Laman

Pengikut

Kamis, 08 Maret 2012

Sekilas Sejarah Islam Indonesia

Sekilas Sejarah Islam Indonesia
oleh Agus Mulyadi Utomo
goesmul@gmail.com
Hidup dan Seni.blogspot.goesmul.com.islam 
 
Sejarah masuknya Islam ke Indonesia, ketika Khalifah Utsman ibn Affan ra. mengirim delegasi ke China untuk memperkenalkan Daulah Islam yang belum lama berdiri, tahun 30 Hijriah (651 Masehi), hanya berselang 20 tahun dari wafatnya Rasulullah SAW. Dalam perjalanannya yang perlu waktu 4 tahun itu, para utusan Utsman ternyata sempat singgah di kepulauan Nusantara. Beberapa tahun kemudian, tahun 674 M, dinasti Umayyah mendirikan pangkalan dagang dipantai Sumatera.[1] Pada saat itulah diperkenalkan dan mulai masuknya Islam ke Indonesia, banyak para pedagang muslim datang dan berdakwah. Daerah Aceh adalah yang pertama menerima ajaran Islam, bahkan kerajaan Islam di Pasai merupakan yang pertamakali berdiri, diberitakan oleh Marco Polo pada saat persinggahannya di Pasai tahun 1292 M / 692 H, yang menyebutkan banyak orang Arab menyebarkan Islam. Dalam tahun 1292 M tatkala Tiongkok berada di bawah kekuasaan Mongol, Marco Polo (1254-1323 M), musafir Venesia (Italia), pencipta nama ‘‘porselin” mengembara ke pantai utara Sumatera dan didapati Perla atau Aceh sudah terdapat orang Islam. Tidak jauh dari Perla, di Basem (Pasai) rajanya sudah memeluk agama Islam yakni Al Malikus Saleh yang wafat 1297 M. Pada abad ke -12 itulah para pelajar dan pedagang Indonesia tidak banyak berlayar ke India Selatan, tetapi kebanyakan kapal – kapal Indonesia berlayar ke Gujarat yaitu India Barat. Di Gujarat inilah banyak bandar – bandar besar dan kebanyakan para pedagang di daerah ini sudah memeluk agama Islam berbeda dengan India Selatan yang kebanyakan beragama Hindu. Dari Gujarat ini jugalah para pedagang Indonesia belajar agama Islam dan menyebarkannya di Indonesia. 
Karena kebanyakan para pedagang itu berasal dari Andalus Utara, maka daerah tersebut menjadi daerah Islam yaitu Samudra – Pasai.  Begitu pula berita dari Ibnu Batutah, pengembara muslim dari Maghribi yang ketika singgah di Aceh tahun 1345 M / 746 H menulis bahwa di Aceh telah tersebar mazhab Syafi’i. Pada tahun 1303 Masehi, Ibnu Batutah itu telah sampai di Pasai, dikatakannya bahwa raja dan rakyat Sumatera beragama Islam bermadzhab Imam Syafi’i dan ilmu tasauf-nya yang terkenal. Begitulah awal masuk dan berkembangnya Islam di Sumatera hingga kekuasaan Raja Iskandar Muda (1606 – 1636 M), dan pantas sampai sekarang disebut “Serambi Mekkah”.
          Adapun peninggalan makam Islam tertua kaum muslim terdapat di Gresik Jawa Timur, yaitu muslimah bernama Fatimah binti Maimun yang tertulis pada makamnya tahun 1082 M / 475 H, diperkirakan pedagang Arab, saat itu masuk zaman kerajaan Singasari. Menurut berita Tiongkok tahun 1416 M. tanah Jawa sudah banyak yang memeluk agama Islam. Dan berita Portugis 1498 M beberapa kabupaten di pesisir utara sudah masuk Islam baik Bupati maupun rakyatnya. Maulana Malik Ibrahim mubaligh yang menyiarkan agama Islam wafat 8 April 1419 M di Gresik. Banyak lagi makam ditemukan di Gresik diperkirakan sebagai pedagang yang sambil berdakwah mengembangkan agama Islam. Pada tahun 1498 kapal Portugis yang pertama di Kalikut yang dipimpin oleh Vasco da Gama, terjadilah sistem monopoli, perebutan kekuasaan dan pedagang Islam banyak yang diusir dari bandar – bandar. Tiga belas tahun lagi, Malaka direbut dan diduduki oleh Portugis yaitu pada tahun 1511 Masehi. Diantaranya juga banyak pedagang dari Jawa menetap di Malaka yang menjadi pusat agama Islam di Asia Tenggara. Di Malaka banyak terdapat orang Islam dari kepulauan Indonesia dan bandar – bandar di Jawa banyak yang berhubungan dengan Malaka yaitu bandar Japara, Tuban dan Gresik. Oleh sebab itu, penduduk pantai utara Jawa banyak yang memeluk agama Islam. Demak, Tuban dan Giri menjadi pusat agama Islam di Jawa. Masjid dan madrasah di Demak, Kudus dan Giri sangatlah termasyur saat itu.
          Hitu di Ambon kemudian menjadi pusat agama Islam di Maluku dan Aceh menjadi pusat agama Islam di Andalaas. 
 Raja Majapahit terakhir, mempunyai istri dari China atau putri Cempo (Campa) ketika hamil dititipkan kepada Adipati Aryo Damar di Palembang dan melahirkan disana. Bayi yang dilahirkan bernama Raden Patah dan ibunya dikawin oleh Aryo Damar dan menghasilkan putra bernama Husein. Kedua anak tersebut dididik agama Islam. Raden Patah setelah dewasa menghadap ayahnya di Majapahit dan diangkat menjadi Adipati Bintoro di Demak. Ketika Majapahit jatuh diserang Raja Giriwardana dari Kediri tahun 1478, semua pusaka Majapahit dibawa ke Demak. Atas persetujuan dan dukungan Walisongo, lalu Raden Patah, menjadi Raja Islam pertama di Jawa dengan gelar Sultan Fatah tahun 1500 M. Penerusnya kemudian mendatangkan ulama dari Sumatera.
          Sultan Trenggono mendatangkan Falatehan dan menyebarkan agama Islam sampai Jawa Barat dan memimpin armada mengusir Portugis dari Sunda Kelapa. Penguasa kerajaan berdarah campuran kemudian berproses seiring dengan pesatnya Islamisasi pada abad 14 – 15 M. Thomas Arnold dalam The Preaching of Islam mengatakan bahwa kedatangan Islam bukan sebagai penakluk seperti bangsa Potugis dan Spanyol.
Islam masuk ke Asia Tenggara dengan jalan damai, tidak dengan pedang, tidak pula dengan perebutan kekuasaan politik, masuk Nusantara dengan cara benar sebagai rahmatan lil’alamin.[2] Pada 1527, terjadi pertempuran bersejarah dipesisir pulau Jawa dipimpin putra Aceh berdarah campuran Arab Gujarat, Fathahillah (Fadhilah Khan al Pasai), yang pernah berguru di Mekkah dan bahkan turut mempertahankan Mekkah dari serangan Turki Utsmani.
       Jawa Timur dan Pasuruan tunduk di bawah kekuasaan Demak. Selanjutnya Hadiwijoyo yang wafat 1582 M., Raja Mataram Sutowijoyo (1586 – 1601 M), hingga Sultan Ayokrowati 1601-1612 M, bersamaan pemerintahannya inilah Belanda atau VOC masuk Indonesia (1602).
Pada abad ke -16 terdapatlah kerajaan Islam seperti Ternate dan Tidore di Maluku, Demak di Jawa dan Aceh di Andalas. Demak berusaha keras mencari pengaruh ke Kalimantan dan Sulawesi, Demak juga mengirim tentara ke Jawa Barat dan mendirikan negara Islam yang baru yaitu Banten. Dari Banten, Cirebon, Islam terus berkembang ke Andalas Selatan. Makasar dan Banjarmasin menjadi negara Islam pula. Dengan begitu hampir semua bandar di Indonesia menjadi bandar Islam. Banyak kapal yang datang maupun pergi, terutama dari Malaka, India, Tiongkok (China) dan Philipina. Kapal asing dari Eropah mulai berdatangan karena tertarik kekayaan dan hasil bumi serta perdagangan Indonesia. Portugis berlayar dari India dan menuju Indonesia, karena dianggapnya negara Islam di Indonesia sangat maju perdagangannya dan hendak mengangkut sendiri barang – barang Indonesia menuju Eropah.
Kedatangan kaum kolonial yaitu bangsa Eropa yang sangat berambisi dan berkuasa, telah membangkitkan semangat jihad kaum muslimin Nusantara dan pendalaman akidah Islam, terutama kalangan pesantren (madrasah) yang terbatas pada yang bermazhab Syafi’i. Terjadi percampuran akidah dengan tradisi pra-Islam dan gaya hidup Eropa
Pengembangan Islam di Indonesia pada abad ke-16 dan selanjutnya, sebagian besar sebenarnya adalah atas usaha kaum sufi-tarekat, terutama penyebarannya oleh pedagang-pedagang yang merantau di nusantara, sehingga tidak heran apabila pada waktu itu pemimpin-pemimpin spiritual Islam di Indonesia bukanlah ahli syariah melainkan syaikh tarekat[3]. Selanjutnya Islam mendapat perhatian khusus dari Belanda yang berkuasa karena adanya pemberontakan dan memainkan peran penting terhadap perlawanan kepada pemerintahan kolonial, seperti yang terjadi dalam Perang Diponegoro di Jawa tahun 1825-1830 (Pangeran Dipenegoro), perang Padri (Imam Bonjol) dan perang Aceh (Teuku Umar), perang Cirebon (Bagus Rangin). Ada anggapan dahulu orang Indonesia ‘bukan muslim benaran’ dan ‘muslim yang asli’ adalah orang Arab. Dan orang yang pulang haji, seperti para kiyai atau bergelar Kiyai Haji (KH) yang dikatagorikan setingkat ulama sebagai pemimpin yang cenderung memberontak melawan penjajah disamping  menjalankan agama dengan sungguh-sungguh. Raffles, Gubernur Jenderal (1811-1816) menulis, “... setiap orang Arab yang datang dari Mekkah, dan juga setiap orang Jawa yang kembali dari sana sesudah menunaikan ibadah haji, di Jawa dianggap orang suci, dan sedemikian rupa kepercayaan rakyat biasa terhadap mereka sehingga sering sekali orang-orang itu dianggap mempunyai hubungan dengan kekuatan – kekuatan gaib. Dengan dihormati seperti itu, tidaklah sulit bagi mereka untuk mengajak anak negeri kepada pemberontakan, dan mereka menjadi alat yang paling berbahaya ditangan para penguasa pribumi yang menentang kepentingan Belanda”.[4] Laporan senada bersifat rahasia dari K.F. Holle, yang menjadi penasehat kehormatan Urusan Bumiputra, prihal tarekat Naqsyabandiyah (tertanggal 5-9-1886) kepada Gubernur Jenderal Belanda di Batavia tentang keberadaan tarekat Naqsyabandiyah ada di Priangan  sejak tiga puluh tahun silam dan akhir-akhir ini telah berkembang pesat, di daerah Cianjur seluruh bangsawan telah bergabung dan ’kebangkitan Naqsyabandiyah’ inilah yang kemudian dianggap membahayakan”.[] Di masa penjajahan kolonial dahulu seperti orang Belanda yang berada di Indonesia ada yang hafal Al Qur’an, tetapi bukan sebagai pemeluk agama Islam, yakni mereka meninggalkan warisan, suatu ‘metode’ lainnya yang ampuh berupa devide et impera untuk kepentingan “politik adu domba” yang hasilnya sangat efektif untuk dapat memecah-belah ummat Islam.
Islam juga dikembangkan oleh Sultan-sultan atau Sunan, termasuk Wali Songo dan para Kiyai yang turut dalam perjuangan bangsa dalam melawan penjajahan kolonial, Jepang dan sekutu hingga Indonesia meraih kemerdekaan.
 



[1]    http:www.ummah.net/islam/nusantara/sejarah.html, dan http//w.w.w. Sejarah Islam di Indonesia, akses 10-29-2009
[2]     http://www.ummah.net/sejarah islam/nusantara/sejarah.html, 10-29-2009
[3]    A. Mukti Ali, Alam Pikiran Islam Modern di Indonesia, Nida, Yogyakarta, 1971, hal.5
[4]   Th. S.Raffles, The History of Java, vol. II, London, 1830, hal. 3
[5]  Arsip Nasional Jakarta, tentang surat-surat Holle, arsip MGS 23-5-1886, no.91/C.                                                                    

Hidup dan Seni
blogspot.goesmul.com.islam
                                        goesmul@gmail.com                                      

Tidak ada komentar:

Posting Komentar