Pameran
“Lifestyles”
EKSPRESI DAN
KREATIVITAS WANITA PERUPA
Oleh Agus Mulyadi Utomo
Tanggal 20 Pebruari s/d 20 Maret 2005 digelar pameran seni
rupa yang bertajuk “Lifestyles”
mengambil tempat di Danes Art Veranda.
Pameran diikuti sepuluh perupa perempuan yang berasal dari Bali,
Yogyakarta dan Jakarta yang menampilkan sekitar 49 karya berupa lukisan, patung
kayu dan keramik, karya relief dan digital
print. Secara menyeluruh, karya yang mereka ditampilkan menunjukkan
ungkapan dan kreativitas perupa wanita dalam memandang dan menyikapi serta
merespon realitas gejala sosial dari “gaya kehidupan” masyarakat terutama dari
para wanita itu sendiri. Sudut pandang
perempuan ini bisa disimak dari ungkapan curator pameran ini, Susi Andriani,
dalam katalogus: “Saya Ada Karena
Bergaya” tiada lain bermaksud untuk menarik perhatian khalayak dan bisa eksis
dalam persaingan global.
Citra
Wanita
Membicarakan persoalan wanita memang terasa
menarik dan khas, apalagi para perempuan itu membahas masalahnya sendiri dari
kacamata mereka sendiri. Sesuatu yang wajar bila ungkapan mereka dalam karya
berkisar masalah “gaya hidup”, baik dari kalangan perempuan, masyarakat dan
lingkungannya, seperti dari persoalan mode atau fashion, pernak-pernik asesories,
masalah kecantikan seperti tatarias rambut dan wajah serta perawatan tubuh,
aktivitas rumah tangga, tentang “kapitalisme tubuh” sebagai komoditi dan
konsumsi untuk politik-ekonomi, estetika, kegairahan, sesualitas, erotisme,
seks dan hingga menjual produk-produk lainnya lewat potensi yang dimiliki para
wanita. Pola hidup “materialitis” dan “konsumtif” telah menjadi realitas dan
bagian yang tak terelakkan lagi dalam era kapitalisme global dewasa ini yang
melipatgandakan produksi produk dan konsep kesenangan dengan teknologi
mutakhir. Dan para wanita itu pula merupakan “pasar” yang potensial dalam
penjualan produk, baik yang bersifat
tradisional maupuin yang bersifat modern. Sebagai wanita disamping memiliki
daya tarik tersendiri dengan segala fasilitas yang dimiliki, terutama dengan
“gaya hidup pergaulan bebas” tentu menjadi resiko tersendiri pula yang dapat
mengangkat atau dapat menjatuhkan harga diri dan kehormatannya. Rupanya para
perempuan yang memiliki peran ganda ini, juga bisa mengidolakan tokoh-tokoh
wanita tertentu yang dianggap ideal dalam menjalani kehidupan.
Kesepuluh perupa wanita yang menampilkan karya
dalam pameran kali ini diantaranya adalah Sri Haryani, Ni Nyoman Sani, Ludzy
Septriana, IGAK Murniasih, Nisak Indri Hayati, Ayu Sri Jati, Grace Tjondronimpuno,
Koniherawati, Titarubi dan Lydia
Poetrie. Menyimak karya mereka ada yang berujud lukisan seperti Sri Haryani
yang berjudul “Consumtive” dan “Party” dengan warna agak transparan seperti
teknik basah menampilkan aksi fashion
dan glamor yang menunjukkan bahwa
wanita merupakan ladang pasar produk yang potensial, dimana banyak wanita ingin
tampil secantik mungkin, menarik, dapat mengenakan berbagai asesories yang
berkelas atau elit untuk bisa “bergaya” yang tentunya menguras banyak uang
untuk itu. Bagaimana tingkah polah para wanita dilukiskan oleh Ni Nyoman Sani
dalam lukisan yang berjudul “Back I - V” yang menggambarkan secara naif
seolah wanita sedang bergaya dengan
tubuhnya. Nisak Indri Khayati dengan karya “Look into The Mirror” atau “Berkaca” dengan gaya sedikit naif pula
menunjukkan bagaimana para wanita sedang mengolah dan merawat potensi tubuh dan
wajahnya. Sedangkan Murniasih dalam karya “Mine” dan Ayu Sri Jati melihat
realitas dari gaya hidup di era global, dimana penggunaan telepon seluler (HP)
telah menjadi kebutuhan dan komuditas penting untuk berkomunikasi dalam
kehidupan sehari-hari, yang kini bukan lagi menjadi barang mewah. Dengan HP
dapat melakukan transaksi apa saja, tukar pandangan, memperoleh informasi,
mengungkapkan kasih sayang dan perhatian, sampai dengan teknologi terkini yang
dapat merekam dan menayangkan gamba / foto serta program komputer / internet
dapat diperoleh disini. Ekspresi Murniasih dapat dilihat dalam karya lukisan
“My Style in Kamboja” yang menggambarkan sosok 2 orang wanita telanjang naik
sepeda gayung panjang masing-masing dapat berkomunikasi tersendiri melalui HP,
yang ditengahnya ada seekor binatang seperti anjing yang menjulurkan lidahnya.
Menunjukkan bahwa Dunia yang berjarak, memiliki ruang dan waktu tidak lagi
menjadi permasalahan untuk bisa saling berhubungan. Juga karya patung kayu dari
Ayu Sri Jati yang berjudul “Relax” menggambarkan sosok manusia seperti
perempuan yang sedang berkomunikasi melalui HP sambil tiduran. Karya 3 dimensi
lainnya adalah dari Grace Tjondronimpuno, wanita kelahiran magelang yang
dipersunting pria asli Bali yaitu kartunis “Dedok” ini, menampilkan
pernak-pernik lukisan di atas kayu (talenan) yang akrab bagi kaum wanita di
dapur dan juga di atas kanvas. Penampilan yang feminim dari Grace terlihat dari
ukuran karya yang relatif mungil (hingga 10 X 15 cm). Pada karya yang berjudul
“Globalization” dan “It’s my Life” , Ia
menggambarkan pasangan pria-wanita, yang seolah-olah tampak bahagia walau ada
yang berbeda suku, bangsa, negara dan agama. Dan apakah “pasangan antar bangsa”
itu sudah merupakan “gaya hidup” dari sebagian kecil masyarakat kita? Pasangan seperti ini sudah cukup banyak, ada
yang dari kalangan orang biasa saja, artis, seniman, pengusaha, ataupun hanya
sekedar “kawin kontrak”. Keramikus Lydia Poetrie dari IKJ ini, menuangkan ekspresinya dalam bentuk patung figur atau
sosok wanita dari bahan tanah liat jenis stoneware
dengan glasir pada bagian tertentu saja. Keramik karya Lydia yang berjudul
“Jamune Mas!” dan “For my Family” menggambarkan seorang wanita penjual jamu
dengan memperlihatkan seolah tubuhnya yang seksi sebagai daya tarik untuk
promosi. Lalu karya lainnya berjudul “Senandung Jiwa”, “Arranger D’Hair” dan “A
Song for You”, yang terakhir ini menampilkan bagian atas figur wanita dari atas
dada sampai kepala yang kupingnya terselip bunga, seakan sedang menyanyikan sebuah lagu dengan
penghayatan tertentu. Berbeda dengan rekannya yang lain, Koniherawati, dalam
karya yang diberi judul “Lifestyle #1&2 (The Style of The Most Beautiful
Woman & The Style of The Most Handsome Man)” serangkaian gambaran yang mengidolakan “suatu
gaya hidup” sebagai pilihan seperti
Bunda Maria, Ibu Theresa, Yesus, Budha, Gandhi sampai Lady Di. Apapun pilihan
dan kondisi wanita, gambaran idealis itu pasti ada. Keinginan perempuan memang
banyak, perjalanan panjang dan jauh itu, “Where am I Going”, dilukiskan oleh
Ludzy sebagai “gaya hidup”, mulai dari keperluan akan gincu, pakaian,
aksesories, TV, mobil dan rumah mewah hingga gambaran wanita telanjang dengan
segitiga pengaman di ke atas alat vitalnya terdapat dalam karya yang berjudul
“Woman’s Desire”. Dan karya digital printdari Titarubi yang berjudul “Bound with Shine” melukiskan seorang wanita dengan
baju pengantin yang berjuntai berhiaskan manik-manik sedang melambaikan tangan
dan menarik koper yang juga sarat berhiaskan manik-manik. Karyanya yang
berjudul “Bralgeuraming Go Away My Child” , mengekspresikan bagaimana fitrah
wanita mengandung janin dan berusaha memotong tali kehidupannya dengan “aborsi”
yang sudah tampak menggejala sebagai “gaya hidup”, seperti praktek “dokter
aborsi” (Bali Post Minggu 20/2/05) yang
baru terungkap di Denpasar sudah berjalan 4 tahun tanpa diketahui dan
diperkirakan sebanyak 1000 lebih bayi tak berdosa mati dibunuh.
htpp//blogspot.goesmul.com / Hidup dan Seni
htpp//blogspot.goesmul.com / Hidup dan Seni
Tidak ada komentar:
Posting Komentar