Laman

Pengikut

Kamis, 01 Maret 2012

Pameran “Lifestyles” EKSPRESI DAN KREATIVITAS WANITA PERUPA



Pameran “Lifestyles”
EKSPRESI  DAN  KREATIVITAS  WANITA  PERUPA
Oleh Agus Mulyadi Utomo

Tanggal 20 Pebruari  s/d 20 Maret 2005 digelar pameran seni rupa yang bertajuk “Lifestyles” mengambil tempat di Danes Art Veranda.  Pameran diikuti sepuluh perupa perempuan yang berasal dari Bali, Yogyakarta dan Jakarta yang menampilkan sekitar 49 karya berupa lukisan, patung kayu dan keramik, karya relief dan digital print. Secara menyeluruh, karya yang mereka ditampilkan menunjukkan ungkapan dan kreativitas perupa wanita dalam memandang dan menyikapi serta merespon realitas gejala sosial dari “gaya kehidupan” masyarakat terutama dari para wanita itu sendiri.  Sudut pandang perempuan ini bisa disimak dari ungkapan curator pameran ini, Susi Andriani, dalam katalogus: “Saya Ada Karena Bergaya” tiada lain bermaksud untuk menarik perhatian khalayak dan bisa eksis dalam persaingan global.

Citra Wanita
Membicarakan persoalan wanita memang terasa menarik dan khas, apalagi para perempuan itu membahas masalahnya sendiri dari kacamata mereka sendiri. Sesuatu yang wajar bila ungkapan mereka dalam karya berkisar masalah “gaya hidup”, baik dari kalangan perempuan, masyarakat dan lingkungannya, seperti dari persoalan mode atau fashion, pernak-pernik asesories, masalah kecantikan seperti tatarias rambut dan wajah serta perawatan tubuh, aktivitas rumah tangga, tentang “kapitalisme tubuh” sebagai komoditi dan konsumsi untuk politik-ekonomi, estetika, kegairahan, sesualitas, erotisme, seks dan hingga menjual produk-produk lainnya lewat potensi yang dimiliki para wanita. Pola hidup “materialitis” dan “konsumtif” telah menjadi realitas dan bagian yang tak terelakkan lagi dalam era kapitalisme global dewasa ini yang melipatgandakan produksi produk dan konsep kesenangan dengan teknologi mutakhir. Dan para wanita itu pula merupakan “pasar” yang potensial dalam penjualan produk,  baik yang bersifat tradisional maupuin yang bersifat modern. Sebagai wanita disamping memiliki daya tarik tersendiri dengan segala fasilitas yang dimiliki, terutama dengan “gaya hidup pergaulan bebas” tentu menjadi resiko tersendiri pula yang dapat mengangkat atau dapat menjatuhkan harga diri dan kehormatannya. Rupanya para perempuan yang memiliki peran ganda ini, juga bisa mengidolakan tokoh-tokoh wanita tertentu yang dianggap ideal dalam menjalani kehidupan.

Kesepuluh perupa wanita yang menampilkan karya dalam pameran kali ini diantaranya adalah Sri Haryani, Ni Nyoman Sani, Ludzy Septriana, IGAK Murniasih, Nisak Indri Hayati, Ayu Sri Jati, Grace Tjondronimpuno, Koniherawati, Titarubi dan  Lydia Poetrie. Menyimak karya mereka ada yang berujud lukisan seperti Sri Haryani yang berjudul “Consumtive” dan “Party” dengan warna agak transparan seperti teknik basah menampilkan aksi fashion dan glamor yang menunjukkan bahwa wanita merupakan ladang pasar produk yang potensial, dimana banyak wanita ingin tampil secantik mungkin, menarik, dapat mengenakan berbagai asesories yang berkelas atau elit untuk bisa “bergaya” yang tentunya menguras banyak uang untuk itu. Bagaimana tingkah polah para wanita dilukiskan oleh Ni Nyoman Sani dalam lukisan yang berjudul “Back I - V” yang menggambarkan secara naif seolah  wanita sedang bergaya dengan tubuhnya. Nisak Indri Khayati dengan karya “Look into The Mirror”  atau “Berkaca” dengan gaya sedikit naif pula menunjukkan bagaimana para wanita sedang mengolah dan merawat potensi tubuh dan wajahnya. Sedangkan Murniasih dalam karya “Mine” dan Ayu Sri Jati melihat realitas dari gaya hidup di era global, dimana penggunaan telepon seluler (HP) telah menjadi kebutuhan dan komuditas penting untuk berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari, yang kini bukan lagi menjadi barang mewah. Dengan HP dapat melakukan transaksi apa saja, tukar pandangan, memperoleh informasi, mengungkapkan kasih sayang dan perhatian, sampai dengan teknologi terkini yang dapat merekam dan menayangkan gamba / foto serta program komputer / internet dapat diperoleh disini. Ekspresi Murniasih dapat dilihat dalam karya lukisan “My Style in Kamboja” yang menggambarkan sosok 2 orang wanita telanjang naik sepeda gayung panjang masing-masing dapat berkomunikasi tersendiri melalui HP, yang ditengahnya ada seekor binatang seperti anjing yang menjulurkan lidahnya. Menunjukkan bahwa Dunia yang berjarak, memiliki ruang dan waktu tidak lagi menjadi permasalahan untuk bisa saling berhubungan. Juga karya patung kayu dari Ayu Sri Jati yang berjudul “Relax” menggambarkan sosok manusia seperti perempuan yang sedang berkomunikasi melalui HP sambil tiduran. Karya 3 dimensi lainnya adalah dari Grace Tjondronimpuno, wanita kelahiran magelang yang dipersunting pria asli Bali yaitu kartunis “Dedok” ini, menampilkan pernak-pernik lukisan di atas kayu (talenan) yang akrab bagi kaum wanita di dapur dan juga di atas kanvas. Penampilan yang feminim dari Grace terlihat dari ukuran karya yang relatif mungil (hingga 10 X 15 cm). Pada karya yang berjudul “Globalization” dan  “It’s my Life” , Ia menggambarkan pasangan pria-wanita, yang seolah-olah tampak bahagia walau ada yang berbeda suku, bangsa, negara dan agama. Dan apakah “pasangan antar bangsa” itu sudah merupakan “gaya hidup” dari sebagian kecil masyarakat kita?  Pasangan seperti ini sudah cukup banyak, ada yang dari kalangan orang biasa saja, artis, seniman, pengusaha, ataupun hanya sekedar “kawin kontrak”. Keramikus Lydia Poetrie dari IKJ ini, menuangkan  ekspresinya dalam bentuk patung figur atau sosok wanita dari bahan tanah liat jenis stoneware dengan glasir pada bagian tertentu saja. Keramik karya Lydia yang berjudul “Jamune Mas!” dan “For my Family” menggambarkan seorang wanita penjual jamu dengan memperlihatkan seolah tubuhnya yang seksi sebagai daya tarik untuk promosi. Lalu karya lainnya berjudul “Senandung Jiwa”, “Arranger D’Hair” dan “A Song for You”, yang terakhir ini menampilkan bagian atas figur wanita dari atas dada sampai kepala yang kupingnya terselip bunga,  seakan sedang menyanyikan sebuah lagu dengan penghayatan tertentu. Berbeda dengan rekannya yang lain, Koniherawati, dalam karya yang diberi judul “Lifestyle #1&2 (The Style of The Most Beautiful Woman & The Style of The Most Handsome Man)”  serangkaian gambaran yang mengidolakan “suatu gaya hidup”  sebagai pilihan seperti Bunda Maria, Ibu Theresa, Yesus, Budha, Gandhi sampai Lady Di. Apapun pilihan dan kondisi wanita, gambaran idealis itu pasti ada. Keinginan perempuan memang banyak, perjalanan panjang dan jauh itu, “Where am I Going”, dilukiskan oleh Ludzy sebagai “gaya hidup”, mulai dari keperluan akan gincu, pakaian, aksesories, TV, mobil dan rumah mewah hingga gambaran wanita telanjang dengan segitiga pengaman di ke atas alat vitalnya terdapat dalam karya yang berjudul “Woman’s Desire”. Dan karya digital printdari Titarubi yang berjudul “Bound with Shine” melukiskan seorang wanita dengan baju pengantin yang berjuntai berhiaskan manik-manik sedang melambaikan tangan dan menarik koper yang juga sarat berhiaskan manik-manik. Karyanya yang berjudul “Bralgeuraming Go Away My Child” , mengekspresikan bagaimana fitrah wanita mengandung janin dan berusaha memotong tali kehidupannya dengan “aborsi” yang sudah tampak menggejala sebagai “gaya hidup”, seperti praktek “dokter aborsi”  (Bali Post Minggu 20/2/05) yang baru terungkap di Denpasar sudah berjalan 4 tahun tanpa diketahui dan diperkirakan sebanyak 1000 lebih bayi tak berdosa mati dibunuh.

htpp//blogspot.goesmul.com / Hidup dan Seni

Tidak ada komentar:

Posting Komentar