Oleh Agus Mulyadi Utomo
Hidup dan Seni:goesmul.blogspot.com
goesmul@gmail.com
Realita umat Islam dalam beragama saat ini,
ada beberapa kondisi antara lain sebagai berikut:
- Agama dipahami secara tekstual dan hanya berorientasi pada fikih saja (memahami syariah hanya secara tekstual, literal dan parsial).
- Agama hanyadianggap sebagai budaya dan atau akulturasi budaya dan agama secara berlebihan.
- Banyak tokoh agama yang tidak atau kurang peduli pada umat dan cenderung berorientasi pada politik, popularitas-ekonomis serta kepentingan lainnya.
- Agama dinilai tidak mampu atau tidak relevan untuk mengatasi segala permasalahan yang timbul di masyarakat maupun maupun untuk mengatasi permasalahan bangsa seperti berkaitan dengan krisis multi-dimensional yang berawal dari krisis moral .
- Penyampaian atau pemahaman yang lebih bersifat dokmatis tanpa melalui pendekatan logika dan ilmiah (IPTEKs) sehingga tidak sesuai dengan perkembangan zaman.
- Beragama dan beribadah hanya secara formal atau serimonial (hanya sebagai status, kedok trend, dll).
- Beragama tanpa metodologi sebagai sunnatullah yang wajib dilakukan (seperti tanpa Mursyid / Guru / Pembimbing Ruhani dalam QS. al-Maidah:35 & al-Kaffi: 17, dll)
Adapun
tujuan beragama dalam Islam yaitu “Menjadi
manusia sempurna (Insan Kamil) untuk
mencapai kemenangan dunia & akherat atau lahir-batin, jasmani-ruhani) dalam
ridho Allah SWT”. Dengan mengikuti
visi Rasulullah yakni sebagai rahmatan lil alamin dan misi Rasulullah
untuk pembinaan menuju akhlak yang baik (akhlakul
karimah) menjadi manusia dan hamba yang baik, yaitu menjadi pribadi yang
bermanfaat atau berguna untuk orang lain (sesame/masyarakat).
Allah SWT telah berfirman secara tegas yang memerintahkan agar masuk Islam secara kaffah (menyeluruh). “Udkhulu fis-silmi kaffah” artinya “Masuklah
ke dalam Islam secara kaffah (menyeluruh)”. Al Qur’an dalam Al Baqarah:
208, firman Allah SWT tersebut ada berbunyi: “Ya ayyuhal ladziina aamanud khuluu fissilmi kaaffah” yang artinya:
“Hai
orang-orang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya”.
Dalam ayat yang lain Allah berfirman,
“Apakah
kamu beriman kepada sebagian kitab dan kafir kepada sebagian yang lain”(QS. 2
: 85). Kedua ayat di atas memberi isyarat yang mewajibkan kaum muslimin
supaya masuk ke dalam Islam secara utuh dan menyeluruh. Adapun yang dimaksud kaffah disini, artinya memasuki Islam secara
totalitas, keseluruhan, tidak parsial dan tidak terpenggal-penggal serta
bersungguh-sungguh.
Sesungguhnya ajaran Islam yang terdapat dalam
Al Qur’an (6666 ayat), ada mengandung
tiga unsur pokok antara lain berisi tentang hal-hal yang bersangkutan dengan
masalah-masalah berikut:
1) Aqidah (aka’id) ±48,5%, keyakinan, kepercayaan, keimanan,
kerohanian, hablumminallah, yaitu mengenai
pemahaman tentang ketauhidan atau ketuhanan.
2) Akhlak (attitude) ±48,5%, prilaku, hablumminnannas, merupakan bagaimana
melakukan (cara dan implementasi serta penghayatan) perbuatan yang baik dan
nyata dalam hidup dan kehidupan. Tentang amar ma’ruf dan nahi
munkar, jujur, adil, disiplin, tanggung-jawab, hormat kepada orang tua dan sesama,
HAM, demokrasi, giat bekerja, rajin belajar, berilmu, menggunakan akal dan
lainnya.
3) Fikih ±3%
kurang-lebih 200 ayat, tentang hukum-hukum atau dalil atau aturan, dan ibadah formal, merupakan rambu-rambu yang dapat memandu dan membimbing dalam memahami serta menjalankan
Islam, aturan sholat, haji, poligami, jihad, termasuk amal-ibadah lainnya.
Tiga unsur itu pokok syariah
Islam, baik yang tertulis dalam Al Qur’an
& hadits maupun yang tak tertulis sebagai ayat kauniah ( contoh Ipteks & alam semesta). Syariah ini harus
dilaksanakan secara sinergis dan komprehensif dan kaffah. Jika diamat-amati komposisi
kandungan dari seluruh isi Al Qur’an,
ternyata dua unsur pertama yaitu Aqidah
dan Akhlak menempati wilayah ajaran Islam yang terbesar dari total ajaran
Islam, selebihnya ditempati oleh Fikih.
Masuk Islam secara kaffah ini memiliki pengertian untuk menjalankan semua unsur Islam
(akidah, akhlak dan fikih) secara
simultan, bukan sebagian tanpa sebagian yang lain, bukan salah satu saja. Secara
individual, setiap ummat muslim berkewajiban untuk menjalankannya.
Masuk Islam secara lengkap, dimaksudkan
disini adalah pemahaman ajaran Islam dari yang bersifat jasmani dan ruhani sampai
dengan pelaksanaannya dalam peramalan (beramal sholeh) serta peribadatan yang sesuai dengan petunjuk Al Qur’an dan Al Hadits, yang semurni-murninya dan sebersih-bersihnya serta sekhalis-khalisnya sesuai kehendak Allah.
Pengamalan (amal sholeh) yang menuju
kepada perpecahan ummat tidak relevan, dan akan menambah jauhnya saja dari hidayah Allah, Al-Qur’an dan ummat manusia. Islam bisa saja tampak tertera namanya
saja, sedang isinya kosong, bahkan sudah ada berupa laknat dan bukannya rahmat yang diperoleh, contoh adanya
suatu paham perjuangan dengan menghalalkan
segala cara seperti halnya ‘teroris’ yang mengatasnamakan Islam, dimana Al-Qur’an hanya tampak berupa
tulisan-tulisan yang dihafal tetapi sepi dari hidayah, ibarat onta di tanah Arab atau kerbau yang membawa kitab
berbahasa Arab dan tak pernah mengetahui isi maksud dari kitab tersebut.
pentingnya
untuk senantiasa menjaga ruhiyah, kerugian yg besar bagi orang yg mengotorinya
& peringatan keras agar kita meninggalkan amalan yg bisa mengeraskan hati.
Bahkan tarbiyah ruhiyah dasar dari seluruh bentuk tarbiyah, menjadi
pendorong untuk beramal saleh & dia juga memperkokoh jiwa manusia.
Pemahaman Islam yang ‘sepotong-sepotong’ dan
“terpenggal-penggal” ini, mengisyaratkan kebanyakan dari ummat belum
menjalankan Islam secara kaffah.
Demikian pula dalam kurikulum pendidikan formal, akhlakpun “luput” dari
perhatian kecuali dalam batas-batas yang boleh dikata sangat “gersang”,
sehingga jauh dari efektifitas dan kontribusi yang signifikan dalam kehidupan pribadi, rumah tangga, bermasyarakat,
bernegara dan berbangsa, apalagi untuk bisa ber-ahlaqul karimah, yaitu ahlaq
mulia yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW.
Dalam
beribadah dan beramal, yang berkaitan dengan hubungan yang bersifat hablumminnallah yaitu hubungan dengan Allah SWT dan hablumminnannas yaitu hubungan dengan sesama manusia hendaknya
dilengkapi dengan ilmu dan metode, rukun dan
syaratnya berdasarkan Al Qur’an dan Al Hadits. Lalu menegakkan 3 pilar Islam
atau menjalankan rukun Islam, rukun Iman dan Ihsan dengan pengamalan yang disertai pemahaman secara benar dan
saling melengkapi, sehingga apa-apa yang diperbuat tidak sia-sia dan mendapat ridho Allah SWT. Semua yang dikerjakan dapat membuahkan hasil dengan
baik, hal tersebut tercermin dalam kehidupan sehari-hari yang ujung-ujungnya
bernilai akhlaqul karimah. Bukankah
tujuan dari ajaran agama Islam adalah untuk memperbaiki akhlaq ?! Selama dalam kehidupan ini masih ada huru-hara,
kebencian, kedengkian, kemaksiatan, korupsi, teror, penipuan, pencurian,
mabuk-mabukan, kasus narkoba, ancaman, terorisme, penekanan, kekerasan,
pembunuhan, perbudakan, peperangan dan lain-lainnya, maka agama Islam perlu
diterapkan secara kaffah (lengkap).
Islam adalah agama seutuhnya, yang mempunyai
akar, dimensi, sumber dan pokok-pokok ajarannya tersendiri. Siapa yang
konsisten dengannya maka ia termasuk Al-Jama’ah
atau Firqah Najiyah (kelompok yang
selamat) dan yang keluar atau menyimpang darinya maka ia termasuk firqaih-firqah yang halikah (kelompok yang binasa). Intinya adalah diamalkannya agama
Islam secara utuh dari tiga pilar yaitu syari’at,
iman dan ilmu tasawuf dengan tarekatnya. Sebagai Islam Kaffah, yang menyatukan tiga pilar utama
yaitu Islam, Iman, dan Ikhsan, dengan
pengembangan secara terpadu agar saling memperkuat sehingga dicapai insan kamil (moral / akhlaq
sempurna) yang tumbuh kembangnya dari rasa keimanan dan pengetahuan ke-Islam-an
serta merasakan ikhsan. Ini dapat
dibina oleh suatu kesadaran diri atau buah dari dakwah islamiyah dan pengalaman-pengalaman. Tentunya juga dari
metode yang diyakini penganut tarekat
adalah melalui dzikrullah di bawah
bimbingan atau petunjuk Wali-Mursyid.
Firman-firman Allah untuk meraih
kemenangan atau keberuntungan dunia dan akherat dalam Al Qur'an, berikut substansinya :
- Substansi khusuk dalam sholat dalam QS. Al-Muminun (23):1-2 yang artinya “Sesungguhnya beruntung / menang / surga orang-orang mukmin, (yaitu) orang-orang yang khusuk dalam sholatnya”
- Substansi wasilah (Nur Illahi) dan jihad yaitu QS. Al-Maidah (5):35 yang artinya “Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan carilah cara / jalan / wasillah untuk mendekatkan diri kepadaNya dan berjihjadlah / berjuang / istiqomah pada jalanNya, supaya kamu mendapat keberuntungan / kemenangan / surga”.
- Substansi sabar & taqwa yakni QS. Al-Imron (3): 200 yang artinya “Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan tingkatkan kesabaranmu dan tetaplah siaga / konsentrasi dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu mendapat kemenangan”
- Substansi amar ma’ruf dan nahi mungkar QS. Al Imron (104) artinya “Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan ummat yang menyeru kepada kebajikan, mengajak kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar, merekalah orang-orang yang beruntung / menang / surga ”
- Substansi metode atau tarekat QS.Al-Jin (72):16 yang artinya “Dan bahwasannya jika mereka tetap berdiri di atas tarekat yang benar, niscaya akan kami turunkan yang lebat (rahmat, nikmat yang / beruntung)”
- Substansi syafaat atau pertolongan QS.Al-Maidah (5):56 artinya “Dan barang siapa yang mengangkat Allah, RasulNya dan orang-orang mukmin sebagai penolong, maka sesungguhnya merekalah pengikut Allah yang pasti menang”.
Hai orang beriman ! Inilah panggilan
yang amat jelas buat kaum yang beriman, yaitu suatu sifat atau identitas yang
umumnya sangat digemari dan untuk membedakan mereka yang diseru dengan orang
lain yang tak merasa dipanggil, walaupun Ia-nya sudah masuk Islam tetapi
belumlah ia beriman. Hal ini menjadikan mereka yang merasa terpanggil untuk terus
mencari dan berusaha agar bisa berhubungan, bisa mendekatkan diri atau merasa
beserta dengan Allah SWT yang
memanggil mereka itu. Seruan ini ditujukan kepada orang-orang yang benar-benar
beriman untuk masuk Islam secara ‘total’. Pemahaman pertama terhadap seruan ini
ialah orang-orang mukmin harus
menyerahkan diri secara total kepada Allah
dan melalui petunjuk Rasulullah SAW
(yang diteruskan pewarisnya), dalam segala urusan, baik yang kecil maupun yg
besar. Hendaklah mereka bisa menyerahkan diri dengan sebenar-benarnya secara
keseluruhan, baik mengenai tashawur, persepsi,
pandangan, pemikiran serta perasaan, niat, amal, kesenangan, bahkan ketakutan,
ketundukan dan kepatuhan kepada Allah dan
Rasulullah, serta ridha kepada hukum dan qadha-Nya, tak tersisa sedikit pun dari
semuanya untuk selain Allah. Pasrah
dan ikhlas yang disertai dengan ketaatan yang mantap dan lunak serta tenang.
Menyerah dan patuh kepada pembimbing ruhani (Waliyyam Mursyidaa di dalam QS.
Al Kahfi ayat 17) yang memberi
petunjuk serta menuntun langkah-langkah menuju kebaikan, ketulusan dan
kelurusan, untuk dapat merasakan akan sesuatu ketenangan dan ketenteraman
(damai) apabila menempuh di jalan Allah
ini, tentunya dengan banyak berdzikir,
baik dalam kehidupan di dunia maupun sebagai bekal kehidupan untuk di akherat
nantinya, ini adalah sebuah dambaan.
Untuk bisa memahami ilmu pelajaran keislaman, dalam tarekat atau metodenya dikenal tiga tingkatan pemahaman dalam beragama yang biasa disebut makom, yakni sebagai berikut:
1). Tingkat syariah atau Ilmu Yakin (ilmul yakin), yaitu keyakinan yang didapat dari pengertian, teori, pelajaran dasar atau ilmu. 2). Tingkat Hakekat atau Ainul Yakin, yaitu keyakinan yang didapat dari fakta kenyataan lahiriah setelah terungkap atau terbuka. 3). Tingkat yang paling tinggi adalah Makrifat atau Haqul Yakin, yaitu keyakinan yang langsung dari Allah atau keyakinan mutlak dan tidak dapat diragukan kebenaan sedikitpun.
Beragama diperlukan kesungguhan dan keikhlasan. Karena Islam bersifat ilmiah dan amaliah, perlu diperjelas dengan teori matematika (aljabar) bagi orang yang berakal dan tak terbantahkan.
1 X TAK TERHINGGA = TAK TERHINGGA 1 : TAK TERHINGGA=0
? X TAK TERHINGGA = TAK TERHINGGA ? : TAK TERHINGGA=0
Dapat dijelaskan bahwa untuk mencapai dimensi "tak terhingga" maka mutlak harus berawal atau mulai dari dimensi nol yaitu ikhlas/ridho tanpa tendensi atau tanpa kepentingan apapun baik dalam setiap aktifitas dan peribadatan maupun kegiatan lainnya, yang semata-mata hanya mencari ridho Allah SWT. Dengan demikian, segala urusan, setiap aktifitas ataupun amal-kebaikan yang dilakukan dengan ikhlas berarti yang berarti 'melibatkan' atau mengikutsertakan campur tangan Tuhan (dimensi tak terhingga), sehingga amal-ibadah yang dilakukan juga bernilai tak terhingga. Demikian pula "berapapun, apapun, siapapun, atau apapun segala sesuatu, jika dibagi atau dihadapkan dengan dimensi tak tak terhingga (Tuhan/Allah) maka hasilnya nol atau kosong/habis/tuntas/selesai.
Kesimpulannya, beragama (Islam) harus secara kaffah (aqidah, akhlaq dan fiqih) adalah merupakan solusi segala masalah (dunia-akherat). Niat atau motif atau motivasi adalah kunci utama dalam meraih keberhasilan atau cita-cita, yaitu niat ikhlas hanya mencari ridho Allah SWT "illahi anta maqsudi waridhoka madlubi", dimana setiap aktifitas dalam kehidupannya selalu mengikutsertakan campur tangan Tuhan (spiritual Quotion). Sebagai pembinaan akhlak yang baik (akhlaqul karimah) dengan prioritas sasaran ummat muslim, terutama generasi penerus (emotional & intelectual Quotion).
1). Tingkat syariah atau Ilmu Yakin (ilmul yakin), yaitu keyakinan yang didapat dari pengertian, teori, pelajaran dasar atau ilmu. 2). Tingkat Hakekat atau Ainul Yakin, yaitu keyakinan yang didapat dari fakta kenyataan lahiriah setelah terungkap atau terbuka. 3). Tingkat yang paling tinggi adalah Makrifat atau Haqul Yakin, yaitu keyakinan yang langsung dari Allah atau keyakinan mutlak dan tidak dapat diragukan kebenaan sedikitpun.
Beragama diperlukan kesungguhan dan keikhlasan. Karena Islam bersifat ilmiah dan amaliah, perlu diperjelas dengan teori matematika (aljabar) bagi orang yang berakal dan tak terbantahkan.
TEORI MATEMATIKA ALJABAR
ALLAH SWT ALLAH SWT
(TAK TERHINGGA : TAK TERHINGGA) ......-3,-2,-1,0, 1, 2, 3, .......(TAK TERHINGGA)
1 X 1 = 1 1 : 1 = 11 X TAK TERHINGGA = TAK TERHINGGA 1 : TAK TERHINGGA=0
? X TAK TERHINGGA = TAK TERHINGGA ? : TAK TERHINGGA=0
AMAL / IBADAH X TAK TERHINGGA=TAK TERHINGGA SEGALA SESUATU : TAK TERHINGGA= 0
NOL (0) = IKHLAS
IBLIS+DOSA+KIAMAT+NERAKA+MASALAH
------------------------------------------------------------------------- = 0
TAK TERHINGGA
Dapat dijelaskan bahwa untuk mencapai dimensi "tak terhingga" maka mutlak harus berawal atau mulai dari dimensi nol yaitu ikhlas/ridho tanpa tendensi atau tanpa kepentingan apapun baik dalam setiap aktifitas dan peribadatan maupun kegiatan lainnya, yang semata-mata hanya mencari ridho Allah SWT. Dengan demikian, segala urusan, setiap aktifitas ataupun amal-kebaikan yang dilakukan dengan ikhlas berarti yang berarti 'melibatkan' atau mengikutsertakan campur tangan Tuhan (dimensi tak terhingga), sehingga amal-ibadah yang dilakukan juga bernilai tak terhingga. Demikian pula "berapapun, apapun, siapapun, atau apapun segala sesuatu, jika dibagi atau dihadapkan dengan dimensi tak tak terhingga (Tuhan/Allah) maka hasilnya nol atau kosong/habis/tuntas/selesai.
Kesimpulannya, beragama (Islam) harus secara kaffah (aqidah, akhlaq dan fiqih) adalah merupakan solusi segala masalah (dunia-akherat). Niat atau motif atau motivasi adalah kunci utama dalam meraih keberhasilan atau cita-cita, yaitu niat ikhlas hanya mencari ridho Allah SWT "illahi anta maqsudi waridhoka madlubi", dimana setiap aktifitas dalam kehidupannya selalu mengikutsertakan campur tangan Tuhan (spiritual Quotion). Sebagai pembinaan akhlak yang baik (akhlaqul karimah) dengan prioritas sasaran ummat muslim, terutama generasi penerus (emotional & intelectual Quotion).
goesmul@gmail.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar