SEJARAH
SINGKAT PENEMUAN FOTOGRAFI
Kenangan Ketika di PSSRD UNIV.. UDAYANA Tahun 2000, Purnawan, Radiawan, Mantra Fandy & Agus Mulyadi Utomo
oleh Agus Mulyadi Utomo
oleh Agus Mulyadi Utomo
Hidup dan Seni: goesmul.blogspot.com
goesmul@gmail.com
Istilah
“fotografi’ berasal dari kata Yunani
yang semula terdiri dari dua kata: foto yang berarti cahaya, dan grafi yang berarti menulis. Jadi fotografi
artinya tak lain dari “menulis dengan cahaya”. Maka untuk selanjutnya dalam
fotografi kita senantiasa harus berhubungan dengan cahaya, dengan kata lain,
tanpa adanya “cahaya” tak mungkin
“berbicara” atau melakukan pemotretan. Kata istilah “Photography” dipopulerkan oleh Sir John Herschel pada tahun 1839, dimana
saat itu proses memfoto telah menjadi bersifat umum.
1. CAMERA OBSCURA
Arti kata ‘camera’ adalah kamar atau ruang, sedangkan ‘obscura’ adalah gelap. Maka “camera
obscura” sebenarnya tak lain berarti “kamar gelap” atau ruangan yang gelap.
Mengapa dinamakan demikian ? Sebab kamera pertama yang ditemukan manusia memang
merupakan suatu kamar atau ruangan yang dapat digelapkan. Saat itu kegunaan
“kamar” tersebut adalah untuk melakukan penjiplakan bayangan / gambaran yang
terpantul melalui sebuah lubang kecil dari benda-benda yang berada di luar
“kamar” tersebut.
Camera obscura atau “kamar gelap” adalah
kotak ruang gelap dan terdapat sebuah lubang di satu sisinya. Jika lubang
dirasa cukup kecil maka bayangan sebuah bentuk akan terlihat di satu sisi
lainnya. Ini berdasarkan prinsip yang dilontarkan oleh Aristotles (300 tahun sebelum masehi). Dikatakan juga bahwa Roger Bacon menemukan camera obscura sebelum tahun 1300-an
tapi hal ini belum bisa diterima ahli lainnya karena dianggap dia hanya
menggunakan sebuah alat untuk mengamati gerhana matahari. Nyatanya ahli dari
sekolah Arab Hassan ibn Hassan atau
dikenal dengan Ibn al Haitam pada
abad 10 mengemukakan apa yang disebut camera
obscura dari hasil penelitiannya yang tersimpan di perpustakaan India di London.
Dalam essay-nya
yang berjudul “Bentuk dari Gerhana” dia menulis:
“gambaran dari
matahari saat gerhana matahari total terlihat bahwa ketika cahaya masuk melalui
celah sempit dari sebuah lubang maka akan dipantulkan pada dinding dihadapannya
seperti bentuk bulan sabit.”
Gambaran matahari akan
terlihat jelas jika lubang kecil, ketika lubang diperbesar gambar akan
berubah....................”
Catatan tentang
penggunaan awal dari camera obscura
dapat ditemukan pada tulisan Leonardo Da
Vinci (1452-1519). Bersamaan
dengan periode Daniel Barbaro
seorang Venesia yang merekomendasikan camera
sebagai alat bantu dalam melukis dan menggambar bentuk, dia menulis:
“...tutup semua celah
cahaya dan pintu hingga tak ada cahaya masuk ke camera kecuali melalui lensa,
disisi lain pegang selembar kertas dimana bisa digerakkan ke depan dan ke
belakang sampai didapat gambar dengan detail dan tajam. Di kertas itulah akan
terlihat gambaran seperti aslinya sesuai jarak, warna, bayangan dan gerakan
awan gemercik air, burung terbang dan juga dengan memegang kertas tanpa
guncangan anda bisa mengikuti gambaran dan bayangannya dengan pulpen, serta
mewarnainya sesuai dengan aslinya”
Dalam
perkembangan selanjutnya “kamar” tersebut dibuat lebih kecil. Namun fungsinya
tetap sama: untuk menjiplak gambaran. Dalam versi modern, alat-alat ini masih
tetap dipakai, hanya kegunaannya sedikit agak berbeda, serta juga dibuat lebih
praktis. Alat atau pesawat yang kita kenal sekarang adalah epidiaskop dan overhead
projector (OHP).
Pada
pertengahan abad 16 Giovanni della Porta
(1538-1615) mengemukakan tentang anggapan awal dari penggunaan alat bantu
menggambar. Dikatakan dia yang membuat camera
yang sangat besar dimana pengunjung bisa duduk di dalamnya, dengan mengatur
sekelompok actor untuk melakukan
pertunjukkan di luarnya sehingga pengunjung dapat melihat bayangan pada tembok,
singkat cerita, karena ini pertunjukkan orang dengan berbagai gerakan maka
gambaran yang terpantul di tembok terlihat kacau balau banyak pengunjung
menjadi panik dan melarikan diri dan akhirnya Battista dibawa ke pengadilan dengan tuduhan sebagai penyihir.
Meskipun
penemuan Battista yang sangat
berminat pada rahasia ini. Tapi dirasakan ada kemungkinan bahwa banyak seniman
akan menggunakan camera obscura untuk
membantu mereka dalam menggambar, meskipun dirasakan perkumpulan mereka ini akan
dirasa rahasia, atau mereka merasa bahwa cara kesenimanan mereka akan
dikurangi. Namun beberapa dari mereka bahkan mengakui telah menggunakan cara
ini diantarannya adalah Giovanni Canale --- lebih dikenal
dengan Canaletto (1697-1768), Vermeer (1632-1675), Joshua Reynold (1723-1793), dan Paul Sandby (1725-1809) sebagai anggota
Akademi Royal. Dalam kelompok ini ada termasuk Joshua Reynold yang menolak pendeskriditan penggunaan camera obscura. Dukungan begitu juga
datang dari Algarotti seorang
penulis tentang seni, ilmu pengetahuan dan seorang yang cukup berpengaruh
dikalangan artis. Bahkan ada juga
seorang pengacara yang mencoba menggunakan alat tersebut pada lukisannya
(1764):
Disebutkan:
“…….lukisan
modern terbaik semasa orang Italia telah menggunakan alat ini, begitu juga ada
kemungkinan mereka memiliki alat ini. Disamping dapat menggantikan beberapa
alat dalam kehidupan………biarkan pelukis muda pemula mereka dengan kemungkinan
mempelajari lukisan anugerah Tuhan ini.”
Pelukis
sebenarnya membuat penggunaan yang sama dengan camera obscura dimana naturalis dan ahli perbintangan membuat microscop dan telescop. Untuk semua alat ini yang dipergunakan untuk pengetahuan
dan mengetahui alam.
Bersamaan dengan itu, lensa mulai
dikembangkan sekali lagi dan nama Roger
Bacon terlibat didalamnya, namun beberapa ahli kemudian mengklaim bahwa Ia
hanya menemukan kaca mata. Gerolomo
(1501-1576) seorang Italia yang ahli matematika menperkenalkan “lempengan kaca” yang
ditempelkan dalam “kamera lubang jarum-nya”
dan Barbaro juga memperkenalkan
penggunaan “cermin cembung” (convex). Lalu timbul pertanyaan kenapa
dinamakan Lensa ? Ini dikatakan
karena sebutan “lensa Italia” dibuat dengan “lensa cembung” (convex) yang tampaknya seperti lentil (semacam tumbuhan) yang berwarna
coklat yang biasa digunakan untuk sup, jadi kata “lensa” datang dari nama latin yaitu “lentil”.
Camera pertama yang berukuran sangat
besar dibuat oleh Athanasius Kircher
(lahir 1601-meninggal 1688) dalam bukunya yang ditulis tahun 1646 menggambarkan
bahwa dibagian luar terdapat lensa dan satu
bidang ditengahnya dari dalam terdapat sebidang kertas transparan untuk
menggambar dan artis atau seniman untuk
masuk kedalam memerlukan alat seperti trap
door.
Sebuah
perkiraan yang mengejutkan yang dibuat oleh de la Roche (1729-1774) dalam sebuah karyanya Giphantic, dalam cerita khayalan tersebut disebutkan bahwa kita dapat
menangkap gambar alam dalam sebuah kanvas yang telah dilapisi zat lengket,
dalam cerita, permukaan tersebut tidak hanya menyediakan bayangan gambar tetapi
gambar akan tinggal didalamnya.
Versi
lain dikemukakan, tanda telah diubah, kamera dengan tanda yang berubah pada
awal tahun 1900-an yang semakin mengecil dan mudah dipindahkan semuanya, membuat
camera obscura semakin populer
sebagai alat untuk membantu dalam menggambar. Sebagai alat bantu dalam
menggambar, tapi kemudian bekerja dengan
cara yang berbeda didesain oleh Dr. William Wollaston yakni camera
lucida pada tahun 1807. Camera lucida adalah sebuah prisma refleksi yang memungkinkan
seniman untuk menggambar garis pinggir dalam perspektif yang baik dan tiodak
memerlukan kamar gelap. Kertas yang pakai diletakkan mendatar pada papan gambar
dan si seniman harus melihat lewat lensa yang melewati prisma, maka akan
terlihat bias diantara kertas dan gambar dari subyek yang akan digambar, lalu
seniman harus mengisi gambar. Tetapi sebagai seorang yang mencoba menggunakan ,
kamera ini akan lebih baik jika digunakan oleh mereka yang memiliki kemampuan artistic, seperti foto yang ditemukan
oleh Fox Talbot.
Untuk
memberi gagasan tentang pembiayaan pada awal era photography dikenal bahwa pada 1839 Fox Talbot membeli beberapa alat termasuk camera obscura dengan harga 7
poundsterling 75 shiliing pada
saat itu upah buruh berkisar 10 sampai 20 poundsterling
per tahun. Camera obscura tetap memiliki nilai tersendiri dan ada beberapa
saja jumlahnya.
Athanasius Kircher memimpin sebuah
sekolah tentang science dan
matematika. Penelitiannya yang berjudul “Ars
magna lucis et umbrae” diterbitkan di Roma pada tahun 1646. pada edisi yang
direvisi diterbitkan 25 tahun kemudian dia memperlihatkan gambar camera obscura dengan bukaan di lantai
dimana seniman bisa masuk.
Kircher juga memberi gambaran tentang
lentera ajaibnya:
“Buatlah…….kotak
dari kayu dan taruh sebuah cerobong asap sehingga asap dari lampu dalam kotak
sejajar dengan pembukaannya dan masuk pada pembukaan dari pipa atau tabung itu,
tabung harus terbuiat dari lensa yang bagus tapi pada dasar tembus cahaya.”
Dan
kemudian cahaya dari lampu yang menerobos lensa melalui image gambaran di atas
lubang (dimana masuk menjadi terbalik) akan dibiarkan secara tegak lurus,
dengan memperbesar gambar yang diwarnai dan dipantulkan pada sisi tembok putih
dihadapannya. Dalam rangka meningkatkan
kekuatan cahaya sangat diperlukan untuk menempatkan cermin cekung di belakan
lampu”.
Sebenarnya ilustratornya melakukan kesalahan
dimana ia meletakkan kertas transparan di depan lensa sehingga tidak bisa di
proyeksikan.
Prinsip
dasar pembuatan “camera obscura”,
mula-mula sekali tercatat nama seorang sarjana (orang cendikia) Arab bernama Hassan Ibnu al Haitam, pada abad ke-10. Penemuan tersebut
sebenarnya terjadi secara tidak sengaja, bahwa pada dinding tenda cendikiawan
Arab itu suatu ketika dilihatnya bentuk-bentuk bayangan hidup (gambar hidup).
Setelah ia selidiki, ia temukan bahwa gambaran hidup itu berasal dari sebuah
lubang (tenda yang berlubang) kecil di seberang gambar tersebut.
Tanpa
diketahui rangkaian ceritanya, pada abad
ke-13, seorang Inggris bernama Roger
Bacon, lalu sarjana terkenal dari Italia yakni Leonardo da Vinci pada abad
ke-15, juga menemukan prinsip dasar yang sama dalam mendapatkan dasar
sebuah kamera, yang kemudian dinamakan “camera
obscura’itu. Namun sesungguhnya dengan camera
obscura mula-mula orang belum mengenal fotografi seperti yang kita kenal
sekarang ini, melainkan alat tersebut benar-benar kegunaannya hanya membuat “jiplakan”
(menulis) karena adanya pantulan cahaya.
2. PINHOLE CAMERA
Camera
dalam arti yang lebih dekat dengan pengenalan sekarang adalah “pinhole camera”, yaitu kamera “lubang
jarum”. Dari namanya saja dapat segera ditahui bahwa camera ini belum ber-lensa, melainkan hanya memiliki sebuah lubang
yang besarnya hanya sebesar “lubang jarum”. Namun untuk melengkapi fotografi
sebagaimana diharapkan manusia sejak dulu, dengan hanya sebuah alat yang
bernama “camera”, tentu masih belum
dapat membuat “foto”. Maka sejak abad
ke-18 secara tiada henti-hentinya para sarjana menciptakan berbagai sarana
untuk mewujudkan fotografi dengan lengkap secara berangsur-angsur.
3. ANGELO SALA dan HEINRICH SCHULZE
(1727)
Angelo Sala di awal abad 17 menjelaskan
bahwa serbuk nitrat perak dapat
digelapkan atau dihitamkan oleh sinar matahari. Tahun 1727-an telah ditemukan
oleh Heinrich Schulze, bahwa “garam
perak” adalah bahan yang peka terhadap cahaya.
Perubahan warna dari putih atau bening menjadi hitam dari bahan “garam
perak” bila terkena cahaya sangat menarik perhatian ahli kimia dari Jerman ini.
4. THOMAS
WEDGWOOD (1802)
Thomas
Wedgwood adalah putra seorang pembuat barang pecah belah (keramik)
berkebangsaan Inggris. Ia pun menemukan hal yang sama dengan mencelupkan
selembar kertas ke dalam larutan kimia bahan yang peka cahaya. Bila pada salah
satu bagian dikenakan cahaya, maka bagian lainnya tetap putih. Karena kesehatan
terganggu, percobaannya dihentikan. Ia juga yang menemukan hubungan cetakan negative-positive yang kemudian
dihubungkan atau dipadukan dalam penggunaannya dengan camera obscura. Namun sayang sekali perintis ini tak
dapat meneruskan percobaan-percobaannya dikarenakan
sakit.
5. JOSEPH NICEPHORE
NIEPCE (1826)
Joseph Nicephore Niepce (1825 - 1826). Ini adalah penemu yang berkebangsaan Perancis. Bila Schulze dan Wedgwood gagal,
Ia sebagai “penerus” telah berhasil membuat permanen gambaran yang tercipta
dari hasil “pemotretan” nya, maka ia yang populer sebagai Joseph Niepoe (Niepoe) ini
dapat dianggap sebagai “pemotret pertama”
di dunia.
Pertama Niepoe membuat ulang gambar di Belanda pada Abad 17 yang
menggambarkan lukisan laki-laki menuntun kuda (lihat foto-foto tua di atas). Gambar
ini terjual di Paris
pada 21 Maret 2002 kepada Perpustakaan
Nasional Prancis dengan harga $ 443.000 (₤
330.000 ). Niepoe memberikan keterangan gambar yang disertakan tahapan pembuatan karya
tersebut. Hasilnya kini telah banyak dinikmati, yaitu bagaimana eksisnya dan
cara pembuatannya. Karyanya di musim panas tahun 1825 memakai cahaya sendiri
untuk membuat gambar piring yang salah satunya bisa dicetak. Kedua, adalah
gambar tua yang termasuk gambar permanen dari kamera. Aspal di atas meja
gereja, pemandangan ini diambil oleh Niepoe
dari lantai kedua rumahnya, diambil dari jendela yang memerlukan waktu 8 jam.
Pertama kali Niepoe
memotret dengan kamera permanen sekitar tahun 1825 - 1826. Karya utamanya yang
menunjukkan tentang pemandangan dari jendela menghadap ke taman, sampai
sekarang menjadi sebuah perjalan sejarah memotret.
Di
awal tahun 1800, Niepoe mengadakan
penelitian dengan mencetak gambar di atas batu, di rumahnya dekat Chalon,
Paris. Ia mendalami tentang minimnya pencahayaan untuk mendapatkan hasil
yang baik setelah memperoleh cahaya. Di tahun 1816 mengambil foto dengan memakai kamera dan kertas peka cahaya
beserta chloride silver (perak). Niepoe memperoleh beberapa keberhasilan dan juga kekecewaan, karena
gambar yang dihasilkan tidak bisa dicetak atau tidak memilki film negatif dan tidak bisa dibuat
permanen. Ia merasakan kelelahan untuk memproduksi kertas film positif dan tidak bisa melakukan produksi.
Joseph Niepoe menemukan bahan nitric acid untuk menolong mengeluarkan
gambar dari kertas beberapa lama, tetapi tidak bisa digunakan sebagai model. Niepoe berhenti mencari bahan
pengganti sampai tahun 1822. Ia membuat gambar hitam-putih / gelap permanen
dengan menggunakan kamera. Setelah pameran beberapa kali Ia menemukan material
untuk hasil gambar dari kamera. Penggunaan asap dari pemanasan kristal yodium dapat untuk membuat gambar
lebih hitam dan kepekaan yang dimilki ternyata cukup tinggi. Metode ini
selanjutnya sebagai inspirasi dari Daguerre
yang kemudian sukses yakni proses penggunaan uap air raksa.
Dalam
beberapa tahun ada dua pengembang datang sebgai rekan kerja, hal ini disebabkan Niepoe memiliki kekuatan dalam memproduksi
salinan ukiran barang mati di atas
meja dengan pencahayaan yang melukiskan keaslian suatu gambar di dalam gelas /
kaca yang terdapat ragam aspal. Pencahayaannya sangat kuat dan keras yang
terbuat dari aspal Judea. Selanjutnya
Niepoe membuat eksperimen yakni
mencuci piring dengan larutan solven hanya
pada bagian yang tak terlindungi dan jika dipindahkan tinggal sebagai gambar
permanen di atas piring. Nama dari proses ini adalah “Heliography”
atau “cahaya gambar”. Dia membuat permanen heliography
dan selanjutnya perubahan berlanjut dengan produksi kamera dengan gambar
yang permanen pada tahun 1825.
Kesuksesan
Niepoe tersebut berasal dari
berbagai percobaan, yang menyangkut lithografi. Ia temukan bahwa ada bahan kimia tertentu,
misalnya yang dipergunakan dalam mem-“vernis”, menjadi tidak larut bila
dihadapkan pada cahaya. Selembar plat
timah tipis yang diseliputi (dilapisi) dengan bahan vernis yang peka cahaya,
lalu ia coba cahayai melalui camera obscura. Kemudian plat
tersebut ia celup ke dalam larutan asam
lemah. Hasilnya, pada bagian yang tak terkena cahaya “termakan” oleh asam tadi, sedangkan yang terkena cahaya
tetap pada permukaan yang sama. Suatu ketika dikarenakan kesehatan dan
kekurangan dana, maka Joseph Niepoe
akhirnya mengikat kerjasama dengan Louis
Daguerre.
6. LOUIS JACQUES
MANDE DAGUERRE (1839)
Daguerre, Lahir 18 November
1787: meninggal 10 Juli 1851
Daguerre (atau biasa disebut
dengan Dagair) adalah salah satu
tokoh terkemuka yang mengawali kelahiran fotografi. Dia memulai karirnya
sebagai siswa arsitektur dan pada usia 16 tahun sebagai asisten desain panggung dan teater di Paris. Hasil desain
panggungnya sangat diakui, dia memiliki keahlian yang menajubkan dalam menata
lampu dan efek. Dia menata panggung-panggung, efek lampu untuk beberapa opera di teater Paris. Dia menemukan solusi yang impresif pada teater yang disebut dengan DIORAMA, berupa penggunaan gambar dengan efek lampu dan lukisan
besar berukuran 22 x 14 meter yang sempat terkenal. Diorama ini menjadi kegemaran pada abad ke-10.
Dagair menggunakan kamera OBSCURA untuk membentuk dalam menggambar, bentuk inilah yang mengajarkan
dia dalam “membekukan” obyek. Tahun
1826 Dia belajar pada Nicephore Niepce
dan 14 Januari 1829 dia bekerjasama dengannya dan itu tidak berlangsung lama
karena Niepce kemudian meninggal pada
tahun 1833. Akan tetapi hal tersebut tidak menghentikan Daguerre untuk bereksperimen, dia menemukan sesuatu yang amat penting secara tidak sengaja pada
tahun 1835 dengan meletakkan lempengan yang tidak terlindungi pada cairan kimia
dan beberapa hari kemudian dia terkejut karena gambar telah terbentuk. Daguerre menyimpulkan bahwa ini akibat
dari uap mercuri dari thermometer yang pecah. Penemuan penting
ini bisa berkembang untuk mengurangi waktu pencahayaan. Dalam sepengetahuannya yaitu
bagaimana memproduksi sebuah gambar, pada tahun 1837 dia lalu memperbaiki
penemuannya dan proses ini yang disebut Daguerrotype.
Daguerre mengumumkan hasil penemuan dan
mencari sponsor akan tetapi hanya sedikit yang tertarik. Lalu dia beralih pada Froncois Arago, seorang politisi yang
terlihat menaruh perhatian pada penemuan ini dan memperjuangkannya pada komisi
pemerintahan Perancis yang di pimpin oleh Paul
Delaroche. Pada tanggal 7 Januari
1839 penemuan ini di akui dan baru di umumkan pada tanggal 19 Agustus 1839 pada
khalayak umum. Pemerintah Perancis membeli hak paten ini dari Daguerre dan menghadiahkan kepada Dunia.
Selain ini, proses Daguerre juga di
patenkan di Inggris, pada tanggal 14 Agustus 1939 hanya terpaut 5 hari
sebelumnya.
Lady Eastlake menyatakan:
“Adanya
ketidak jujuran masalah hak paten untuk Daguerre
sehingga dapat dibeli di Inggris, yang seiring dengan waktu hanya negara ini tidak
mengambil keuntungan dari kebebasan hak paten yang diberikan oleh pemerintahan
Perancis. Sejarah awal dari photograp.”
Sejak pengumuman
tentang penemuan tersebut, maka penggunaan dari penemuan inipun semakin meluas. Dikatakan pula bahwa Daguerrotype
adalah “Melukis tanpa belajar….” Dan ada suatu anggapan pada saat itu bahwa “semua
pasti bisa” dan ini ditunjukkan oleh penulis dari temuan itu.
Lateratus Gazetten
pada tanggal 7 Januari 1839 menulis:
“Paris 6 Januari 1839”
Kami dengan bangga mengumumkan penemuan
penting, oleh M. Daguerre seorang
pelukis diorama. Penemuan ini
terlihat sangat luar Biasa. Dengan menggabungkan teori science tentang cahaya
dan optic. Semua dilebur jadi satu dan ini adalah sebuah revolusi dalam seni
desain. M. Daguerre telah menemukan
metode untuk memperbaiki gambar yang terekam pada camera obscura, jadi
gambar tidak lagi hanya refleksi sementara melainkan sudah tetap dan tahan
lama, dan bisa di pindahkan seperti lukisan dan ukiran.
Namun dalam artikel La Gazette De Prace pada hari yang sama juga di muat salah satu
keterbatasan penemuan ini:
“
Gerakan alam tidak bisa terekam, paling tidak mungkin bisa dengan tingkat
ketinggian
dan teknik pada pemandangan sebuah jalan yang besar....terlihat
bahwa
objek yang bergerak atau berjalan tidak terekam.”
Pada permulaannya Daguerrotype memiliki beberapa keterbatasan
diantaranya adalah:
- Lama eksposure
sangat penting, tapi tidak untuk potret
- Image
/ gambar muncul atau sebaliknya (seperti berkaca pada cermin) dari beberapa
potret menyatakan ini terlihat seperti jas yang terkancing. Jika
satu gambar yang
diperlukan telah di buat dengan aturan,
kamera akan terfokus pada reflektif yang
terekam
pada kaca (dalam kamera). Tapi ini tidak mengganggu orang yang sudah
biasa melihat bayangan mereka di cermin.
- Alat
ini mudah pecah.
- Mungkin paling terbatas dari semuanya. Adalah
system “ sekali pakai”, dimana foto
seharusnya copy-annya gampang dibuat.
Pada
tahun 1851 Daguerre meninggal. Ini dianggap
sebagai symbol berakhirnya sebuah era,
karena pada saat yang bersamaan teknik baru telah di ketemukan oleh seorang
peneliti photography, yaitu proses collodion
baru ditemukan oleh Frederick Scott
Archer.
Louis
Daguerre sebenarnya adalah seorang pelukis yang kaya raya serta penemu Diorama. Diorama yang ia ciptakan antara lain terdiri dari lukisan
realistis yang di tempatkan di belakang, berupa gambar tembus cahaya yang kini
dikenal sebagai transparansi. Dalam upayanya
mencari gaya
yang lebih dekat ke realistis, Ia berkenalan dengan camera obscura. Adalah kebetulan sekali akhirnya Daguerre bertemu dengan Niepoe.
Maka hasilnya adalah Niepoe yang menemukan fotografi, dan Daguerre yang menjadikan praktis serta
berguna.
Pada
tahun 1839 diciptakanlah bahan ‘peka
cahaya’ yang dinamakan “daguerrotypes”, sehingga menjadikan Daguerre amat terkenal di seluruh
dunia. Daguerrotype terbuat dari plat
tembaga yang pada satu permukaannya dilapisi perak. Permukaan ber-perak
ini digosok hingga mengkilat seperti cermin, kemudian ditaburi (dilapisi) bahan peka cahaya. Setelah dicahayai melalui camera obscura,
daguerrotype
ini dikembangkan dengan uap atau gas merkuri
yang dididihkan. Dari proses inilah kemudian timbul gambaran berupa “foto”.
Untuk menjadikan gambaran tersebut bersifat permanen, maka plat tersebut kemudian dicelupkan ke dalam larutan hipo dan kemudian dibilas dengan air.
Karena permukaan yang sangat licin dan mengkilat itu, setiap orang yang berdiri
di depannya akan dapat melihat dirinya bertumpuk dengan foto yang terdapat di
atasnya, untuk dapat melihat foto tersebut memang akan menjadi kesulitan dan
harus dilihat dari sudut tertentu. Waktu
untuk pencahayaan berlangsung antara 20 - 40 detik di bawah teriknya matahari.
Pemotretan terhadap anak-anak terpaksa harus dibantu dengan ganjalan leher
serta sandaran punggung. Saat itu belumlah dikenal adanya klise atau negatif, yang jadi foto masa itu adalah film yang dipakai untuk memotret saat
itu juga. Maka bukan saja dalam mengamati foto tersebut harus dari sudut pandang
tertentu, karena bisa saja terjadi bila dalam melihatnya dari sudut yang salah,
maka gambaran yang akan terlihat adalah berupa gambaran negatif.
7. FOX TALBOT
(1835)
Pada
saat Niepoe dan Daguerre melakukan berbagai percobaan, seorang sarjana Inggris, Fox Talbot, juga sedang melakukan hal
serupa. Tanpa ada hubungan apa-apa
dengan kedua penemu lainnya, Talbot
lebih mengembangkan sistem “kertas peka cahaya” serta mengutik-utik kembali
hubungan negatif-positif dan
penciptakan foto “Final”. Namun karena negatif-nya
berupa kertas, maka dalam pencetakan menjadi positif terlalu banyak bagian yang hilang sehingga gambarannya
tidak tajam. Ciptaannya dikenal dengan nama Talbotype.
Sesuatu
yang dapat dikenang dari Henry Talbot,
adalah bahwa Ia tidak suka dipanggil dengan Fox Talbot. Meskipun bukan
nama yang pertama menemukan fotografi, Fox
Talbot membuat kontibusi besar dalam proses fotografi seperti yang
diketahui sekarang. Talbot belajar
matematika kuno di Cambridge.
Memilih menjadi pengikut Raja Astronomi Masyarakat pada tahun 1822 dan menjadi
tokoh masyarakat pada tahun 1832. Dia juga seorang MP, yaitu orang terpelajar,
seorang pakar ilmu tumbuh-tumbuhan dan assyriologis,
membuat suatru kontribusi untuk rumusan dari penulisan euniform yang dibawa ke
Inggris dari Nineveh.
Meskipun beberapa dari gambaran yang
dibuat menunjukkan suatu arti dari selera kesenian. Itu merupakan
ketidakcakapannya dalam menggambar yang menyebabkannya untuk melakukan percobaan
dengan metoda ‘mekanik’ dan berusaha
memegang teguh suatu prinsip. Akhirnya Talbot
menghasilkan gambaran dengan pertolongan dari dua camera, sebuah camera obscura
dan camera lucida. Ketika itulah Ia
kemudian membuat sketsa salah satu
dari Villa Melzi. Setelah itu Ia bercerita:
“Pada
Oktober 1833, saya sedang menghibur diri sendiri di tepi laut Lovely danau Como
di Italy, mengambil gambar dengan camera lucida, atau lebih, saya harus mengatakan
berhasil membuatnya, tapi dengan sedikit rasa ketidak percayaan dari sukses………
Setelah
mendapatkan bermacam-macam buah. Saya meletakkan alat-alat disamping saya dan
membuat kesimpulan bahwa ini harus menggunakan ilmu pengetahuan yang mudah
dipengaruhi oleh gambaran yang tidak
saya peroleh. Walaupun saya mencoba lagi sebuah metode yang telah saya
uji beberapa tahun sebelumnya, metode ini dari sebuah camera obscura dan untuk melempar kepercayaan pada obyek sepotong
kertas. Ini tertuju pada gambaran bidadari membuat sebuah kenangan dan
menjelaskan dengan cepat untuk waktu yang berlalu. Ini adalah untuk sepanjang
waktu meskipun pemikiran apa yang terjadi pada saya, bagaimana menghemat ini
menjadi suatu yang tidak mungkin untuk membuat kepercayaan. Murni untuk jejak mereka sendiri, awet dan terkenang
pasti pada sebuah kertas”.
Kertas
negatif pertama yang tahan lama kini tersimpan pada jendela Oriel di Gallery selatan Lacock Aggey,
Witshire, dimana Talbot tinggal pada
bulan Agustus 1835. Talbot berkomentar:
“Ketika
pertama dibuat kotak gelas berjumlah 200 bisa dihitung dengan
bantuan
lensa ”.
Lebih jauh komentarnya sebagai berikut:
“Saya
tidak memiliki.....camera obscura dengan berbagai ukuran. Saya membuat satu dari
kotak yang besar. Gambar satu obyek
gelas akan dibiaskan pada sisi sebelahnya. Alat ini dilengkapi kertas yang
sensitif dan diletakkan 100 yard dari
sebuah gedung yang tertimpa cahaya matahari pada senja hari dan sesudah itu
saya membuka kotak dan saya menemukan gambar di atas kertas dengan gambar
gedung secara jelas serta beberapa bagian dengan bayangannya. Dengan percobaan
salah satu bidang seni ini memperlihatkan padaku bahwa dengan camera obscura yang lebih kecil efek
akan diproduksi dengan waktu yang lebih singkat. Berdasarkan itu aku membuat
beberapa kotak kecil yang aku lengkapi dengan lensa berfokos pendek dan dengan
ini aku memperoleh gambar yang sempurna tapi sangat kecil”.
Kotak kecil yang berukuran 2 X 3 inci ini kemudian diberi nama mousetraps
(jebakan tikus) oleh keluarga Lacock karena
tempat dimana alat ini ditemukan.
Januari 1839 adalah bulan yang sibuk oleh pemberitaan
tentang penemuan ini. Tepatnya tanggal 7 Januari 1839, Daguerre mengumumkan perkembangan penemuannya. Beberapa hari
kemudian Talbot menulis surat kepada
Arago yang mempromosikan penemuan Daguerre. Dia mengatakan bahwa Ia yang
menemukan, bukan Daguerre yang
menemukan proses fotografi, pada saat itu sebenarnya dia tidak sadar bahwa prosesnya
sangat berbeda. Satu dari rekan ahli Arago
menjawab bahwa Daguerre yang
menemukannya karena faktanya bahwa memang Daguerre
menemukan proses ini sejak 14 tahun yang lalu.
Dengan mengabaikan bahwa Daguerre telah mengumumkan penemuan-penemuannya, Talbot merasa bahwa Ia-lah yang lebih
berhak. Karena hal inilah kemudian Talbot
mulai mengumumkan penemuannya. Pada tanggal 25 Januari 1839 dia
mengumumkan penemuannya di Institut
Royal dengan judul “Metode Dalam Melukis Photogenic” .
Saat itu sensitivitas proses masih
bermutu rendah. Lalu Fox Talbot pada
September 1840 menemukan fenomena
baru berupa “gambar latent” (gambar tetap).
Dia mengatakan bahwa itu adalah pengembangan dari penemuannya. Ketika Ia
berusaha mengulang beberapa kertas yang gagal pada penemuannya terdahulu dengan
bahan kimia yang tersedia, dari sebuah gambar yang tadinya tidak terlihat
secara perlahan kemudian muncul. Ini adalah sebuah pengurangan yang drastis
dari exposure (pencahayaan) dari 1
jam menjadi 1- 3 menit. Talbot menyebutnya
dengan Colotype, yaitu dari bahasa Latin “kalos” yang berarti indah.
Dan pada 31 Januari tahun berikutnya Talbot
membuat makalah dan diberikan pada The
Royal Society di London.
Makalah tersebut berjudul “Perhitungan
Dalam Seni Melukis Photogenic” atau “Sebuah proses dimana obyek natural bias tergambar jelas tanpa
bantuan artis dan pensilnya”.
Talbot mempatenkan penemuannya pada 8
Pebruari 1841 yang kemudian banyak menarik perhatian besar-besaran pada
perkembangan fotografi saat itu. Hak paten Talbot yang mulai disebarkan keluar Prancis yaitu ke Inggris dan
perserikatannya. Talbot memilih
untuk tidak menyebarkan Hak Patennya ke Skotlandia, dikarenakan untuk menyamakan jalan bagi karya foto yang
terkenal yang dibuat di Edinburg
oleh Hill Adamson.
Pada tahun 1844 Talbot mulai mengeluarkan buku berjudul “The Royal of Nature” (lukisan alam), buku komersial pertamanya yang
illustrasinya dari karya foto. Dalam
memproduksi cetakan ini dia dibantu oleh Nicolas
Henneman untuk menyiapkan
terbitannya. Studio foto untuk memprosesnya gampang ditemui karena
berada di London
dan usaha ini hanya bertahan 4 tahun karena dari segi financial dia merasa
gagal.
Talbot Photography menggunakan kertas,
dimana kertas ini dicetak untuk keseluruhan gambar atau image. Dan ketika positif dibuat tahun 1848 adik sepupu Nicephore Niepce, Abel Niepede Saint – Victor, menyempurnakan proses ini dengan
melapiskan piring kaca dengan putih telor yang telah dicampur dengan potassium lodide dan dicuci dengan asam perak nitrit (silver nitrite).
Bagaimanapun juga proses ini sangat lambat. Secara fakta bahwa foto yang bisa
diproses dengan bahan ini hanya gambar arsitektur dan landscapes. Sedangkan gambar orang belum bisa diproses.
Proses Talbot secara umum tidak bisa menyamai kepopuleran dari proses Deguerrotype.
Bukan karena tidak bisa menghasilkan gambar yang detail, tetapi karena Talbot mematok harga yang tinggi untuk
hak menggunakan temuannya tersebut. Seorang penulis masa itu bernama Henry Snelling berkomentar:
“Aku
percaya Dia adalah orang yang sangat kaya, tapi Ia meminta harga yang sangat
tinggi untuk penggunaan Hak Patennya………, tapi itu tidak dapat dicapai dan orang
tidak ada yang berani untuk membeli”.
Colotype dengan formasi baru
terlihat kurang sukses untuk meyakinkan Talbot
untuk mengurangi pembatasannya dalam peningkatan perkembangan fotografi, yang
membuat Talbot kemudian mengklaim
bahwa Daguerre menerima banyak
penghargaan sedangkan Dia tidak. Sangat
disayangkan nama Talbot ternoda oleh
keinginannya yang memaksa dalam hak patennya. Pada tahun 1854 ada klaim bahwa collodion proses juga berdasarkan collotype, dan karena kekalahannya dalam
pengadilan, maka mulai saat itu proses collodion
bebas digunakan serta tidak ada pembatasan sehingga fotografi mulai berkembang.
Collodion: adalah semacam larutan eter alcohol dari piroksilin (pyroxylin). Bila kena
udara cairan menguap dan meninggalkan
lapisan tipis, tak berwarna dan
elastis (Ensiklopedia
Umum, 1991).
Ada beberapa bukti yang
mengarah pada upaya untuk menjatuhkan Talbot
dengan usaha menyatukan hak patennya. Talbot memandang pembelaan atas Hak Paten colotype, sama dengan pembelaan Henneman yang bekerja keras dalam
penerbitannya. Talbot sangat setia dan percaya kepada Henneman dan berupaya untuk menambah keuntungan. Ini mungkin saja,
sebagaimana sejarah memang agak sedikit kasar pada Fox Talbot. Dia telah banyak mengeluarkan uang untuk mengembangkan
penemuannya dan dengan perkiraan bahwa pengakuan akan Hak Patennya itu akan
meningkatkan perekonomiannya di masa mendatang.
Dokumen lain yang berhubungan dengan Awal Society (Perkumpulan
Photografh) menyatakan Dia untuk lebih dermawan.
Talbot menyatakan
penemuannya dengan:
“Aku tidak menyatakan untuk mempunyai seni yang sempurna,
tapi untuk memulainya batasan dimana tidak mungkin dimasa itu untuk dapat
ditetapkan. Aku hanya mengklaim untuk memiliki dasar seni dengan dasar yang
aman”
8. SCOTT
ARCHER (1851)
Seorang pemahat Inggris, Frederick Scott Archer menciptakan
sebuah metode yang dinamakan “collodion”. Ia melaburi (melapisi)
pada permukaan kaca suatu campuran bahan kimia, yang bila mengering akan
membentuk sejenis lapisan film yang
mengeriput seperti kulit, dan melekat pada permukaan kaca tersebut. Ciptaannya
ini disebut “Collodion wet plate”. Kaca keriput ini kemudian diberi bahan
peka cahaya. Masih dalam keadaan basah, “film”
ini dipakai untuk merekam gambar. Dari sebab itulah kemudian dinamakan “plat
basah”. Proses ini ternyata lebih cepat dari metode konvensional dengan
menghasilkan waktu expose 2 atau 3
menit.
9. PENEMUAN-PENEMUAN
LAIN
Sejak saat itu perkembangan
fotografi secara terus menerus mengalami kemajuan. Sebagai variasi dari collodion-process.
Ditemukan “Ambrotype” yang pernah menjadi populer di Amerika Serikat,
karena prosesnya yang murah. Kemudian ditemukan juga “Tintype” (1870). Ini adalah versi lain yang menggunakan timah sebagai bahan dasar.
Sampai dengan sekitar tahun 1870 itu plat yang tercipta merupakan “wet plate”, baru pada tahun 1880 “plat kering” ditemukan oleh George Eastman. Nama Dr. Richard Maddox menemukan cara
dengan menggunakan ‘gelatin’ pada
tahun 1871 disamping kaca sebagai dasar untuk piring photographic, yang merupakan dasar awal perkembangan proses ‘dry plate’ yang kemungkinannya bisa lebih
berkembang secara cepat.
10. GEORGE
EASTMAN
George Eastman diakui sebagai “Bapak Fotografi Modern”. Ialah pendiri Kodak Eastman Co di Rochester. Pada tahun 1880 dia menemukan “dry
plate” pertama yang diberi selaput pengawet. Dari seorang pegawai bank
ia pindah profesi menjadi pembuat “film”
yang dikenal dengan panggilan “plat kering” itu. Dari pelat-pelat yang kaku (tembaga) dan mudah pecah (kaca) kemudian
ia ciptakan suatu metode yang memungkinkan emulsi
atau bahan peka-cahaya dilaburkan pada permukaan yang lebih lentur atau fleksibel. George Eastman memperkenalkan film
yang lebih flexible di tahun 1984 dan
4 tahun kemudian Dia memperkenalkan ‘kamera
kotak’ sehingga fotografi bisa tersebar.
Pada tahun 1885 ia ciptakan “film
rol” yang pertama. Film-nya
itu tidak sama dengan di-film yang
kita kenal sekarang. Film tersebut
tak lain adalah segulung kertas yang mengandung lapisan gelatin yang dibuat peka cahaya. Pengembangannya harus dilakukan oleh laboratorium Kodak sendiri. Setelah dikembangkan, lapisan ber-emulsi harus ditempelkan pada kaca guna
pencetakan. Film itu dinamakan “paper
film”. Film yang fleksibel dalam arti sesungguhnya baru
ditemukan pada tahun 1889. dan pada tahun yang sama mulai dikembangkan “film panjang”
dalam rol untuk kine atau movie.
Kelemahan pada film-film yang fleksibel
waktu itu adalah sukarnya diperoleh permukaan yang rata, terutama pada
lembaran-lembaran yang agak besar. Maka film lembaran (shoot film)
pertama baru lahir tahun 1913, yakni
lebih 20 tahun kemudian.
11. KAMERA KOTAK
Kamera kotak atau lebih dikenal
dengan nama ‘box camera” pertama kali lahir tahun 1888, juga oleh George Eastman. Kamera ini dapat diisi film yang berisi 100 bidikan. Namun dalam perkembangannya
ternyata hal itu tidak praktis, maka secara berangsur-angsur jumlah bidikan dikurangi,
hingga keadaan seperti sekarang ini.
Sejak saat itu era fotografi yang
lebih praktis mulai membuat sejarah. Disamping lahirnya pemotret-pemotret
profesional, juga mulai lahir pemotret-pemotret
amatir.
Kodak Brownie, 1900, sebagai produk nasional Amerika. Brownie, memberikan kredit untuk
berkreasi bagi peng-hoby fotografi di
abad 20. Film di dalamnya dapat
dimasukkan kedalam tempat film yang
dapat dipindahkan atau digeser ke bagian belakang kamera. Foto di atas memperlihatkan wadah film dan aksesori view finder pilihan yang terpasang pada sebuah kotak.
12. G.C. BEIDLER 1903-1906
( MESIN FOTOCOPY )
BEIDLER COPYING MACHINE - 1906. Pada tahun 1903, warga Amerika ,
G.C. Beidler, menciptakan sebuah mesin foto-copy
yang berasal dari sebuah kamera “plat kering “ dan dipatenkan pada tahun 1906.
Dan pada tahun 1907 dipasarkan oleh sebuah firma Amerika “Rectigraph”, tetapi kepopulerannya sangat terbatas. Mesin fotocopy pertama yang paling sukses
dikembangkan oleh Chester F. Carlsonin pada tahun 1938.
13. BOUTAN
–CHAUFFOUR FLASH BULB - 1893
Cahaya
bola lampu dirancang oleh Frenhman
Chauffour yang digunakan khusus oleh fotografer di dalam air yaitu Louis Boutan. Kamera yang dipergunakan berisi magnesium, di dalamnya gelas lampu yang
berisi dengan tekanan oksigen. Satu
kabel platinum yang dipanaskan dengan
listrik melalui pembakaran magnesium.
14.
OSKAR BARNACK (1913)
Oskar Barnack adalah Bapak Leica. Ia yang sering mendapat kesulitan
untuk mendapatkan pengukuran cahaya yang tepat dalam mendukung profesinya
sebagai pembuat film. Suatu ketika
menemukan gagasan untuk menciptakan suatu alat pengetes pencahayaan, langsung
terhadap film yang ia pergunakan
dalam pekerjaannya itu. Bila “kamera pengetesnya” harus film itu sendiri, seperti selama itu ia lakukan, terbukti sangat
merepotkan, maka akhirnya ia temukan suatu cara yakni menciptakan “camera
mini” yang dapat menggunakan film
yang sama untuk membuat kine itu.
Maka terciptalah camera LEICA pertama, nama itu ia ambil
dari kepanjangan Leitz Camera, tempat ia bekerja di pabrik Leitz Wetslar.
15. FOTOGRAFI WARNA
Bersamaan
dengan perkembangan fotografi hitam-putih, fotografi warna juga dijajagi orang.
Pelopor fotografi warna ini tercatat nama Clark
Maxwell, yang memulai percobaan sejak tahun 1855. tercatat juga nama Young
dan Helmholte dan sebagainya. Namun
perkembangan yang lebih konkrit bagi fotografi warna ini baru berhasil setelah
perang Dunia ke-2. Dalam situasi yang
begitu sibuk ulasan hanya dapat digambarkan secara garis besar dan terutama
yang menyangkut peristiwa penting yang membawa perkembangan berarti. Dalam
tahun 1937, ‘Candid Camera’ mencapai puncak popularitasnya, yang dimulai
sejak dalam tahun duapuluhan akhir. Selama kuranglebih 10 tahun Leica membuat revolusi dalam fotografi
dan merajai Dunia fotografi, diikuti oleh Zeiss
dan Contax. Camera Argus mencapai
kepopulerannya dalam tingkatan harga yang rendah.
16. FOTOGRAFI POLAROID (1947)
Pada tahun 1947, Edwin
H. Land yang kemudian digelari Doktor, memperkenalkan sistem foto langsung
jadi: Polaroid. Selama 30
tahun sistem ini dimonopoli oleh Palaroid
Corp. Pada tahun 1976 melalui pertentangan yang sengit monopoli tersebut
dipecahkan oleh Kodak. Pada bulan
Mei tahun yang sama tersebarlah kamera sesistem Polaroid, yaitu Kodak Instant Camera.
17. KAMERA DIGITAL DAN SCANNER
Teknologi
kamera digital langsung berhubungan
dengan perkembangan teknologi yang sama dengan perekaman gambar televisi. Pada
tahun 1951 perekaman video tape pertama
(VTR) menangkap “gambar hidup”
dari kamera menjadi gerakan elektrik atau
digital dan menyimpan informasi pada tape magnetik. Laboratorium Bing Crosby , yaitu Tim Riset yang
dibentuk oleh Crosby dan dikepalai
oleh John Mullin menciptakan VTR cepat pertama pada tahun 1956. Teknologi VTR menjadi sempurna seperti yang diciptakan oleh Charles P. Ginsburg dan Ampex Coorporation dan digunakan
bersama oleh industri per-televisi-an. Kedua kamera televisi atau video dan kamera digital menggunakana sebuah CCD (Charge Couple Device) untuk merasakan warna cahaya dan
intensitasnya.
Selama
tahun 1960-an, NASA mengubah penggunaan sinyal
analog menjadi sinyal digital
dengan penyelidikan luar angkasa mereka untuk memetakan permukaan bulan dengan
mengirim gambar digital kembali ke
Bumi. Teknologi komputer juga mengalami kemajuan pesat yang pada waktu itu NASA
menggunakan komputer untuk menangkap gambar yang dikirim oleh penyelidik luar
angkasa.
Instrumen
Texas mematenkan kamera elektronik tanpa film pada tahun 1972, yang juga untuk
pertama kalinya. Pada Agustus 1981, Sony
mengeluarkan Sony Mavica camera diam elektronik. Kamera ini adalah kamera
komersial. Gambarnya direkam pada sebuah
mini disc dan dimasukkan pada sebuah
pembaca video yang sudah disambungkan
ke sebuah monitor televisi atau printer warna. Tetapi Mavica tidak bisa menjadi kamera yang
benar-benar digital, walaupun itu
telah memulai sebuah revolusi kamera digital.
Juga merupakan kamera video yang
mengambil frame gambar video tidak bergerak.
Kamera digital
pertama untuk level konsumen pasar
yang bekerja dengan komputer rumah lewat kabel serial adalah kamera Apple Quick Take 100 pada tanggal 17
Peberuari 1994, lalu kamera Kodak DC 40 pada tanggal 24 Maret 1995
dan Casio QV-11 dengan LCD monitor pada akhir 1995 dan Sony
Cyber-Shoot Digital Camera pada tahun 1996.
Kodak memasuki sebuah kampanye
pemasaran yang sangat agresif untuk mempromosikan DC 40 dan untuk membantu
memperkenalkan ide dari fotografi digital
kepada masyarakat. Kinko’s dan Microsoft, bersama-sama berkolaborasi
dengan Kodak untuk menciptakan gambar digital, membuat perangkat lunak
kerja dan kios-kios yang memudahkan konsumen untuk memproduksi keping CD foto dan cetakan foto serta
memberi gambar digital pada dokumen. IBM
berkolaborasi dengan Kodak dalam
membuat jaringan pertukaran gambar berbasis internet.
Hewllet-Packard adalah perusahaan
pertama yang membuat tinta printer
berwarna yang melengkapi gambar kamera digital
baru. Kini pemasaran dari kerja digital
sudah menyebar dan ada dimana-mana.
Makin
canggih, mudah, dan murahnya kamera digital
bagi sebagian kalangan memang akan menghilangkan kebutuhan mereka
terhadap scanner. Namun, seperti
halnya printer dot-matrix yang tetap
bertahan di sebagian sektor industri walaupun secara umum tergusur oleh printer inkjet dan laser yang semakin murah,
scanner juga akan tetap bertahan. Bahkan mungkin nasibnya masih jauh lebih
baik dibandingkan printer dot-matrix.
Fungsi scanner mulai dan akan terus terdesak oleh perkembangan camera digital. Jika teknologi kamera digital semakin berkembang dan harganya juga terdorong turun,
diperkirakan scanner akan habis,atau
ditinggalkan. Itu sebabnya, perkembangan bisnis dalam satu-dua tahun mendatang
akan banyak produsen scanner mulai
beralih menjadi produsen kamera digital.
Namun demikian peran scanner tetap
akan diperlukan pada tingkat profesional
level seperti di percetakan.
Memang
ada banyak alasan mengapa scanner
masih akan bertahan. Kamera digital
belum dan tidak bisa menggamtikam scanner,
antara lain karena kamera digital mengenali
kedalaman warna Ini khususnya berlaku untuk scanner
kelas atas yang dibutuhkan perusahaan-perusahaan yang berkaitan dengan imaging.
Ada
semacam keyakinan yang mengatakan bahwa kamera digital tidak akan menggantikan scanner
mengingat fungsi keduanya berbeda. Jika scanner masih dibutuhkan untuk menangani men-scan dokumen dan proses touch-up
gambar digital. Kamera digital
juga belum mampu menggantikan scanner
mengingat keterbatasan pada resolosi
dan bit depth.
Jadi
kesimpulannya? Itu semua tergantung para pemakai. Membeli scanner merupakan investasi bagus jika banyak bermain (baca: bekerja)
dengan image dan ingin mengkonversi
foto / dokumen lama Anda ke format digital.
Mengingat kualitas dan pilihan yang ada semakin bagus untuk setiap rupiah yang
dibayar, rasanya sekarang merupakan saat yang tepat untuk membeli scanner.
Mengapa
demikian? Karena pertumbuhan teknologi scanner
khususnya untuk kelas konsumen (bukan profesional)
tidak akan berkambang banyak dalam tahun-tahun mendatang. Mengenai camera digital, memang akan lebih bagus
jika memiliki keduanya (scanner dan
kamera digital).
18. KODAK EASY SHARE SERI C
Eastman Kodak memperkenalkan jajaran
produk kamera digital terbaru EasyShare C360 dan C340 zoom dengan resolusi 5 megapixel (MP), C330 dengan resolusi 4 MP
3 X optical zoom (ketiganya dapat melakukan cropping gambar di kamera secara langsung), dan EasyShare C300 dengan resolusi 3 MP dan fixed focus lens.
Semua model seri C ini diciptakan
bagi yang menginginkan kemudahan pemakaian, berbagai keperluan dan mencetak
foto dengan kualitas gambar sempurna. Dengan keunggulan dari lensa Kodak Retinar Aspheric, all
glass 3x optical zoom, ditambah lagi dengan pilihan exposure meterling, ISO equivalents
dan focus zones, pemilik kamera
dapat mengambil gambar dengan kondisi cahaya yang kurang.
Untuk pengambilan yang lebih dari
sekedar foto, C340 & C360 mempunyai fasilitas video (VGA)-QVGA (dan fasilitas audio
untuk C330). Selain itu, diperlukan hanya cukup menekan tombol shutter untuk berbagai jenis kondisi (scene model) yang telah disediakan di
kamera. Untuk hasilnya dapat menampilkan gambar di layar televisi atau computer dengan sangat mudah dan cepat
menggunakan software EasyShare.
19. OPTIMAL
BIDIK OBJEK BERGERAK
Panasonic meluncurkan kamera digital mod terbaru Lumix DMC-FX dengan desain unik dan lebih ringan. Panasonic
mengklaimnya sebagai “mahakarya
dunia perkameraan”. Kamera digital pocket
yang dilengkapi dengan teknologi mega
optical image stabilizer (OIS) ini dapat membantu penganbilan gambar
di berbagai kondisi sulit yang rentan terhadap getaran.
Lumix DMC-FX8
juga dilengkapi teknologi veni engine
plus, dengan daya tahan baterai lebih lama dan potensi pengambilan gambar
lebih banyak dari kamera digital yang
ada yakni sebanyak 300 foto. Penyempurnaan LCD
monitor dan kualitas gambar, memungkinkan kamera ini merekam dan mencetak
gambar menjadi lebih hidup, bahkan untuk objek yang bergerak sekalipun. Kamera
ini juga dapat di gunakan secara optimal pada kondisi hujan.
Produk
ini resmi diedarkan ke pasaran dalam negeri mulai 4 Agustus 2005. peluncuran
perdana Lumix DMC-FX8
dihadiri Presiden Direktur PT Panasonic Global Indonesia Ichiro Suganuma, Presiden PT PanasonicGlobal Indonesia Rachmat Gobel, dan Penasihat Perusahaan
PT Panasonic Gobel Indonesia Shotoku,
serta duta Panasonic artis film Dian Sastrowardoyo.
Presiden
Direktur PT Panasonic Gobel Indonesia Ichiro
Suganuma mengatakan, Panasonic akan terus menciptakan produk elektronik inovatif yang semakin
memanjakan konsumennya. Selain produk yang lebih aplikatif, Panasonic juga
menciptakan produk yang lebih hemat energi dengan teknlogi mutakhir. “Sesuai
slogan kami, ideas for life,
Panasonic akan terus berkarya memproduksi peralatan elektronik yang Canggih dan
hemat energi yang juga bertujuan menjaga kelestarian alam,” kata Suganuma pada acara peluncuran produk aksesoris audio visual dan kamera digital terbaru di Jakarta, Kamis (4/8/05)
lalu.
Menurut
Suganuma, inovasi yang menciptakan
produk hemat energi dan aplikatif memang membutuhkan investasi. Namun Panasonic
menganggap inovasi sangat penting untuk kelangsungan industri dalam jangka
panjang.
Pustaka
A.G. Pringgodigdo, Hassan
Shadily, Dkk, Ensiklopedia Umum,
Penerbit Kanisius,
Yogyakarta,
1991
Bernard S. Myers, Understanding
The Arts, Holt Reneharrt and Winston Inc, New York,
1962
RM. Soelarko, Pengantar Foto
Jurnalistik, PT. Karya Nusantara, 1985
Fhilip Greenspun, History
of Photography
James Monaco, How to Read a Film.
Harian Bali Post, 6-9-2005
Yan
Pramadya Puspa, Kamus Umum Populer:
Bahasa TV, Majalah, Surat Kabar
dan Mass Media lainnya, Pn. Aneka Ilmu, Semarang,
1984
Tidak ada komentar:
Posting Komentar