikan dan harus mampu mengacu pada antropometri pemakainya. Sanders & McCormick (1987); Pheasant (1988) menyatakan bahwa antropometri adalah pengukuran dimensi tubuh manusia atau karakteristik fisik tubuh lainnya yang relevan dengan desain tentang sesuatu yang dipakai orang.  Sutarman (1972) juga menyatakan bahwa dengan mengetahui ukuran antropometri tenaga kerja, akan dapat dibuat suatu desain alat-alat kerja yang sepadan bagi tenaga kerja yang menggunakan, dengan harapan dapat menciptakan kenyamanan, kesehatan, keselamatan dan estetika kerja.

2.2.2        Stasiun Kerja dan Sikap Kerja Duduk
                  Grandjean menyatakan bahwa bekerja dengan posisi duduk mempunyai keuntungan antara lain: pembebanan pada kaki, pemakaian energi dan keperluan untuk sirkulasi darah dapat dikurangi (Grandjean, 1993). Sedangkan menurut Clark, bahwa desain  stasiun kerja dengan posisi duduk mempunyai derajat stabilitas tubuh yang tinggi, mengurangi kelelahan dan keluhan subyektif bila bekerja lebih dari 2 jam (Clark, 1996). Ukuran tempat duduk disesuaikan dengan dimensi antropometri pemakainya. Fleksi lutut membentuk sudut 90º dengan telapak kaki bertumpu pada lantai atau injakan kaki (Pheasant, 1988).

2.2.3        Stasiun Kerja dan Sikap Kerja Berdiri
                  Manuaba (1986); Sanders & McCormick (1987); Grandjean (1993) merekomendasikan bahwa untuk pekerjaan yang memerlukan ketelitian landasan kerja adalah 5 – 10 cm di atas siku berdiri; untuk pekerjaan yang sering memerlukan ruangan untuk peralatan landasan kerja adalah 10 - 15 cm di bawah tinggi siku berdiri, sedangkan untuk pekerjaan yang memerlukan penekanan dengan kuat, tinggi landasan kerja adalah 15 – 40 cm di bawah tinggi siku berdiri.
8
 
 

2.2.4        Stasiun Kerja dan Sikap Kerja Dinamis
                  Stasiun kerja desainnya ditentukan oleh jenis dan sifat pekerjaan yang dilakukan. Desain  stasiun kerja baik yang untuk posisi duduk maupun posisi berdiri , keduanya mempunyai keuntungan dan kerugian. Cavakitsakulchai dan Shahnavas (1991) mengatakan bahwa gangguan pada sistem muskuloskeletal yaitu pada pinggang, leher, bahu dan paha diakibatkan oleh sikap kerja yang salah seperti sikap kerja duduk atau berdiri. Das (1991) dan Pulat (1992) menyatakan bahwa posisi duduk-berdiri merupakan posisi terbaik dan lebih dikehendaki daripada hanya posisi duduk saja atau berdiri saja. Selanjutnya Helander (1995), menyatakan bahwa posisi duduk-berdiri yang telah banyak dicobakan di industri ternyata mempunyai keuntungan secara biomekanis, dimana tekanan pada tulang belakang dan pinggang 30% lebih rendah dibandingkan dengan posisi duduk ataupun berdiri terus menerus. Hal tersebut ternyata dapat dipakai sebagai pertimbangan dalam intervensi ergonomi, sehingga penerapan posisi kerja duduk-berdiri dapat memberikan keuntungan-keuntungan bagi sebagaian besar tenaga kerja. Penelitian yang mendukung intervensi adalah Sutajaya (1998), Arjani (2003), Murniasih (2003) dan Subrata (2003) yang mengungkap banyak manfaat akibat perbaikan sarana kerja dan sikap  kerja secara ergonomis.

2.3  Kelelahan Akibat Kerja                                                                                    
9
 
2.3.1  Pengertian Kelelahan
                  Kelelahan merupakan suatu suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat. Pada umumnya kelelahan biasa ditandai dengan berkurangnya kemauan untuk bekerja yang disebabkan oleh karena bersifat monoton, intensitas dan lamanya kerja fisik, keadaan lingkungan, sebab-sebab mental, status kesehatan dan keadaan asupan gizi. Kelelahan secara umum dapat dimulai dari yang sangat ringat sampai pada perasaan yang sangat melelahkan. Kelelahan subyektif biasanya terjadi pada akhir jam kerja, apabila rata-rata beban kerja melebihi 30 – 40 % dari tenaga aerobik maksimal (Astrand & Randahl, 1977;  Pulat, 1992).

2.3.2   Faktor Penyebab Kelelahan Akibat Kerja
                  Grandjean (1993) menyatakan bahwa faktor penyebab terjadinya kelelahan sangat bervariasi, dan untuk memelihara atau mempertahankan kesehatan dan efisiensi, proses penyegaran harus dilakukan diluar tekanan (cancel out the stress). Rodahl (1977) berpendapat bahwa kerja dapat dipertahankan beberapa jam per hari tanpa gejala kelelahan jika tenaga yang dikerahkan tidak lebih dari 8% dari maksimum tenaga otot. Waters & Bhattacharya (1966), berpendapt bahwa kontraksi otot, baik statis maupun dinamis dapat menyebabkan kelelahan otot setempat. Kelelahan tersebut terjadi pada waktu ketahanan otot terlampaui. Sedangkan Anis & McConville (1996) berpendapat bahwa saat kebutuhan metabolisme dinamis dan aktivitas melampaui kapasitas energi yang dihasilkan tenaga kerja, maka kontraksi otot akan terpengaruh sehingga kelelahan seluruh badan terjadi.


2.3.3       
10
 
Pengukuran Kelelahan
                  Cara untuk mengukur tingkat kelelahan secara langsung, sampai saat ini belum ada. Pengukuran-pengukuran yang dilakukan oleh para peneliti hanya berupa indikator yang menunjukkan terjadinya kelelahan akibat kerja. Menurut Grandjean (1993) metode pengukuran kelelahan dikelompokkan dalam beberapa kelompok sebagai berikut:
a.       Kualitas dan kuantitas kerja yang dilakukan
b.      Perasaan kelelahan yang subyektif
c.       Uji hilangnya kelipan
d.      Uji psiko-motor
e.       Uji mental

2.4              Beban Kerja
2.4.1        Jenis Beban Kerja
                  Rodahl (1989) menyatakan bahwa hubungan antara beban kerja dan kapasitas kerja dipengaruhi oleh faktor yang sangat kompleks, baik faktor internal maupun eksternal.
1). Faktor internal, meliputi: faktor somatis dan faktor psikis
2). Faktor eksternal, meliputi: tugas-tugas, organisasi dan lingkungan kerja

2.4.2        Penilaian Beban Kerja
                  Menurut Astrand & Rodahl (1977); Rodahl (1989), penilaian beban kerja fisik dapat dilakukan dengan dua metode secara obyektif, yaitu metode penilaian langsung dengan cara mengukur energi yang dikeluarkan melalui asupan oxigen selama bekerja, dan metode pengukuran tidak langsung, dengan cara menghitung denyut nadi selama kerja.
11
 
Selanjutnya Christensen (1991); Grandjean (1993), menjelaskan bahwa salah satu pendekatan untuk mangetahui berat ringannya beban kerja adalah dengan menghitung nadi kerja, konsumsi oxigen, kapasitas ventilasi paru dan suhu inti tubuh. Kemudian Konz (1992) mengemukakan bahwa denyut jantung adalah suatu alat estimasi laju metabolisme yang baik, kecuali dalam keadaan emosi dan vasodilatasi.

2.5        Lingkungan Kerja
                  Lingkungan kerja adalah salah satu faktor yang berpengaruh terhadaap kelelahan, keluhan subyektif dan produktivitas kerja. Manuaba (1992) menyatakan bahwa lingkungan kerja yang nyaman sangat dibutuhkan oleh pekerja untuk dapat bekerja secara optimal dan produktif. Kaitannya dengan masalah lingkungan kerja pada bisnis handphone seluler yang perlu diperhatikan adalah mikrolimat. Mikrolimat dalam lingkungan kerja terdiri dari unsur, suhu udara, kelembaban, panas radiasi, dan gerakan udara (Bernard, 1996).
                  Dalam kaitannya dengan suhu panas lingkungan kerja, Grandjean (1993) memberikan batas toleransi suhu tinggi sebesar 35 – 40 º C, kecepatan udara 0,2 m / detik, kelembaban antara 40 – 50 %, perbedaan suhu permukaan  < 4 º C.  Berkaitan dengan penerangan, Amstrong (1992) menyatakan bahwa intensitas penerangan yang kurang dapat menyebabkan gangguan visibilitas dan eyestrain.  Sebaliknya intensitas penerangan yang berlebihan juga dapat menyebabkan glare, reflection, excessive shadows, visibility dan eyestrain.  Amstrong lebih lanjut merekomendasikan intensitas penerangan umum (general litghting) yang sesuai dengan pekerjaan dengan tingkat ketelitian dan kontras sedang,  adalah antara 240 – 400 luks (Amstrong, 1992),  seperti pekerjaan promosi handphone seluler ini.   Manuaba menyarankan antara 170 – 350 luks (Manuaba, 1986). Sedangkan Sanders & McCormick (1987) dan Gradjean (1993) merekomendasikan antara 200 – 300 luks.
12
 
 

2.6  Organisasi Kerja                                                                                               
                  Dalam suatu organisasi kerja, umumnya menyangkut tentang waktu kerja, waktu istirahat, sistem kerja (harian / bulanan / borongan), musik dan insentif dapat berpengaruh terhadap produktivitas kerja, baik langsung maupun tidak langsung.  Manuaba menjelaskan bahwa jam kerja berlebihan, jam kerja lembur di luar batas kemampuan, akan dapat mempercepat munculnya kelelahan, menurunkan ketepatan, kecepatan dan ketelitian kerja (Manuaba, 1990). Oleh karena setiap fungsi tubuh memerlukan keseimbangan yang ritmis antara asupan energi dan penggantian energi (istirahat kerja). Diperlukan istirahat pendek dengan sedikit kudapan atau minum (15 menit setelah 2 jam bekerja) untuk mempertahankan performan dan efisiensi kerja.
  
BAB  III
KERANGKA  KONSEP  DAN  HIPOTESIS  PENELITIAN

3.1      Kerangka Konsep
                  Berdasarkan teori-teori penelitian sebagaimana telah dijabarkan pada bab sebelumnya, maka dapat dijelaskan suatu alur pikir atau kerangka konsep dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a)        Untuk dapat mengurangi beban kerja, keluhan subyektif dan kelelahan pada sales promotion girl handphone seluler, maka diperlukan upaya perbaikan terhadap masalah yang terjadi pada tempat kerja.
b)        Kondisi stasiun kerja adalah masalah yang penting untuk diatasi, dimana stasiun kerja yang ada sekarang menyebabkan sikap kerja statis dan sikap paksa dalam bekerja.
c)        Agar dalam aktivitas promosi dan pelayanan konsumen handphone seluler dapat dilakukan dengan sikap yang lebih dinamis yaitu duduk-berdiri bergantian, maka diperlukan rancangan stasiun kerja yang mempertimbangkan kemampuan, kebolehan dan batasan pemakainya. Sikap kerja yang dinamis tersebut juga dimaksudkan    untuk dapat mengurangi akan beban kerja, keluhan subyektif dan kelelahan.
d)       Selain task, faktor yang berpengaruh terhadap beban kerja, keluhan subyektif dan kelelahan adalah organisasi kerja dan lingkungan dalam bekerja.
e)       
13
 
Dapat disimpulkan bahwa beban beban kerja, keluhan subyektif dan kelelahan akan dapat dikurangi melalui perbaikan stasiun kerja dan sikap kerja.
14
 
Dalam bentuk skema, alur pikir atau kerangka konsep dapat diilustrasikan sebagai berikut:


Text Box: SUBYEK
* Umur
*Jenis kelamin (sex)
*Masa kerja
*Antropometri
Text Box: LINGKUNGAN
*Mikroklimat


Text Box: • BEBAN  KERJA

• KELUHAN
      SUBYEKTIF

• KELELAHAN

Text Box: STASIUN KERJA
&
SIKAP KERJA

Text Box: ORGANISASI
*Jam Kerja
*Jam Istirahat
*Sistem Kerja
Text Box: INTERVENSI
ERGONOMIS




Keterangan :
Diteliti
Dikontrol
Bagan 2 Kerangka Konsep Penelitian


3.2     
15
 
Hipotesis Penelitian
                  Hipotesis penelitian yang berdasarkan rumusan masalah dan kerangka konsep di atas yang bisa diajukan adalah sebagai berikut:
1)      Stasiun kerja dan sikap kerja duduk-berdiri bergantian, dapat mengurangi beban kerja SPG handphone seluler, dibandingkan dengan sikap kerja berdiri.
2)      Stasiun kerja dan sikap kerja duduk-berdiri bergantian, dapat mengurangi beban kerja SPG handphone seluler, dibandingkan dengan sikap kerja duduk saja di kursi.
3)      Stasiun kerja dan sikap kerja duduk-berdiri bergantian, dapat mengurangi keluhan subyektif berupa gangguan otot skeletal SPG handphone seluler, dibandingkan dengan sikap kerja berdiri.
4)      Stasiun kerja dan sikap kerja duduk-berdiri bergantian, dapat mengurangi keluhan subyektif berupa gangguan otot skeletal SPG handphone seluler, dibandingkan dengan sikap kerja duduk dikursi.
5)      Stasiun kerja dan sikap kerja duduk-berdiri bergantian, dapat mengurangi kelelahan SPG handphone seluler, dibandingkan dengan sikap kerja berdiri.
6)      Stasiun kerja dan sikap kerja duduk-berdiri bergantian, dapat mengurangi kelelahan SPG handphone seluler, dibandingkan dengan sikap kerja duduk di kursi.

 BAB  IV
METODE  PENELITIAN

4.1  Rancangan Penelitian
                  Penelitian ini menggunakan rancangan sama subyek (Treatment by Subjects Design) dengan metode eksperimental (perlakuan), secara bagan dapat digambarkan sebagai berikut:














WO
&
Adt
 






Bagan 3 Rancangan Penelitian “Treatment by Subjects Design”
Keterangan:
P          :  Populasi
R         :  Random
S          :  Subyek
O         : Observasi awal pada masing-masing kelompok perlakuan
O1       : Observasi akhir kelompok kontrol  (P0) 
O2          : Observasi akhir kelompok perlakuan 1  (P1)      
O3       : Observasi akhir kelompok perlakuan 2 (P2)
P0        : Subyek bekerja dengan cara lama, yaitu dengan sikap kerja berdiri (kelompok 
               kontrol)
P1        : Subyek bekerja dengan cara lama, yaitu dengan sikap kerja duduk di kursi
16
 
               (kelompok perlakuan 1)
17
 
P2        : Subyek bekerja dengan perlakuan intervensi penggunaan stasiun kerja baru sesuai dengan antropometri SPG, sehingga sikap kerja menjadi duduk-berdiri bergantian (kelompok perlakuan 2)
WO     : Washing Out dari masing-masing perlakuan diberikan selama 3 hari
Adt      : Adaptasi terhadap perlakuan berikutnya diberikan waktu 3 hari

4.2    Subyek dan Sampel
4.2.1        Variabilitas Populasi
                  Populasi dari penelitian ini adalah Sales Promotion Girl (SPG), seperti namanya terdiri dari para pekerja wanita pada usaha  atau bisnis handphone seluler di Daerah Tingkat II Kota Madya Denpasar. Berdasarkan survey awal ditemukan 2 sikap kerja yakni berdiri terus menerus dan duduk dikursi. Mengingat kedua sikap kerja tersebut termasuk sikap kerja statis, maka perlu kiranya diadakan perbaikan stasiun kerja agar bisa melakukan pekerjaan dengan sikap kerja dinamis, duduk-berdiri bergantian.

4.2.2        Kriteria Sampel
                  Kriteria sampel yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1)      SPG handphone seluler di Kodya Denpasar
2)      Jenis kelamin (sex) wanita
3)      Pengalaman kerja minimal 1 tahun
4)      Tidak dalam kondisi sakit
5)      Tidak dalam keadaan hamil
6)      Bersedia menjadi subyek penelitian

4.2.3       
18
 
Besar Sampel
                  Besar sampel dfihitung berdasarkan rumus Pocook (1986) dengan formula sebagai berikut:
                       2 σ²
          n  =                    ƒ (α,β)
                  ( μ2 μ1 )

Keterangan:
n                : Besar sampel
μ1           : Rarata skor gangguan sistem muskuloskeletal pada kondisi kerja lama
σ            : Simpang baku skor gangguan sistem muskuloskeletal pada kondisi kerja lama
μ2           : Perkiraan rerata skor ganguan muskuloskeletal setelah mendapat perlakuan
ƒ (α,β)       : Nilai pada tabel Pocook (one tailed)

                  Berdasarkan survey pendahuluan, rerata skor gangguan system musculoskeletal pada kondisi kerja yang lama ( μ1 )  adalah 71,56 dengan simpang baku (σ) sebesar 7, 58. Perkiraan skor gangguan sistem muskuloskeletal setelah mendapat perlakuan adalah sebesar 57,03 ( terdapat penurunan sebesar 20 % secara signifikan atau bermakna) dengan tingkat kemaknaan (α) untuk one tailed adalah 0,025 dan memiliki power penelitian (1-β) adalah 0,9, maka β adalah 0,10 sehingga nilai ƒ (α,β) adalah 13,0. Maka besarnya sampel (n) berdasarkan formula tersebut adalah:
                                  2 ( 7,58)²
                  n =                                X  13,0
                             (71,56 – 57,03)²
              

               
19
 
                                  114,91
                  n  =                                X  13,0 = 7,07
                                  211,12
   
                 Jadi = 7
                 
                  Menurut Basuki (1985) untuk mengantisipasi apabila subyek terpilih drop out sehingga tidak perlu mensubsidi subyek lain, maka jumlah sampel harus ditambah minimum 10 % dari jumlah sampel (n) sehingga hasil tidak perlu mensubsitusi subyek lain. Maka jumlah sampel harus ditambah minimum 10 % dari jumlah sampel sehingga hasil perhitungan pun menjadi [n = n + (0,10 x n)]. Dari formula tersebut diperoleh jumlah sampel minimal 7 + 0,7= 8 orang subyek.


4.2.4  Teknik Penentuan Sampel

                  Teknik penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah acak sederhana (simple random sampling) dengan menggunakan tabel bilangan random. SPG handphone seluler berjumlah sekitar 30 orang. Dari jumlah tersebut dipilih calon sampel yang memenuhi kriteria inklusi (16 orang). Dari jumlah tersebut akan ditentukan sampel sebanyak 8 orang. Dengan menggunakan tabel bilangan random, maka didapatkan 8 sampel tersebut mulai tusukan pertama pada bilangan random dengan bilangan dua digit secara berurutan.
4.2.5        Kriteria Tidak Dilanjutkan Sebagai Sampel
1)      Subyek mengalami cedera dan sakit saat berlangsungnya penelitian.
2)     
20
 
Subyek sengaja meninggalkan penelitian saat proses sedang berlangsung karena ada keperluan yang sangat mendesak.

4.3   Variabel Penelitian
4.3.1  Identifikasi dan Klasifikasi Variabel
                  Berdasarkan fungsi dan peranannya, variabel penelitian dapat diklasifikasikan menjadi variabel bebas, variabel kendali / kontrol dan variabel tergantung (Suryabrata, 1990). Adapun penjabarannya adalah sebagai berikut:
1) Variabel bebas meliputi:
     * Stasiun kerja dan sikap berdiri
     * Stasiun kerja dan sikap kerja duduk di kursi
     * Stasiun kerja dan sikap kerja duduk-berdiri bergantian
2) Variabel kendali / kontrol meliputi:
     * Subyek ( umur, jenis kelamin, masa kerja)
     * Organisasi kerja (jam kerja, jam istirahat, sistem kerja borongan/harian/bulanan)
     *Lingkungan kerja (mikroklimat)
3) Variabel intervening
     * Sikap kerja
4) Variabel tergantung meliputi:
     * Beban kerja
     * Keluhan Subyektif
     * Kelelahan

21
 
Untuk lebih jelasnya, uraian di atas dapat diillustrasikan sebagai hubungan antar variabel sebagai berikut:









Text Box: Variabel Bebas

* Stasiun kerja &  sikap kerja duduk
* Stasiun kerja & sikap kerja berdiri
* Stasiun kerja & sikap kerja duduk-berdiri bergantian


Text Box: Variabel Kontrol

• Subyek
• Organisasi Kerja
• Lingkungan kerja





Text Box: Variabel Intervening

*  Sikap kerja






Text Box: Variabel Tergantung

• beban kerja
• Keluhan subyektif
• Kelelahan
 


















Bagan 4 Hubungan Antar Variabel Penelitian



4.3.2       
22
 
Definisi Operasional
                  Adapun definisi operasional yang berkaitan dengan penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut:
1)      Stasiun kerja dan sikap kerja berdiri adalah tempat kerja mempromosikan produk handphone seluler dan melayani konsumen sebagai bidang kerjanya.
2)      Stasiun kerja dengan sikap kerja duduk adalah tempat kerja dengan cara duduk di kursi bulat dengan tinggi 75 cm  sambil melayani pembeli.
3)      Stasiun kerja dengan sikap duduk-berdiri bergantian adalah tempat kerja mempromosikan handphone seluler dan melayani konsumen dengan desain sesuai dengan antropometri Sales Promotion Girl untuk nyaman duduk-berdiri bergantian. Kursi dapat diatur ketinggiannya menyesuaikan tinggi telapak kaki-pangkal paha masing-masing Sales Promotion Girl.
4)      Antropometri pekerja adalah data tubuh pekerja yang akan digunakan untuk mendesain stasiun kerja. Dalam hal ini yang diukur hanya antropometri statis pada posisi berdiri dan diukur dengan menggunakan antropometer.
5)      Masa kerja adalah lamanya bekerja sebagai Sales Promotion Girl , sejak mulai   
      menjadi sebagai tenaga kerja hingga menjadi subyek penelitian.
6)      Jam kerja adalah waktu kerja yang dihitung dari saat melakukan pekerjaan promosi, dari mulai jam 09.00 s.d 12.00 Wita, istirahat jam  12.00 s.d 13.00 Wita, dan bekerja lagi dari 13.00 s.d 17.00 Wita.
7)      Mikroklimat, adalah suatu kondisi udara ambien lingkungan kerja disaat dilakukan penelitian. Mikroklimat meliputi parameter suhu udara kering, suhu basah, suhu radiasi, kelembaban, kecepatan udara, index suhu bola basah dan intensitas penerangan.
8)     
23
 
23
 
Beban kerja adalah beban yang diterima oleh tenaga kerja selama melakukan pekerjaan (beban kerja utama + beban kerja tambahan). Sedangkan katagori berat ringannya beban kerja ditentukan dari perhitungan denyut nadi kerja yang dicocokkan dengan tabel Christensen (1991) halaman 25 dan prosentase beban kardiovaskuler (% CVL) (Manuaba & Vanwonterghen, 1996, hal. 27).
9)      Denyut nadi istirahat adalah denyut nadi per menit yang dihitung dalam keadaan istirahat atau sebelum pekerja melakukan aktivitas dan dihitung dengan metode 10 denyut pada arteri radialis dengan menggunakan stop watch (Kilbon, 1992).
10)  Denyut nadi kerja adalah denyut nadi per menit yang dihitung setelah bekerja sedikitnya 1 jam dan dihitung dengan metode 10 denyut pada arteri radialis dengan menggunakan stop watch (Kilbon, 1992)
11)  Nadi kerja adalah selisih antara denyut nadi kerja dengan denyut nadi istirahat (peningkatan denyut nadi).
12)  Keluhan subyektif adalah gangguan atau kenyerian pada bagian-bagian otot skelet yang dialami oleh tenaga kerja, baik sebelum bekerja maupun setelah bekerja yang bersifat subyektif. Keluhan subyektif diukur dengan menggunakan kuesioner Body Map for Evaluating Body Part Discomfort dari Corlet (1992), dengan kriteria penilaian sebagai berikut:
·         A= tidak sakit (nilai 1). Subyek tidak merasakan adanya keluhan atau kenyerian pada anggota tubuh tertentu.
·         B= agak sakit  (nilai 2). Subyek merasakan adanya sedikit keluhan atau kenyerian pada anggota tubuh tertentu, tetapi keluhan atau kenyerian tidak mengganggu pekerjaan.
·        
24
 
C= sakit  (nilai 3). Subyek merasakan adanya keluhan datau kenyerian pada anggota tubuh tertentu dan sering kali mengganggu pekerjaan. Keluhan atau kenyerian tersebut masih dirasakan setelah selesai bekerja, namun sudah tidak terasa atau hilang pada malam harinya.
·         D= sangat sakit  (nilai 4). Subyek merasakan adanya keluhyan atau kenyerian pada anggota tubuh tertentu dan sangat mengganggu pekerjaan. Keluhan atau kenyerian tersebut masih terasa atau tidak hilang sampai malam harinya.
13)  Kelelahan adalah suatu keadaan yang ditandai dengan menurunnya fungsi persepsi interpretasi dan reaksi motor yang dialami pekerja. Dalam penelitian ini kelelahan subyektif diukur secara obyektif dengan menggunakan alat reaction timer memakai indikator nyala lampu (cahaya). Terjadinya pemanjangan waktu reaksi seseorang terhadap rangsang cahaya merupakan petunjuk adanya pelambatan pada proses faal otot.  Pelambatan reaksi tersebut sekaligus sebagai indikator terjadinya kelelahan.

4.4      Alat Pengambil Data
                  Alat untuk mengambil data, yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1)      Termometer klinik:  untuk mengukur suhu tubuh
2)      Lux meter:  untuk mengukur tingkat intensitas penerangan
3)      Meteran logam:  untuk mengukur stasiun kerja
4)      Antropometer:  untuk mengukur antropometri pekerja
5)      Stop Watch:  untuk mengukur denyut nadi
6)      Reaction timer:  untuk mengukur kecepatan waktu reaksi cahaya
7)     
25
 
Termometer kata:  untuk mengukur kecepatan udara
8)      Questempº10 digital – Area heat stress monitor:  untuk mengukur mikroklimat yang meliputi suhu kering, suhu basah, suhu radiasi dan index suhu bola basah (ISBB)
9)      Timbangan badan:  untuk menimbang berat badan
10)  Alat-alat tulis-menulis:  mencatat data
11)  Kamera:  untuk merekam data visual

4.5      Tempat Penelitian
                  Tempat penelitian di lakukan di beberapa usaha bisnis handphone seluler yang memperkerjakan tenaga kerja wanita sebagai Sales Promotion Girl (SPG) sebagai ujung tombak promosi dan penjualan handphone seluler di beberapa tempat di Kodya Denpasar.

4.6      Waktu Penelitian
                  Penelitian ini dilakukan selama pada bulan Pebruari sampai dengan bulan Maret 2007.

4.7      Tata Laksana atau Protokol Penelitian
                  Langkah-langkah yang akan diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut di bawah ini: 
4.7.1        Tahap Persiapan dan Administrasi Penelitian
1)      Studi kepustakaan:  dari  buku, jurnal, proceeding, internet dan lainnya yang relevan dengan topik penelitian.
2)      Mengurus surat-surat yang diperlukan untuk mendukung jalannya penelitian.
3)     
26
 
Menetapkan tempat penelitian usaha bisnis handphone seluler di Kodya Denpasar.
4)      Melakukan penentuan sampel (sampling) berdasarkan metode dan kriteria yang telah ditetapkan, yang dalam hal ini adalah acak sederhana (simple random sampling) dengan mengguinakan tabel bilangan random.
5)      Meminta persetujuan penelitian kepada  pemilik usaha bisnis handphone seluler dan subyek terpilih.
6)      Mengukur antropometri subyek dengan antropometer yang digunakan sebagai dasar untuk mendesain stasiun kerja.
7)      Membuat kursi yang sesuai dengan antropometri tenaga kerja wanita untuk intervensi.
8)      Mempersiapkan petugas pengumpul data dan alat-alat yang digunakan dalam penelitian.

4.7.2   Tahap Pelaksanaan Penelitian dan Prosedur Teknik Penelitian
1)  Protokol untuk subyek
a) Subyek dijemput dari tempat kerja masing-masing dan sudah sampai ditempat 
    penelitian 30 menit sebelum penelitian.
b) Subyek diberi makan dan minum dengan porsi menu yang sama.
c) Setelah subyek istirahat ± 10 menit, kemudian dilakukan penghitungan denyut nadi
    istirahat. Pada saat  subyek dalam keadaan duduk rileks.
d) Masih dalam keadaan duduk rileks, dilakukan pengukuran suhu tubuh bagian oral
     (di bawah lidah). Selama pengukuran subyek harus menutup mulut dengan rapat ± 2
     menit. Selama waktu penelitian subyek tidak minum es dan minum panas agar tidak
     mempengaruhi suhu oral.
e)     
27
 
Selanjutnya subyek mengisi kuesioner keluhan subyektif berupa gangguan otot 
      skeletal dipandu oleh surveyor.
f)   Kemudian subyek melaksanakan uji waktu reaksi cahaya dalam keadaan rileks di
      kursi dalam posisi membelakangi surveyor, sehingga subyek tidak terpengaruh oleh
      gerakan-gerakan surveyor.
g)   Setelah selesai pre-test, subyek bekerja sesuai dengan perlakuan dan jadwal yang
      ditetapkan.
h)      Pada tahap pertama subyek bekerja melakukn promosi dan melayani konsumen
      dengan sikap berdiri, seperti stasiun kerja dan sikap kerja yang biasa mereka
      lakukan (simulasi). Setelah selesai tahap pertama , subyek diberi washing out
      selama 3 hari.
i)        Pada tahap kedua, subyek bekerja dengan cara duduk di atas kursi bulat dengan
      ketinggian 75 cm terbuat dari rotan yang ada dilapangan. Setelah tahap ini selesai,
      subyek diberi washing out selama 3 hari.
j)        Pada tahap ketiga, subyek bekerja dengan diberikan intervensi stasiun kerja baru berupa kursi bulat yang bisa diatur ketinggiannya dan sesuai antropometri, dengan sikap kerja duduk-berdiri bergantian.
k)      Pada saat bekerja, setiap jam subyek diukur suhu tubuh dan denyut nadi kerjanya. Setelah selesai bekerja subyek menjalani post-test yaitu uji waktu reaksi cahaya dan mengisi kuesioner keluhan subyektif dengan metode sama seperti pre-test.

2)  Protokol untuk Surveyor
                  Langkah-langkah pelaksanaan penelitian yang dilakukan oleh surveyor untuk memperoleh data adalah sebagai berikut:
a)     
28
 
Menjelaskan kepada subyek terpilih, tentang tata cara penelitian (seperti cara kerja, cara mengisi kuesioner, cara penghitungan denyut nadi, pengukuran kelelahan, dsb).
b)      Melakukan pengukuran terhadap variabel-variabel penelitian, sesuai dengan rancangan penelitian yang telah ditetapkan (treatment by subjects design).
c)      Melakukan pengukuran  terhadap variabel kendali, yaitu mengukur mikroklimat di tempat kerja setiap 1 jam yang meliputi parameter suhu basah, suhu kering, suhu radiasi, kelembaban, kecepatan udara dan intensitas penerangan.
d)     Melakukan observasi awal (pre-test) terhadap variable tergantung pada setiap kelompok perlakuan, diantaranya:
·         Menghitung denyut nadi istirahat dengan metode 10 denyut pada pergelangan tangan atau arteri radialis memakai stop watch.
·         Mengukur suhu tubuh subyek dengan termometer klinik. Suhu tubuh sentral diukur secara oral (di bawah lidah).
·         Memandu subyek untuk mengisi kuesioner keluhan subyektif berupa gangguan otot skeletal yang dirasakan subyek.
·         Mengukur kelelahan secara obyektif dengan metode pengukuran waktu reaksi cahaya.
e)      Melakukan intervensi sesuai dengan rancangan yang telah ditetapkan.
f)       Melakukan observasi akhir (post-test) terhadap variabel tergantung pada setiap kelompok perlakuan:
·         Menghitung denyut nadi dengan metode 10 denyut pada pergelangan tangan atau arteri radialis menggunakan stop watch. Pada saat penghitungan denyut nadi subyek tetap berada pada posisi kerja dan penghitungan dilakukan setiap 1 jam sekali.
·        
29
 
Mengukur suhu tubuh dengan termometer klinik. Pada saat pengukuran subyek diminta tetap bekerja. Suhu tubuh diukur dengan metode sama seperti pre-test setiap 1 jam sekali.
·         Mengukur kelelahan secara obyektif dengan metode waktu reaksi cahaya sama seperti pada pre-test. Pengukuran dilakukan langsung pada saat subyek selesai bekerja (setelah 4 jam kerja).
·         Memandu subyek dalam mengisi kuesioner keluhan subyektif dengan metode sama seperti pada pre-test.

4.8          Pengolahan dan Analisis Data
                  Pengolahan data hasil pengukuran dilakukan dengan menggunakan program SPSS 13.00 for Windows.  Uji statistik yang akan dipakai untuk menganalisis data dari masing-masing pengukuran didasarkan pada rancangan penelitian, alokasi sampel dan skala pengukuran. Untuk menganalisis data hasil penelitian akan digunakan statistik iferensial (Talogo, 1985; Natsir, 1988).
  1. Uji Kolmogorov-Smirnov (K-S) untuk menguji normalitas data dari variabel tergantung pada tingkat kemaknaan ( α = 0,05).
  2. Uji T-paired untuk menguji perbedaan kemaknaan rerata antara pre-post test dari masing-masing kelompok perlakuan pada tingkat kemaknaan ( α = 0,05) yang meliputi variabel tergantung sebagai berikut:
·         Denyut nadi (istirahat kerja); suhu tubuh;
·         Total skor keluhan subyektif;
·        
30
 
Raksi rangsang cahaya.
3.      Uji  oneway Anova untuk menguji perbedaan rerata dari ketika kelompok perlakuan antara pre test – pre test dan post test – post test serta beda antara pre-post test pada tingkat kemaknaan ( α = 0,05) yang meliputi variabel internal sebagai berikut:
·         Denyut nadi istirahat, denyut nadi kerja, nadi kerja dan % CVL;
·         Suhu tubuh
·         Total skor keluhan subyektif
·         Raksi rangsang cahaya.
4.      Selanjutnya untuk mengetahui perbedaan kemaknaan rerata dari variabel tergantung antara kelompok perlakuan yang satu dengan kelompok perlakuan yang lainnya dilakukan uji Post Hoc-LSD pada tingkat kemaknaan ( α = 0,05).

4.9   Kelemahan Penelitian
                        Terdapat beberapa kelemahan dan keterbatasan dalam penelitian ini yang dapat mempengaruhi hasil penelitian, yaitu:
1)      Sulit untuk mengontrol atau mengendalikan motivasi dan psikis subyek, baik selama jam kerja maupun di luar jam kerja yang dapat mempengaruhi beban kerja, keluhan subyektif dan tingkat kelelahan pekerja.
2)      Jumlah sampel (n) yang digunakan dalam penelitian ini termasuk sampel kecil, sehingga dapat mempengaruhi hasil analisis data.




DAFTAR   PUSTAKA

Adiputra, N.1998. Metodologi Ergonomi. Monograf diperbanyak Program Studi Ergonomi-Fisiologi Kerja, Universitas Udayana

Adiputra, N; Sutjana, D.P & Manuaba, A. 2000. Ergonomics Intervention in Small-scale Industry in Bali. Dalam: Lim, K.Y.ed. Proceeding of the Joint Conference of APCHI and ASEAN Ergonomics. Singapore: 404-407

Amstrong, R. 1992. Lighting at Work. Occupational Health & Safety Authority. Melbourne. Australia: 4-11

Basuki, B. 1985. Besar Sampel. Dalam: Tjokronegoro, A. & Sudarso, S. Eds. Metodologi Penelitian Bidang Kedokteran. Edt.1 Cetakan-2. Balai Penerbitan FKUI Jakarta: 131-137

Bernard, T.E. 1996. Occupational Heat Stress. Dalam: Battacharya, A. & McGlothlin, J.D.eds. Occupational Ergonomics. Marcel Dekker Inc USA: 195-216

Christensen, E.H. 1991. Physiology of Work. Dalam: Parmeggiani, L. ed. Encyclopedia of Occupational Health and Safety, Third (revised) edt, ILO Geneva: 1698-1700

Clark, D. R. 1996. Workstation Evaluation and Design. Dalam: Battacharya, A. & McGlothlin, J.D. eds. Occupational Ergonomics. Marcel Dekker Inc. USA:279-302

Das, B. 1991. Indutrial Work Station and Work Space Design: An Ergonomic Approach. Dalam: Pulat, B.M. & Alexander, D.C. eds. Industrial Ergonomics. Induustrial Engineering and Management. Institute of Industrial Engineers. Noreross Georgia. USA: 115-135

Grandjean, E. 1993. Fitting the Task to the Man. A Texbook of Occupational Ergonomics, 4 th  Edition London: Taylor & Francis.

Manuaba, A. 1992a. Pengaruh Ergonomi Terhadap Produktivitas. Dalam Seminar Produktivitas Tenaga Kerja. Jakarta

Manuaba, A. 1992b. Penerapan Ergonomi untuk Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia dan Produktivitas. Disampaikan pada Seminar K3 dengan tema Melalui Pembudayaan K3 Kita Tingkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Perusahaan di IPTN Bandung, 20 Pebruari 1992

Manuaba, A. 1998. Bunga Rampai Ergonomi Vol.1. Program Studi Ergonomi-Fisiologi Kerja Universitas Udayana Denpasar

32
 
Pheasant, S. 1991. Ergonomics, Work and Health. Macmillan Academic and Professional Ltd. London
33
 
Pocock, S.J. 1986. Clinical Trial A Practical Approach: the size of clinical trial: Chichester: Jhon Wiiley & Sons

Rodahl, K. 1989.  The Physiologi of Work.  London: Talor & Francis. Ltd. Great Britain: 15-99

Sanders, M.S. & McCormick, E.J. 1987. Human Factors In Engineering and Design, 6th edt. McGraw-Hill Book Company. USA.: 331-454

Sciortino, R. 1997. Lebih Jauh Mengenal Kesehatan Kerja Permpuan. Dalam: Kesehatan Kerja dari Perspektif Perempuan. Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia. The Ford Foundation Indonesia. Jakarta: i-iv

Suma’mur, PK. 1982. Ergonomi Untuk Produktivitas Kerja. Jakarta: Yayasan Swabhawa Karya

Suma’mur, PK.  1995. Higine Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: PT. Toko Gunung Agung

Sutjana, D.P.; Tirtayasa, K.; Widana, K; Adiputra, N. & Manuaba, A. 1996. Improvement of Working Posture Increases Productivity of Roof Tile Home Industry Workers at Darmasaba Village, Bandung Regency. Dalam: Journal of Human Ergology. 25 (1): 62-65

Tarwaka.  2002.  Stasiun Kerja dan Sikap Kerja Duduk-Berdiri Bergantian Meningkatkan Produktivitas Kerja Penyetrika Wanita di Industri Rumah Tangga Laundry. Tesis Magister Program Studi Ergonomi-Fisiologi Kerja yang tidak dipublikasikan. Denpasar. Universitas Udayana




Tidak ada komentar:

Posting Komentar